Janji Valen

90 11 0
                                    

Saat pertama kali saya memilihmu, itu tandanya saya siap untuk hancur olehmu.
---


Valen menghela napas dengan berat. Hidungnya sudah sangat memerah. Sebenarnya seluruh wajahnya pun sudah sangat merah karena menangis tanpa henti sejak kedatangannya kedalam ruang UGD tempat dimana Gariel masih belum sadarkan diri sampai kini.

Satu hal yang ia sadari, Gariel menggantikan tempatnya, sebuah brankar rumah sakit yang seharusnya menjadi milik Valen kini malah disinggahi oleh cowok itu. Valen miris melihatnya. Menyalahkan diri sendiri untuk sesaat, namun kemudian teringat nasehat bundanya tadi.

Valen menunduk, mensejajarkan jarak dirinya dengan wajah Gariel yang tertutupi oleh perban dikepala, juga selang oksigen di hidungnya. Hendak mengangkat tangan untuk menyentuh tangan cowok yang dililit infus itu, namun infus ditangannya sendiri membuat tangan Valen tak bisa diangkat tinggi-tinggi. Alhasil, Valen kini malah mendekatkan wajahnya ke telinga Gariel, "Cepat sadar ya. Tenang aja, gue yang akan tanggung jawab ngerawat Lo sampai sembuh," bisiknya sambil tersenyum tulus.

Valen sangat serius dengan ucapan, ia telah berjanji pada dirinya sendiri bahwa sampai sembuh ia sendiri yang akan turun tangan merawat Gariel. Walau mungkin Gariel akan menyalahkannya karena ia adalah penyebab cowok itu sampai begini keadaannya. Valen bahkan akan menerima dengan ikhlas jika saja Gariel membencinya, atau jika cowok itu berkata menyesal telah menyelamatkan Valen hingga menyebabkan cowok itu sendiri yang celaka.

Wajar menurutnya jika Gariel bersikap seperti pemikirannya itu, karena luka di kaki Gariel bukan luka yang akan sembuh hanya dengan seminggu dua minggu perawatan. Butuh perawatan ekstra untuk waktu yang mungkin juga cukup lama.

Lamunannya buyar saat Valen merasakan ada tangan yang menyentuh bahunya. Tangan lembut yang Valen taksir adalah milik seorang wanita. Valen berbalik, awalnya ia pikir itu adalah bundanya, namun ternyata bukan. Seorang wanita yang mungkin seumuran dengan bundanya, namun terlihat sangat cantik dimata Valen. Wanita itu menggunakan kerudung berwarna salem yang sangat menenangkan saat dilihat, terlebih parasnya yang anggun juga aura keibuan yang keluar dari wajahnya, apalah saat wanita itu tersenyum seperti saat ini.

Valen berdiri tegak, memandang dengan alis yang bertaut kearah wanita itu. Ia tak mengenalnya, tapi karena wanita itu masuk keruangan ini maka Valen langsung dapat berasumsi bahwa wanita itu pasti ada hubungannya dengan Gariel.

Belum sempat Valen berasumsi hubungan seperti apa yang ada diantara ibu-ibu tersebar dengan Gariel, sang ibu-ibu itu berkata, "Saya Annisa, mamanya Gariel."

Valen tak nampak terkejut, dengan sigap ia langsung menunduk, mengambil tangan wanita dihadapannya itu lalu mengecup punggung tangannya, menyalami.

"Saya Valen, teman sekolahnya Gariel, tante," ucap Valen memperkenalkan diri.

Dilihatnya wanita itu tersenyum, dalam hati Valen bertanya apakah wanita itu akan tetap tersenyum seperti ini jika tahu bahwa gadis dihadapannya adalah penyebab anaknya terbaring tak sadarkan diri seperti saat ini.

"Ohh, ternyata ini Valen, Gariel sempat cerita beberapa kali tentang Valen," ucap Annisa kepada gadis yang mengaku sebagai teman anaknya itu.

Valen tersenyum kaku. Gariel pernah membicarakan tentang dirinya kepada sang mama? Hei, bahkan usia pertemanan mereka baru seumur kacang hijau, apa yang bisa cowok itu ceritakan tentang Valen? Pertemuan pertama mereka di halte bus, saat Valen yang awalnya menolak tebengan cowok itu namun akhirnya menurut? Atau saat dipagar sekolah, saat Valen yang ketakutan karena belum dijemput memeluk Gariel dengan sangat erat? Ah, semoga jangan yang itu, Valen sendiri malu jika mengingatnya. Atau mungkin saat mereka berlibur ke pantai bersama Fira dan Dika, yang akhirnya mereka ditinggal berdua?

GALEN (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang