Benci

62 9 0
                                    

Valen baru saja selesai mandi, mengeringkan rambutnya yang masih setengah basah dengan sebuah handuk putih, saat kemudian pintu kamarnya terbuka sedikit.

"Sayang, turun. Makan malam dulu."

"Iya, Yah," sahut Valen, menjawab ucapan sang ayah yang barusan membuka pintu.

Hartanto tersenyum lembut memandangi putrinya yang sudah semakin dewasa, tumbuh menjadi gadis yang cantik tidak hanya luar saja namun hatinya juga cantik. Laki-laki paruh baya itu masuk kedalam kamar putri semata wayangnya, hanya untuk mengusap lembut surai sang tuan puteri.

"Kenapa, Yah?"

"Gapapa, cuma mau lihat anak ayah yang paling cantik ini."

"Ayah gombal!"

"Ayah gak gombal, emang ayah punya anak lain yang lebih cantik?"

Sambil memonyongkan bibirnya, Valen menggeleng. Membuat sang ayah semakin gemas saja pada putrinya itu. "Ya sudah, ayah turun duluan, kamu cepetan ya jangan sampai bunda nunggu lama."

"Iya, Ayah. Aku cuma sisiran sebentar. Janji gak sampai 5 menit," ucapnya sambil menunjukkan telapak tangan, membentuk angka 5 dengan jarinya.

"Kalau lebih uang jajan kamu ayah potong," ucap ayah Valen sesaat sebelum menutup pintu kamar berwarna putih gading itu.

Valen sampai geleng kepala melihat sang ayah yang acap kali mengancam keberlangsungan uang jajannya, namun tak pernah benar-benar bertindak sesuai ancaman itu. Ayahnya ini benar-benar ayah terbaik seluruh dunia.

Ting!

Sebuah pesan masuk saat Valen baru saja akan mengambil sisir dari atas meja riasnya. Valen penasaran karena pesan tersebut dikirim dari seseorang yang tidak sekontak dengannya.

082256454678

Besok saat jam istirahat, bisa bertemu sebentar diperpustakaan?

Stella

Kira-kira begitulah isi dari pesan tersebut. Stella? Dia stella? Stella yang itu?

Valen bingung hanya menjawab seperti apa. Apa baiknya ia tanyakan pada gariel saja? Terserah nanti bagaimana cowok itu akan menjawab, entah mengizinkan atau melarang.

082256454678

Tolong jangan beritahu Gariel, aku hanya ingin bertemu denganmu.

Wow, apa gadis itu punya semacam indra keenam. Bagaimana bisa pesannya masuk saat Valen baru saja akan menghubungi pacarnya.

Baiklah, mungkin tidak apa-apa untuk meng-iya-kan ajakan mantan pacar kekasihnya itu. Karena sejujurnya valen cukup penasaran dengan maksud gadis itu, apa ia akan bertindak layaknya pemeran antagonis seperti pada cerita-cerita melankolis yang pernah ia baca. Atau berperan sebagai manusia paling tersakiti, seperti pada sebuah film drama yang pernah ia tonton. Entahlah, kita lihat saja besok.

***

Hari ini, lewat jendela kamarnya pagi-pagi sekali Valen melihat sebuah mobil Jazz berwarna hitam sudah terparkir rapi didepan gerbang rumahnya. Tak mau ambil pusing karena mungkin saja itu mobil salah satu rekan atau kerabat orangtuanya yang kerap berkunjung, valen segera mengambil tas sekolahnya yang berwarna hitam itu lalu beranjak turun kebawah untuk sarapan bersama orangtuanya yang sejak tadi sudah rewel menyuruhnya segera turun.

Pagi ini ia akan berangkat dengan Gariel, cowok itu mengatakan akan menjemputnya. Valen pikir pacarnya itu akan tiba sekitar setengah jam lagi, mengingat sekarang jarum jam masih menunjuk pada angka 6 lebih sedikit.

GALEN (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang