Di bawah sinaran sang bulan, enam remaja itu saling bercanda ria, melempar tawa dan kadang menjahili satu sama lain. Tak ada lagi yang namanya takut gelap atau takut malam hari. Justru, Sirius, Alpha Centauri, Rigel dan kawan-kawan adalah hal yang mereka tunggu kehadirannya untuk menghiasi langit malam.
Dengan alas tikar seadaanya yang digelar dibawah pohon rindang dihalaman belakang rumah Valen, mereka duduk melingkar. Beberapa bungkus cemilan sudah mereka habiskan. Beberapa kaleng bekas minuman juga sudah mengisi sekantong plastik yang memang sengaja disiapkan.
“Cerita dong, kok Stella sama Dika bisa dapat peran penculik?” tanya Valen.
“Gue dipaksa,” kata Dika.
“Pas kamu putus sama Gariel, dia datang ke aku. Marah-marah dong, karena kalian putus berkat omongan aku. Akhirnya dia cerita semuanya, kalo kamu gadis dari masa kecilnya itu. Dia cinta banget sama kamu.” Stella bercerita dengan menggebu. Membahas Gariel seakan cowok itu tidak sedang duduk manis didepan mereka. Ah, bahkan pipi cowok itu memerah sekarang karena malu. “Habis itu akhirnya aku sadar. Kami memang baiknya berteman aja. Dan gak lama setelah itu kak Juna minta tolong untuk aku ikut dengan rencana mereka bikin ingatan kamu balik. Eh, taunya malah ingatan kamu balik bahkan sebelum kami beraksi.”
Valen tersentuh. Sudah diduga, Stella memang gadis baik yang terjebak dalam hatinya sendiri. “Stellaaa.”
“Aku ikhlas kok lihat kalian bahagia,” ucapnya lalu menghembur pada Valen yang merentangkan tangan minta dipeluk.
“Gue ikut dong.” Fira juga menghembur dalam pelukan dua gadis itu. Gadis itu jalan berlutut kedepan, tempat dimana Valen dan Stella yang memang duduk bersebelahan saling memeluk.
“Ikut juga dong!”
“Et et, lo mau ngapain, bang?” tanya Dika pada Juna. Kerah belakang cowok itu bahkan ditariknya.
Juna meronta agar tangan Dika terlepas. “Mau berpelukan juga, lah!” sewotnya tanpa dosa.
“Sini, lo meluk gue aja, bang.” Gariel membuka tangannya lebar-lebar. Wajahnya ia buat segenit mungkin.
Juna segera duduk ditempatnya kembali. Tentu saja jijik melihat tingkah adiknya sendiri. “Ogah! Mending gue meluk pohon.”
Gariel, Dika, Stella, Fira dan Valen tertawa mendengarnya.
Teringat sesuatu, Valen segera melepas peluk mereka. Ia lalu melirik Fira yang sudah kembali duduk ditempatnya. Ada yang ingin ia tagih pada gadis berkuncir kuda itu. “Katanya hari ini bakal ngenalin gebetan lo ke gue, mana?”
“Pacar,” ralat Juna.
“Hah?” beo Valen.
Lima orang lainnya disana saling memberi tatapan geli. Sedetik kemudian tertawa rendah hingga Valen merasa jadi orang paling bodoh. Ia sepertinya melewatkan sesuatu.
Fira mengambil lengan seseorang disampingnya. Digandengnya lengan itu, hingga membuat Valen terkejut bukan main. “Kenalin, pacar gue.”
“Hah?” Valen merasa sangat bodoh.
Cowok itu mengulurkan sebelah tangannya pada Valen. “Dika, pacar sahabat lo.”“Se-sejak kapan?”
“Kelas 2 SMP,” jawab Fira dengan kekehan yang tak pernah lepas dari wajah cantiknya.
“Apa?! Kok bisa?” Melihat ekspresi orang lain yang santai-santai saja, Valen jadi yakin kalau disini hanya dirinya yang tidak tahu. Valen berasa dibodohi bertahun-tahun.
“Waktu aku ama bang Juna harus ke Spanyol dulu, aku beri Dika amanah buat jagain kamu. Aku juga sering nanya kabar kamu melalui Dika. Mungkin kamu gak sadar, kalian satu SMP. Dan Dika ternyata tau kabar kamu melalui Fira. Mereka jadi dekat, dan jadian. Tentu mereka gak akan bilang ke kamu.” Gariel menjawab, mewakili dua sejoli itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALEN (SELESAI)
Teen Fiction"Jadiin gue pacar lo!" Valen membeku dalam keterkejutannya. Menunduk dalam. "Maksud kamu?!" "Jadiin gue pacar lo, kalau itu bisa menebus rasa bersalah," jawab Gariel enteng. --------------- Ini adalah kisah tentang mereka yang sama-sama tak menyadar...