Semua hal yang terjadi didunia ini memang sudah digariskan dalam sebuah garis berkelok, karena hidup tidak akan lurus selamanya.
---Hubungan yang diawali dengan cara yang berbeda nyatanya tidak membuat sepasang kekasih ini memiliki kegiatan yang berbeda dari kekasih pada umumnya. Pergi bersama memang sudah menjadi hal lumrah bagi sepasang kekasih bukan? Sama halnya dengan Valen dan Gariel yang saat ini sedang menghabiskan akhir pekan dengan ngafe bersama, disalah satu kafe ternama yang menyajikan berbagai macam makanan khas negeri Ginseng. Tempat ini memang direkomendasikan khusus oleh Valen pada Gariel yang semalam mengajaknya keluar, entah ini bisa disebut kencan.
Kali pertama Valen menginjakkan kaki di kafe ini, dan cewek itu langsung jatuh cinta dibuatnya pada ratusan lembar foto polaroid idol-idol tampan yang tertempel disepanjang dinding kafe yang mempunyai lorong memanjang ini. Valen terkesima pada lukisan yang menunjukkan keindahan Seoul pada malam hari yang dipenuhi kelap-kelip lampu LED berwarna warni.
"Orang ganteng merasa terabaikan disini," keluh Gariel pada dirinya sendiri. Matanya tertuju pada Valen yang masih terpukau pada wajah-wajah tampan khas Asia pada dinding berlatar krem didepannya.
Meski cukup pelan, suara Gariel masih cukup jelas ditangkap oleh indra pendengaran Valen. "Pede, sendirinya ngatain ganteng."
"Lah, emang gue ganteng," protes Gariel tak mau kalah. Seluruh dunia juga mengakui kalau dirinya rupawan, hanya gadis itu saja yang selalu tak terima saat Gariel mengatakan dirinya ganteng. "Lo sendiri kemarin ngaku kalo gue ganteng,"
Valen mencibir, mendengus dalam hati, kenapa ia bisa sampai keceplosan mengatakan bahwa cowok yang sedang berada dihadapannya itu tampan kemarin pagi. Hal itu membuat Gariel jadi semakin tinggi hati dan bangga pada wajahnya-yang memang sangat tampan itu.
"Dino mana? Kenapa gak dibawa sekalian sih? Kan rame kalo ada Dino." Percayalah, Valen sedang berusaha merubah topik.
"Gak mau. Itu anak rusuh bener!"
"Gak ah, orang Dino lucu, kok!" Valen menanggapi sambil mencomot es krim rasa cokelat yang baru dipesannya.
Gariel mendengus, "Lucu dari mananya? Yang ada kalo kalian ngumpul, gue selalu dikacangin."
Kekehan Valen setelahnya membuat Gariel semakin geram jika mengingat kelakuan pacarnya yang sudah semakin dekat dengan adik kecilnya itu. Valen dan Dino adalah perpaduan yang sangat bisa membuat Gariel kesal dan bahagia secara bersamaan. Adiknya yang usil, selalu berkomplot dengan Valen untuk mengusiknya.
Lama berselang dengan keheningan, Gariel kemudian bertanya tentang sesuatu yang sudah lama ingin ia tanyakan, "Selama ini lo nyadar gak, kalo selalu ada orang yang ngikutin kita?"
"Mak-sud kamu a-apa?" tanya Valen gagap. Tubuhnya ia condongkan kea rah Gariel.
"Ada yang ngawasin kita, ngawasin gue sih sebenernya."
"Dimana?"
"Arah jam 9 dari tempat lo duduk. Laki-laki, baju hitam, pakai topi hitam, yang megang majalah bisnis." Gariel menjelaskan dengan tenang tanpa menoleh sedikitpun dari greentea yang sedang diseruputnya.
Valen mengintip dengan takut-takut kearah yang disebutkan Gariel. Dan benar, seorang laki-laki bertubuh tegap duduk menghadap jendela namun matanya menuju kearah Valen-ralat-arah meja mereka. Dengan segera, Valen langsung menoleh kembali pada Gariel yang tak menoleh padanya.
"Dia orang jahat?"
"Bukan," jawab Gariel singkat. Memang bukan orang jahat, karena orang itu adalah orang yang ditugaskan papanya untuk menjaga dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALEN (SELESAI)
Teen Fiction"Jadiin gue pacar lo!" Valen membeku dalam keterkejutannya. Menunduk dalam. "Maksud kamu?!" "Jadiin gue pacar lo, kalau itu bisa menebus rasa bersalah," jawab Gariel enteng. --------------- Ini adalah kisah tentang mereka yang sama-sama tak menyadar...