Kepulangan Juna

78 10 10
                                        

"Assalamualaikum, Bunda," sapa Gariel. Laki-laki tampan itu langsung menyalami perempuan berkerudung yang sedang menyiram tanaman itu.

"Waalaikumsalam."

"Pacar mana, Bun?" Tanya Gariel sambil celingak-celinguk kearah pintu rumah Valen.

"Valen maksud kamu?"

"Iyalah, Bun. Emang siapa lagi?" Gariel sudah akrab dengan wanita itu jadi ia tak segan lagi untuk sekedar melontarkan candaan yang biasanya hanya ia ucapkan saat bersama keluarganya atau bersama Dika.

"Ya mungkin kamu punya pacar lain."

Bertepatan dengan itu, Valen muncul dari balik pintu rumahnya. Hanya dengan mengenakan jumpsuit denim beserta kaos oblong, converse biru tua juga ransel mini dibelakang tubuhnya. Cewe itu tampil natural tanpa polesan make up berlebih, namun tetap cantik dimata Gariel. Ya, namanya juga sedang jatuh cinta, pasti semua terasa indah dimatanya.

"Udah lama?" tanya Valen.

"Baru aja." Gariel tersenyum sedikit.

"Ya udah berangkat yuk, nanti kesiangan."

"Bun, kami berangkat ya. Mau ke toko buku, abis itu kencan. Anak bunda aku balikin agak sorean dikit ya," pamit Gariel.

"Dikira aku barang pinjaman apa, dibalikin segala ngomongnya," gerutu Valen yang masih bisa didengar oleh pacar juga bundanya.

"Iya, iya. Kalian hati-hati dijalan. Anak bunda dijagain." Bahkan bunda Julia terkekeh menanggapi pasangan muda ini.

"Siap, ibu bos!" jawab Gariel lantang.

Setelah bersalaman dengan sang bunda, keduanya masuk kedalam mobil Gariel yang terparkir didepan gerbang. Tak butuh waktu lama untuk sampai ke toko buku yang mereka tuju. Keduanya langsung masuk, Gariel menuju rak buku pelajaran yang harus ia beli sedang Valen pamit menuju rak novel yang ia sukai. Keduanya berpencar sebentar, tapi kemudian bertemu kembali saat ingin membayar di kasir.

"Cuma beli dua?" tanya Gariel saat melihat hanya ada dua buah novel ditangan Valen.

"Iya," jawabnya sambil mengangguk.

Gariel meletakkan beberapa buku yang ia beli diatas meja kasir, sekalian dengan novel yang dibeli Valen. Valen merogoh ranselnya untuk mencari dompet, namun Gariel segera menahan gerakan tangan cewek itu.

"Kali ini gue yang bayar," ucapnya yang terdengar seperti perintah.

"Jangan! Aku bayar sendiri aja, lagian ini kan novel buat aku," cegah Valen namun Gariel sudah terlanjur memberikan sejumlah uang pada sang kasir yang menatap mereka dalam diam.

"Justru karena ini buat lo, makanya biar gue yang bayarin. Udah, jangan debat lagi." Cowok itu heran, disaat banyak cewek diluar sana yang sengaja keluar dengan pacarnya agar ada yang membayari, Valen malah tidak pernah membiarkan Gariel membayar belanjaannya walaupun mereka pergi bersama. Cewek itu sangat tidak materialistis. Dan mungkin itu yang membuat seorang Valen mempunyai daya tarik lebih dimata Gariel.

"Ya udah. Tapi cuma untuk hari ini ya," pasrah Valen.

"Gak, untuk seterusnya juga biar gue yang bayar."

"Makasih mbak, ayo!" Setelah mengucapkan terimakasih dan mengambil kantung belanjaan buku mereka, Gariel menarik sebelah tangan Valen dengan tangannya yang bebas dari kruk. Mereka keluar toko lalu melaju pergi dengan mobil Gariel. Membelah jalan ibukota disiang hari yang tidak terlalu panas ini.

***

"Hahahhahahahah." Suara tawa Valen terdengar nyaring.

Gariel melangkah lambat dibelakang gadis itu, dengan muka ditekuk sarat akan kekesalan.

GALEN (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang