Mulai terbuka

86 13 1
                                    

Valen menoleh saat mendengar seseorang memanggil namanya. Tentu saja orang itu adalah Gariel, karena sedari matahari masih berada dipuncak hingga kini senja hampir datang, mereka masih setia duduk bersebelahan diatas kap mobil yang menghadap kearah laut lepas.

"Ya?"

"Kita pulangnya agak malam ya, mau liat sunset disini."

Valen sebenarnya agar keberatan pada kata pulang malam karena ia tak begitu menyukai malam hari, namun karena merasa tak mempunyai pilihan lain maka Valen hanya mengangguk pasrah. Kalaupun ia ngotot ingin pulang sore hari, mau pulang bersama siapa ia? Kan berangkatnya bersama Gariel, terlebih ia pasti tak tahu arah jalan pulang.

"Sunset disini bagus banget, gue yakin lo pasti suka."

Oh iya, ada satu keanehan yang ingin Valen bagi tahukan disini. Yang awalnya ia pikir dirinya dan Gariel akan berakhir seperti orang bisu, nyatanya tidak. Cowok itu banyak berbicara, malah Valen yang terlihat lebih banyak diam. Tak ada kecanggungan yang berati, mungkin hanya sebatas canggung karena mereka baru kenal.

Menit-menit terus berlalu hingga kini hitungannya adalah jam. "Itu sunsetnya."

Valen menoleh kearah yang ditunjuk oleh cowok didepannya. Tepat dihadapannya, pemandangan air laut yang berlatar bias cahaya matahari yang mulai tenggelam memanjakan mata. Segaris cahaya berwarna jingga yang sangat indah terpampang jelas di hadapan Valen. Tepat dihadapannya. Valen takjub. Matanya bahkan tak berkedip sama sekali, seakan takut ketika ia berkedip maka garis tipis itu akan menghilang digantikan gelap yang akan merangkai naik.

"Cantik," gumam Valen tanpa sadar.

Cowok disampingnya tersenyum atas gumaman reflek yang dikeluarkan Valen. Mencuri lirik sekilas, lalu kembali memandang kearah laut lepas. Kini sang surya sudah resmi kembali ketempatnya, langit yang awalnya berwarna jingga kini perlahan berubah menjadi gelap, dengan bulan yang perlahan datang menggantikan tugas sang mentari.

"Lo suka sunset?"

"Suka. Tapi gak pernah tahu kalo ada tempat dengan sunset secantik ini," ucap Valen takjub, Gariel disampingnya sedikit tergelak.

Gariel beranjak, turun dari kap mobilnya lalu berjalan searah dengan arah matahari terbenam semenit yang lalu.

"Mau kemana?" tanya Valen.

Gariel menghentikan langkahnya, menoleh kebelakang tepat pada manik mata Valen yang mengarah padanya. Sedikit tersenyum, lalu kembali melanjutkan langkahnya.

"Cuci muka," ucap Gariel tetap sebelum ia berbalik kembali berjalan kearah laut.

Mata Valen mengunci pada titik itu, cowok tinggi dengan jaket boomber cokelat yang melekat pas ditubuhnya. Seperti yang sudah Gariel katakan sebelumnya, ia kini sudah berdiri dengan kaki yang terendam air laut setengahnya. Sedikit membungkuk, lalu mengambil sedikit air laut dan membasahi seluruh wajahnya dengan air asin ditangannya itu.

"AAAAAAAA!!!." Tiba-tiba saja Gariel berteriak kencang, dengan tangan yang ia letakkan dipinggiran mulutnya yang membentuk seperti corong. Tiga kali, Gariel mengulangnya hingga tiga kali. Menatap laut lepas, lalu kembali berteriak. Bahkan punggungnya sampai membungkuk karena berteriak terlalu kencang.

Valen yang melihatnya dari belakang mengernyit heran atas teriakan Gariel. Takut terjadi apa-apa pada cowok itu, ia berjalan mendekat. Menepuk pelan bahu Gariel, membuat cowok itu berbalik untuk menoleh kearahnya, dengan senyum yang membuat Valen lupa dirinya. Untuk pertama kalinya Valen dapat melihat Gariel tersenyum selembut ini, membuat Valen juga ikut menarik ujung bibirnya.

"Gue gapapa," ujar Gariel sadar akan raut khawatir yang ditunjukkan oleh gadis yang kini sudah berpindah berdiri di sampingnya.

Valen menghela napas, tak jadi bertanya karena sebelum bertanya pun pertanyaannya sudah terjawab. Mematung ditempat, Valen tak tahu harus berbuat apa kini. Angin malam yang berhembus dari laut membuat Valen sedikit bergidik kedinginan, namun tak banyak dipermasalahkan oleh gadis cantik itu.

GALEN (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang