Patah hati dan hadiah

65 9 4
                                    

Dua hari sudah, cewek yang kini menggulung dirinya dengan selimut itu uring-uringan. Benar-benar seperti kehilangan semangat hidup. Membuat orang-orang terdekatnya khawatir. Termasuk Fira yang sampai menginap dirumah cewek patah hati yang tak lain adalah sahabatnya sendiri.

“Keluar lo! Nolep banget sih,” omelnya untuk kesekian kali sambil menarik Valen keluar dari selimut yang membuatnya terlihat seperti ulat menggeliat.

“Gue gak mau masuk sekolah dulu, Fir!” Alasannya untuk kesekian kali pula.

“Gak mau sekolah apa gak mau ketemu mantan?” Sahabat laknat. Malah diingatkan.

Mantan?

Iya, mantan. Resmi sudah. Setelah mengucapkan kata keramat itu pada Gariel ditaman rumah sakit, Valen langsung berlari menjauh, tak membiarkan cowok atau lebih tepatnya mantan cowoknya untuk menerima keterkejutan. Lagian Valen yakin Gariel tak akan mencegahnya, atau mencoba mempertahan hubungan keduanya.

Lihat saja, sudah dua hari dan tidak satupun pesan atau panggilan atas nama cowok itu masuk keponselnya. Iya, Valen memang menaruh harap bahwa Gariel akan sedikit saja peduli, minimal bertanya kenapa putus atau basa-basi lainnya yang padahal memang sudah jelas jawabannya. Namun lagi-lagi harapan dikalahkan kenyataan.

Gariel sialan. Hidup Valen sebelum bertemu cowok itu baik-baik saja, tanpa drama percintaan. Sekali ia melabuhkan hati, namun ternyata pelabuhan itu sudah berpemilik.

“Bunda khawatir sama lo, bego.”

“Bilang aja gue lagi sakit, gak mau sekolah dulu.” Alasannya. Meski harus berbohong, mungkin itu lebih baik daripada harus bertemu mantan dengan wajah acak adul begini.

Fira menarik napas dalam. “Kalo begitu malah makin khawatir, geblek. Gue hajar juga nih si kulkas, berani-beraninya bikin sohib gue kaya mayat hidup gini. Ckck, prihatin saya.”

“Jangan!”

“Bucin lo! Baru juga gue bilang hajar, belum gue bunuh.” Dasar Fira sableng, omongannya sudah seperti psikopat saja. Iya, psikopat cantik.

“Hari ini aja sehari lagi, besok gue masuk. Janji.”

Fira memicingkan mata curiga. Malas mengiyakan namun juga tak bisa menolak. Cewek itu hanya bisa menghembuskan napas dengan pasrah. Terserah sahabatnya lah, yang penting jangan mogok makan saja.

“Yaudah nih makan, tuan putri.”

“Makasih dayangku.” Patah hati sih patah hati, urusan perut ya tetap yang utama bagi Valen. Kalau sudah jam makan Valen jadi lupa patah hatinya.

“Rang ajar.” umpat Fira kalem.

Setelah menghabiskan sepiring nasi goreng juga segelas susu hangat, Valen lanjut menjelajah alam mimpi, sedang Fira memutuskan untuk mandi dahulu. Keduanya berniat marathon drama sebentar lagi, karena sudah terlanjur bolos ya harus dimanfaatkan sebaik mungkin.
Selang dua puluh menit, Fira sudah terlihat segar dengan wajah habis mandinya juga pakaian yang sudah diganti. Kali ini cewek itu hanya mengenakan setelan celana panjang dengan kaos longgar sebagai atasan, pakaian kebesaran kaum rebahan seperti dirinya.

Dilihatnya Valen masih tidur, jadi tak ia bangunkan dulu. Mengambil ponselnya dari atas meja belajar, Fira sejenak menjelajahi beranda instagramnya, hanya untuk membalas beberapa DM dari teman-temannya. Sedang asik-asiknya melihat keuwuan tiktok, sebuah pop-up pesan Whatsapp menarik Fira untuk segera membukanya.

Gariel Navalthan Yudha
Valen gimana?

Iya, pesan dari Gariel, si cowok kulkas sialan itu.

Fira membalasnya. ‘Gpp’ cuma itu yang diketiknya lalu dikirimkan, detik itu juga pesan tersebut langsung centang biru. Huh, dasar.

Cewek itu tiba-tiba membalikkan badannya, menghadap Valen yang ia lihat gelisah dalam tidur, dari balik cermin yang tergantung diatas meja belajar. Segera saja ia berpindah menuju kasur. Menggoyang-goyangkan lengan Valen agar cewek itu bangun. Sepertinya Valen bermimpi buruk lagi, dilihat dari gurat takut juga keringat yang bercucuran didahinya.

GALEN (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang