Kukira mengenalmu hanya sebuah kebetulan, namun ternyata takdir yang bicara.
---Untuk pertama kalinya dalam beberapa hari terakhir, Valen dapat tidur nyenyak. Setelah menghabiskan beberapa malam yang panjang diranjang rumah sakit, akhirnya kini ia sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Dan saat ini ia tengah bergelut dalam selimut tebal yang membungkus tubuhnya seperti sebuah kepompong.
Sebelum pulang, Valen yang didampingi bundanya sempat mampir keruangan Gariel. Lima hari sudah cowok tampan itu terbaring lemah, dan belum sadarkan diri sampai sekarang.
Ia pamit pada Gariel, walau jelas tak akan mendapat jawaban dari cowok itu. Valen juga berjanji akan berkunjung kerumah sakit esok hari setelah ia pulang sekolah. Ya, besok Valen akan kembali mulai bersekolah setelah absen selama beberapa hari, tentu saja karena himbau dari orangtuanya juga mama Gariel.
Awalnya Valen bersikeras ingin kembali bersekolah bersama Gariel saat cowok itu sudah sadar, namun orangtuanya juga mama Gariel selalu mendesaknya untuk bersekolah, katanya tak ingin Valen menjadi gadis yang bodoh, juga atas alasan bahwa Gariel juga tak akan suka atas tindakannya, akhirnya Valen mengalah dan memilih untuk bersekolah mulai besok.
Bunda Valen dan mama Gariel menjadi dekat dalam beberapa hari terakhir, mereka langsung terlihat seperti seorang sahabat lama yang baru bertemu kembali. Mereka juga bahkan selalu satu pemikiran, apalagi saat menyuruh Valen kembali bersekolah, kedua wanita itu sangat kompak menambahkan berbagai alasan untuk pernyataan mereka.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah lima subuh, Valen terbangun saat suara azan terdengar mengalun indah. Ia beranjak bangun, merapikan tempat tidur lalu kekamar mandi untuk mengambil wudhu. Sebelum berangkat sekolah, ia sholat subuh sekalian untuk mendoakan kesembuhan Gariel. Memintanya pada Tuhan terdengar lebih baik, daripada berharap pada alat-alat yang tertempel ditubuh cowok itu.
Setelah menunaikan kewajibannya sampai memakai seragam, Valen keluar kamar menuju dapur. Terlihat bundanya yang sedang menyiapkan sarapan. Valen mendekat, memeluk tubuh kurus sang bunda dari belakang hingga membuat wanita itu terperanjat kaget.
"Assalamualaikum, bunda."
"Waalaikum salam, anak bunda." Panci ditangan Julia sudah diletakkan diatas kompor. Badannya ia putar kebelakang untuk melihat wajah putri tersayangnya. Ia merapikan sedikit rambut Valen yang berantakan, juga seragam sekolah yang sudah menempel ditubuhnya.
"Bunda masak apa?"
"Nasi goreng."
Makanan kesukaan Valen setelah cokelat adalah nasi goreng buatan bundanya ini. Lima hari terus memakan makanan rumah sakit membuatnya menjadi sangat rindu akan masakan sang bunda yang kelewat enak menurut Valen.
"Hmmm. Enak nih. Jadi gak sabar makannya."
"Kamu duduk dulu aja. Ini udah mau mateng, nanti bunda bawa ke meja makan."
"Siap bunda."
Valen berbalik, melangkah cepat menuju meja makan. Langkah cepat yang mungkin malah terlihat seperti ia sedang berlari.
Tak lama kemudian, Julia datang dengan dua piring nasi goreng yang masih mengepulkan asap. Membuat Valen meneguk ludah saking ingin memakannya.
Hartanto yang baru keluar dari kamarnya dilantai dua ikut bergabung bersama istri dan anaknya. Mereka makan dengan nyaman, sesekali diselingi gumaman Valen yang hanya berisi tentang seberapa enak nasi goreng buatan bundanya ini, yang kata Valen tak ada tandingannya.
"Kamu berangkat sama Ayah ya?" Suara Hartanto terdengar memecah keheningan.
"Iya, yah," jawab Valen lemah. Harapannya hari ini ia akan berangkat sekolah dengan supir, sehingga dapat mampir ke rumah sakit nanti saat pulang sekolah. Namun kini ayahnya mengajukan diri, Valen tak kuasa menolak. Jika ayahnya yang mengantar, nanti pasti sang ayah yang juga akan menjemput, jika begitu Valen tak tega jika harus meminta ayahnya yang sibuk untuk mengantarnya ke rumah sakit karena jarak rumahnya dengan rumah sakit cukup menyita waktu apalagi arahnya yang berlainan. Ayah Valen adalah seorang manager disebuah perusahaan, memang bukan perusahaan terbesar dikotanya, namun pekerjaan itu cukup menghabiskan banyak waktu juga tenaga, ayahnya cukup sibuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
GALEN (SELESAI)
Ficção Adolescente"Jadiin gue pacar lo!" Valen membeku dalam keterkejutannya. Menunduk dalam. "Maksud kamu?!" "Jadiin gue pacar lo, kalau itu bisa menebus rasa bersalah," jawab Gariel enteng. --------------- Ini adalah kisah tentang mereka yang sama-sama tak menyadar...