Tidak di harapkan

57 11 0
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi nyaring seantero SMA SUKMAJAYA membuat Valen menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskan secara teratur lewat mulut. Sambil mengelus dada, Valen berucap syukur sebanyak-banyaknya dalam hati. Seharusnya sekarang giliran kelompoknya yang maju untuk mempresentasikan hasil kerja mereka, namun karena keteledoran dirinya yang meninggalkan flashdisk berisikan hasil presentasi tersebut diatas meja belajar kamarnya membuat ia hampir disalahkan oleh teman-teman satu kelompoknya. Untung saja bel pulang sekolah berbunyi tepat saat kelompok Valen belum kena giliran, sehingga jadwal presentasi diundur pada pertemuan selanjutnya.

Huh, untung saja.

"Len, gue duluan ya."

"Iya, Fir, lo dijemput?" tanya Valen sambil memperhatikan Fira yang sudah berdiri didepannya lengkap dengan tas kulit berwarna cokelat pada punggung cewek cantik itu.

"Ngga, hari ini gue bawa motor," jawab gadis itu sambil memutar kunci motor yang ada di jari tangannya untuk diperlihatkan pada Valen.

"Ohh, ya udah hati-hati ya."

"Sip. Gue duluan. Assalamualaikum," ucap Fira lalu lekas meninggalkan Valen yang masih duduk di bangkunya sambil memasukkan buku serta alat tulisnya kedalam tas.

"Waalaikumsalam," jawab Valen yang kemudian kembali sibuk dengan peralatan tulisnya.

Gariel menghampiri dengan sebelah kruk menyangga tubuhnya. Cowok itu tersenyum jail saat sebuah ide terlintas di kepalanya sedang Valen tak mengetahui kedatangannya. Gariel mengambil ancang-ancang untuk mengagetkan dari belakang. Cowok tampan itu menyeringai sambil membayangkan reaksi kaget Valen yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Namun sayang, saat tangan cowok itu hampir mengenai punggung Valen, tangannya terlebih dahulu dicekal oleh sebuah tangan lainnya.

"Gariel," panggil sang pemilik tangan lentik itu.

Tak hanya Gariel, Valen pun secara alami ikut berbalik punggung menghadap belakang. Hingga dilihatnya seorang gadis mencekal pergelangan tangan Gariel, dengan Gariel yang nampak kaget melihat gadis itu.

"St.. Stella?" gumam Gariel yang terdengar seperti pertanyaan. Cowok itu menarik lepas cekalan tangannya.

"Yeah, it's me," jawab gadis itu.

Ah, Valen baru ingat, gadis itu adalah gadis yang kemarin-entah sengaja atau tidak- membuat dirinya terjatuh saat berlari menuju perpustakaan. Ya, Valen tidak mungkin lupa wajah angkuh yang baru ia lihat kemarin itu. Namun pertanyaannya, bagaimana gadis itu bisa mengenal Gariel? Karena sepertinya gadis itu adalah siswi pindahan, apa gadis itu teman lama Gariel?

"Ngapain lo disini?"

Pertanyaan dengan nada dingin itu baru pertama kalinya Valen dengar dari seorang Gariel. Amarah besar nampak terpancar dari bola matanya saat memandang gadis didepannya. Valen hanya menjadi penonton tanpa tahu apa-apa. Stella dengan wajah penuh harap dan penyesalan yang mendominasi. Sedang Gariel menatap penuh benci.

Stella berusaha menggapai tangan cowok itu, namun langsung ditepis oleh Gariel yang bahkan tak sudi memandang gadis itu lebih lama. Sambil menghela napas berat, Stella berujar, "Aku nyariin kamu, aku minta maaf. Aku benar-benar menyesal dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi."

"Udah? Cuma itu? Lo buang-buang waktu berharga gue."

Tanpa menunggu jawaban Stella yang matanya sudah berkaca-kaca, Gariel langsung menarik tangan Valen dan membawa gadis itu keluar kelas bersamanya. Meninggalkan Stella yang mengepalkan tangannya dengan sangat kuat sambil menahan tangis. Hatinya hancur. Gariel-nya sudah tak mau lagi mendengarkan pembelaannya. Gariel mengacuhkannya dan itu sangat menyesakkan.

GALEN (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang