Jangan suka dia!

103 13 1
                                    

Jari lentik itu terus mengetuk dengan tempo konstan tanpa sadar, menimbulkan bunyi yang tak cukup keras namun cukup menganggu konsentarasi.

Gariel berdecak. "Bisa diem?" tanyanya.

Valen yang sadar bahwa gerakan kecil yang ia lakukan tanpa sadar itu menganggu Gariel segera menghentikan gerakannya. Jarinya ia tarik dari atas meja hingga berpindah ke atas pahanya dibawah meja.

"Maaf," ucapnya bersalah. Valen melirik kearah Gariel yang berada disampingnya. Cowok itu terlihat fokus dengan laporan dihadapannya. Dengan jas putih khas labolatorium yang masih melekat pada tubuh keduanya, Valen memilih mendekat kearah Gariel yang kali ini merupakan rekan kelompoknya.

"Ini kan tugas kelompok, kenapa cuma lo yang ngerjain? Sini gue bantu." Valen hendak merebut selembar kertas jawaban juga bolpoin dari tangan Gariel, namun cowok itu dengan sigap menahan tangannya.

Gariel memandang aneh kearah Valen, tangannya yang sedari tadi menulis ia hentikan sejenak. "Lo lupa?"

"Lupa apa?" tanya Valen balik, alisnya bertaut tanda ia tak mengeri dengan pertanyaan super irit itu.

"Tadi lo kan gak liat struktur sel-nya karena jijik, jadi mau bantu apa? Lo tahu mau gambar apa?"

Valen menggaruk belakang kepalanya, cengiran bodoh tak lupa terpasang diwajah cantiknya. Ia jadi ingat tadi dirinya dan Gariel berada dalam satu kelompok, guru biologinya menyuruh mereka membedah katak untuk mengamati struktur sel katak, namun karena Valen tak suka dan merasa mual saat melihat katak tersebut dibedah, jadilah Gariel yang mengerjakan segalanya sendiri dari membedah, mengamati struktur lewat mikroskop hingga kini menulis laporan untuk dikumpulkan pada akhir jam pelajaran nantinya.

Valen merasa tak enak hati pada Gariel, seharusnya ini menjadi tugas kelompok namun karena dirinya jadi cowok itu yang mengerjakan segalanya. Ia bersyukur karena rekannya itu mau mengerti. Rasanya ia ingin muntah saat tadi melihat bagian dalam dari katak yang mereka bedah.

"Makasih," lirihnya, tak lagi berniat merebut kertas berisi laporan ditangan Gariel, memilih diam dan kembali mengamati dalam satuan jarak.

Gariel kembali melanjutkan tugasnya untuk menulis.

Tak lama kemudian bel istirahat terdengar nyaring, membuat seluruh manusia yang berada di dalam laboratorium mulai melepaskan jas yang mereka kenakan lalu beranjak keluar.

Begitupun dengan Gariel dan Valen, keduanya beranjak menuju meja yang terletak dipojok depan bagian kanan. Seorang wanita paruh baya duduk dibaliknya, sibuk membolak balik lembaran kertas yang sama dengan yang ada di gengaman Gariel.

Gariel memberikan lembaran kertas itu kepada Valen, memberi kode lewat mata agar Valen yang mengumpulkannya kepada sang guru yang masih terlihat sibuk dengan puluhan lembar kertas diatas meja.Valen menerima dengan alis bertaut, dahi berkerut menambah kesan awal bahwa ia heran. Setelahnya Valen mengumpulkannya kepada Bu Aini, guru biologinya juga Gariel. Walau hanya sebuah urusan kecil, namun Valen menangkap bahwa Gariel ada sosok yang tak mau cari muka saat cowok itu lebih memilih untuk Valen yang mengumpulkan tugas mereka. Sebenarnya menurut Valen, Gariel bisa saja mengumpulkan-nya sendiri karena memang cowok itu yang sedari tadi susah payah menyelesaikan tugas.

Bahkan Valen tidak akan marah jika cowok itu melaporkan pada sang guru bahwa mereka tak bekerja sama, namun nyatanya Gariel tak begitu. Gariel tak egois hanya dengan memikirkan dirinya secara sepihak.

Valen berbalik, mengikuti langkah Gariel yang sudah keluar dari ruang penuh alat-alat penelitian itu, dengan langkah besar Valen berusaha mensejajarkan langkah dengan Gariel yang menuju kearah kantin.

"Maaf ya, lo tadi jadi ngerjain tugas sendiri, gue gak tahan lihat isi dalam kodok itu." Valen bergidik saat ingatannya kembali mengingat bagian yang ia sebutkan tadi. Valen menggeleng untuk mengenyahkan ingatan yang berputar di otaknya.

GALEN (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang