Hanya kebetulan atau sudah takdir?
---
Didunia ini mungkin banyak sekali manusia yang menganggap bahwa weekend adalah suatu kenikmatan tiada tara. Waktu untuk melepas penat bagi yang sibuk bekerja dan atau bagi pelajar yang sibuk dengan tugas yang pastinya menumpuk dihari biasa. Weekend biasanya dihabiskan bersama keluarga ataupun orang-orang terdekat lainnya. Menghabiskan waktu dengan berwisata atau hanya duduk santai untuk mengobrol ringan didepan televisi, ada juga yang malah memanfaatkannya untuk tidur seharian.
Bagi cowok tampan satu ini, tak ada yang terlalu special di hari weekend seperti ini. Hanya bermalas-malasan diatas ranjang sambil bermain Play Station dari pagi hingga menjelang malam, atau mungkin keluar bersama sahabatnya sesekali.
Tak ada satupun kegiatan berarti baginya diakhir pekan seperti ini.
Bosan, kata yang pantas untuk menggambarkannya saat ini.
Gariel beranjak keluar dari selimut tebal yang membungkus tubuhnya. Cowok bermata tajam itu melangkah keluar menuju dapur.
Dituangkan segelas minuman dingin, lalu langsung meminumnya guna melegakan kerongkongannya yang belum dilewati setetes airpun sejak bangun dari tidur dua jam yang lalu.
Matanya menjelajah ke segara penjuru apartement yang sederhana ini. Terlihat sangat rapi dan sangat bersih.
Semenjak kepindahannya kembali ke Indonesia ia lebih memilih untuk tinggal sendiri di apartemennya daripada tinggal bersama keluarganya di rumah megah yang keluarganya tempati. Walau awalnya keputusannya sempat ditentang oleh sang ayah, namun karna kegigihan dan dengan beralasan bahwa ia ingin hidup mandiri akhirnya sang ayah pun luluh.
Walau Gariel sangatlah tahu bahwa ayahnya tidak akan membiarkan dirinya lepas sepenuhnya dari penjagaan sang ayah, buktinya Gariel sering melihat ada dua orang laki-laki berpakaian serba hitam yang sangat ia yakini sebagai orang suruhan ayahnya berada disekitarnya.
Awalnya Gariel sempat merasa risih karna merasa ia terus diawasi, namun setelah ia pikir-pikir, mungkin ini adalah cara sang ayah untuk melindunginya.
Ayahnya tentu saja tidak ingin terjadi hal yang buruk pada dirinya, karna walaupun ia seorang laki-laki yang kini sudah berumur 17 tahun namun bagi sang ayah ia pastilah tetap seorang anak-anak.
Gariel akhirnya hanya bisa pasrah, toh selama ini para bodyguard sewaan ayahnya terus menjaga jarak aman dengannya, yaitu sekitar 20 meter.
Ting tong ting tong...
Gariel mengerjap saat mendengar bunyi bel dari pintu apartemennya. Ia langsung melangkah kearah pintu.
Ia sudah tahu pasti siapa orang yang akan bertamu kerumahnya dihari weekend seperti ini, bahkan saat jarum jam baru menunjukkan pukul...
holy shit, ini bahkan baru jam delapan pagi.
Pukul 8 dihari weekend pasti terasa sangat pagi bagi manusia malas manapun.
Bel dipintu masih terus berbunyi nyaring. Gariel kesal dibuatnya. Manusia kurang kerjaan yang saat ini membunyikan bel pastilah manusia yang sangat kesepian.
Cowok itu membuka pintu dengan kekesalan yang sangat kentara, ditambah wajah menyebalkan lengkap dengan cengiran tanpa dosa dari orang yang tadi berada dibalik pintu dan kini sudah menerobos masuk kedalam apartement Gariel dengan satu kantung plastik hitam ditangannya.
Gariel mengekor dibelakang orang itu. Sesampainya di dapur tempat tadi ia mengambil minum, orang itu berhenti dan meletakkan plastik yang ia bawa diatas pantry.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALEN (SELESAI)
Novela Juvenil"Jadiin gue pacar lo!" Valen membeku dalam keterkejutannya. Menunduk dalam. "Maksud kamu?!" "Jadiin gue pacar lo, kalau itu bisa menebus rasa bersalah," jawab Gariel enteng. --------------- Ini adalah kisah tentang mereka yang sama-sama tak menyadar...