Rumah sakit. Mendengar namanya saja mungkin sudah membuat sebagian orang bergidik ngeri dan tak suka. Tempat yang semua orang tahu bahwa ditempat itu selalu berisi dengan orang-orang yang sakit bahkan tak jarang orang sekarat pun dapat ditemui disitu.
Apalagi UGD. Tempat dimana korban kecelakaan, pembunuhan, perampokan maupun segala tindak kriminal lainnya dilarikan pertama kali kesini. Tak heran jika disepanjang lorong dapat ditemui banyak pasang mata sembab juga tangisan yang pecah di segala sudut dari mereka keluarga pasien. Sesosok manusia yang penuh darah dan luka bukan hal yang tabu didapat dari pintu masuk ruangan UGD ini.
Bunyi gesekan brankar dengan keramik, juga orang-orang berjas putih yang sibuk berlarian kesana kemari adalah hal yang lazim disini. Bahkan bunyi decitan berbagai ukuran tabung oksigen, juga suara dari mesin elektrokardiograf terdengar seperti udara disini. Penopang hidup banyak orang. Bau obat-obatan menguar dari segala pojok hingga menusuk kedalam pernapasan.
Valen benci ini, suasana ini, tempat ini bahkan suara dari alat-alat berukuran sedang itu. Valen benci.
Seolah mengulang masa lalu, Valen ingat betul hari dimana ia terbangun dan mendapati dirinya sedang menggunakan pakaian khas pasien dengan selang infus ditangan kanan juga selang oksigen di hidungnya. Valen bahkan ingat betul saat dimana orangtuanya menangis haru saat ia membuka mata, bahkan sang bunda langsung memeluk juga mencium keningnya. Semua itu terjadi di ruang UGD, seperti saat ini, tempat yang ia pijaki kini.
*Flashback
Valen kecil membuka matanya perlahan. Senyum haru dari kedua orangtuanya adalah hal yang pertama dilihatnya. Tangis gadis kecil itu pecah saat sang bunda memeluknya dengan sangat erat, beradu dengan isakan yang juga keluar dari bibir sang bunda.
Valen terus menangis dan mengatakan bahwa ia takut, sebanyak Valen kecil menyuarakan ketakutannya sebanyak itu pula ayah dan bundanya menenangkan sambil menyeka air mata putri kecil mereka yang sangat malang.
Hartanto dan Julia tidak pernah menyangka bahwa diusianya yang bahkan belum genap 10 tahun, gadis kecil mereka sudah mengalami hal semenakutkan ini. Disekap oleh pria tak dikenal selama dua hari, tak sadarkan diri selama tiga hari hingga mengalaminya trauma mendalam pada psikologis nya. Semua itu adalah hal yang harus dilalui oleh Valen kecil saat itu.
"Valen takut Bunda, Ayah. Hikss. Hiks."
"Valen dibentak, Valen dipukul sama om galak," adu Valen dengan tangis yang semakin kencang.
"Sekarang gak akan ada yang bisa nyakitin Valen lagi. Tenang ya sayang, kan sekarang Valen udah sama Ayah sama Bunda. Jadi om galaknya udah gak bisa ngapa-ngapain Valen lagi," ujar Hartanto menenangkan putrinya.
Julia semakin menyalahkan dirinya, jika bukan karena dirinya yang lengah saat itu, mungkin Valen tidak akan keluar rumah sendirian di malam hari. Jika Valen tak keluar, maka kejadian mengerikan ini tak akan menimpanya. Julia merasa menjadi ibu yang sangat buruk bagi Valen. Tak becus menjaga buah hatinya. Melihat keadaan kacau putrinya, membuat ia tak bisa memaafkan kesalahannya sendiri.
"Bunda?" panggil Valen saat dilihat bundanya tengah melamun dengan air mata yang masih terus mengalir di wajah cantik wanita itu.
"Iya, sayang." Julia tersenyum kearah putrinya, tak ingin membuat anaknya itu semakin bersedih hati.
"Om jahat gak akan bisa nemuin Valen lagi, kan?"
"Nggak, sayang. Valen kan udah ada sama Bunda sekarang. Ayah sama Bunda pasti jagain Valen selalu supaya om jahat gak bisa nemuin Valen lagi. Valen percaya kan sama Bunda?"

KAMU SEDANG MEMBACA
GALEN (SELESAI)
Ficção Adolescente"Jadiin gue pacar lo!" Valen membeku dalam keterkejutannya. Menunduk dalam. "Maksud kamu?!" "Jadiin gue pacar lo, kalau itu bisa menebus rasa bersalah," jawab Gariel enteng. --------------- Ini adalah kisah tentang mereka yang sama-sama tak menyadar...