Gariel Tetap Gariel

69 9 0
                                    

"Yel, mau nitip makanan gak?" tanya Edo pada Gariel saat bel istirahat baru berbunyi. Cowok itu sudah berada diambang pintu menuju kantin. Mengingat kondisi teman sebangkunya yang sekarang menggunakan bantuan kruk untuk berjalan, makanya sebagai manusia yang masih mempunyai sisi baik Edo menawarkan diri untuk dititipi makanan oleh Gariel. Meski terkenal bandel, Edo orang yang pantang jika melihat temannya kesusahan, dan Gariel termasuk dalam daftar teman versi Edo. Makanya ia berniat membantu.

Gariel yang merasa ditanya menolehkan kepalanya kearah sumber suara, dimana terlihat Edo yang menanti jawabannya. Gariel menggeleng sekilas, mengisyaratkan tidak. Kemudian cowok itu kembali fokus pada telepon pintar ditangan kanannya.

Edo mendengus sebal, "Tinggal bilang 'enggak' aja apa susahnya sih! Ngomong satu kata gak akan ngebuat suara lo ilang kali."

Sifat Gariel yang terlalu dingin dan irit bicara juga kadang membuat jengkel teman sekelasnya, termasuk Edo. Sering kali saat ditanya Gariel hanya akan mengangguk atau menggeleng sebagai jawaban. Jikapun bersuara paling hanya sekedar kepada guru yang bertanya kepadanya.

"Udah baik gue mau nanya juga. Untung temen sebangku," cerca Edo, bahkan cowok yang tak kalah tampan dari Gariel itu membanting pintu kelasnya dengan keras saat berjalan keluar.

Disisi lain, Valen dan Fira yang masih sibuk menyalin tulisan di papan tulis dikagetkan dengan suara pintu yang dibanting. Seketika Valen menoleh kebelakang, dilihatnya Gariel masih sibuk dengan ponselnya, seakan tak terpengaruh dengan emosi Edo yang menggebu-gebu. Valen tahu bahwa Edo bereaksi seperti itu karena Gariel, meski tangannya sibuk menyalin namun telinga Valen cukup tajam untuk mendengarkan suara ngebass milik Edo tadi.

"Mulai lagi itu anak. Gampang benget emosi," gumam Fira, yang dimaksudnya adalah Edo. Tanpa menunggu respon dari Valen yang berada disampingnya, Fira kembali menyalin semua tulisan yang ada di papan.

Didalam kelas hanya tersisa Gariel, Valen, Fira juga beberapa siswi dimeja paling depan yang juga sedang menyalin tulisan dari papan.

Dengan takut-takut Valen kembali menoleh kebelakang, melihat Gariel. Yang ditangkap oleh retina matanya adalah Gariel menunjuk ponsel milik cowok itu sendiri dengan tangan kanannya, sedang matanya melihat Valen. Valen dengan mudah menangkap makna bahwa Gariel menyuruhnya melihat ponsel.

Setelah menarik keluar sebuah ponsel ber-case monokrom dari dalam tasnya. Tak ada yang menarik dari benda itu hingga Valen membuka sebuah aplikasi chat yang sering ia gunakan, dan tertegun saat membaca sebuah pesan.

From: 082318728377

Temen lo itu emosian banget sih. Kan suka-suka gue mau ngomong apa enggak. Iya kan, pacar?

Gariel. Satu nama yang langsung terngiang di kepala Valen. Namun dari mana cowok itu mendapat kontaknya? Setahu Valen, sejauh ini nomor ponselnya cukup privasi, hanya keluarga dan beberapa temannya yang tahu. Dan ia belum pernah memberikan nomor teleponnya kepada Gariel. Yah, karena memang cowok itu belum pernah meminta.

Kernyitan dikening cewek itu cukup membuat Gariel yakin bahwa pesannya tidak akan segera mendapat balasan. Jadi ia mengirim pesan kedua.

From: 082318728377

Gausah bingung gitu, sebagai pacar yang baik emang udah seharusnya gue tau kontak cewek sendiri.

Pesan kedua dari pengirim yang sama membuat Valen mengangkat pandanganya kebelakang. Dan ternyata Gariel juga sedang memandang kearahnya dengan senyum manis cowok itu.

Ya Allah kuatkan hati Valen. Bagaimana bisa cowok yang tadi bersikap sangat dingin kepada teman sebangkunya kini menjadi sangat manis kepada dirinya. Aduh, lama-lama Valen bisa mencair nih. Apalagi sedari tadi pagi Gariel terus saja memanggil dirinya dengan sebutan 'pacar', membuat Valen jadi bersemu merah.

GALEN (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang