Kini saatnya ucapakan selamat tinggal pada serpihan puzzle dalam pekatnya malam.
---"Juna apa kabar?" tanya Dika pada Gariel yang berjalan bersisian dengannya.
"As you know."
"Misi lo gimana? Ada kemajuan?" tanya Dika lagi.
"Belum. Gue bahkan belum bergerak. Gak mau terburu-buru, takutnya dia malah terluka." Percayalah, dia yang dimaksud adalah Valen. Gadis mungil berambut cokelat itu.
Mendengar jawaban sahabatnya, Dika malah mencibir, "Bahasa lo berat, bro! Pesan gue ingat waktu lo gak banyak."
"Iya, gue tahu."
Keduanya sudah hampir sampai pintu kantin, saat siluet seorang gadis dari koridor sebelah kanan membuat Gariel dan Dika memandang dalam tanya.
"Noh, cewek lo jalan sambil ngelamun. Samperin, gih. Takut nabrak cowok lain nanti." Dika memancing reaksi Gariel.
"Tunggu disini aja, kayaknya mau ke kantin juga."
Dan benar, tak lama setelahnya Valen sudah berada tiga langkah didepan Gariel. Cewek itu terlalu sibuk pada selembar kertas yang berada ditangannya, hingga tak sadar bahwa Gariel menghalangi jalannya.
"Aduh!" Valen hampir jatuh terduduk, kalau saja sebuah lengan tak segera menangkap tubuhnya.
Gariel tak menyangka jika tubrukan Valen pada tubuhnya membuat cewek itu hilang keseimbangan. Ia ingin menangkap tubuh yang hampir rubuh itu, namun lengan milik sahabatnya lebih dulu terulur. Gariel sadar, dengan kondisi tangannya yang harus menyangga kruk, tak mungkin ia bisa menyeimbangkan tubuh Valen, yang ada mereka berdua yang nantinya malah akan terjatuh. Dan percayalah, nyungsep berdua itu tidak ada romantis-romantisnya.
Namun walau begitu, api cemburu masih saja tersulut dimatanya. Posisi Dika yang hampir memeluk pacarnya, membuat Gariel geram. Meski tahu bahwa sahabatnya tak memiliki perasaan apa-apa pada pacarnya, tapi pacarnya menyukai sahabatnya. Gariel tak suka premis yang ia simpulkan ini.
"Ekhem!" dehem Gariel tak suka.
Valen segera sadar posisinya. Dengan cepat ia berdiri tegak, sedikit menjauh dari Dika dan merapat kearah Gariel. Valen membatin. Perasaan itu sudah jauh berkurang. Secepat ini? Valen bahkan sudah tidak lagi merasakan debar-debar mengejutkan dari hatinya saat menyelami manik Dika. Saat lengan cowok itu menyangga tubuhnya tadi, saat Valen menatap mata milik cowok itu, tak ada lagi perasaan seperti dulu. Hanya sebatas kagum yang tersisa untuk cowok berotak encer itu, perasaan lain dihati Valen sepertinya sudah menemukan pemilik baru. Ia sangat bahagia akan hal itu. Dika menyuruhnya menghapus segala suka yang ia punya untuk cowok itu, dan Valen berhasil, secepat ini. Hatinya bukan lagi milik cowok itu.
"Kalo jalan hati-hati. Nanti ada yang ngamuk kalo lo kenapa-napa," ucap Dika pada Valen, namun tatapannya lurus kearah Gariel. Ada seringai jail yang Dika berikan diujung ucapannya.
Valen mendongak menatap Dika lalu Gariel pada detik selanjutnya. Dika tahu dirinya dan Gariel mempunyai hubungan? Ah, sudah jelas. Mereka sahabat. Pasti Gariel yang menceritakannya. Seperti Fira yang sudah sudah ia ceritakan tentang hubungannya dan Gariel.
"Maaf," sahut Valen sambil menunduk. Tangannya bergerak menyisir rambut kebelakang karena gugup. Kertas yang tadi menjadi penyebab dirinya sampai menabrak Gariel sudah ia amankan ke kantong seragamnya.
"Kenapa ngelamun? Ada masalah?"
Valen menatap balik Gariel yang juga menatap kearahnya. "Gak ada apa-apa."

KAMU SEDANG MEMBACA
GALEN (SELESAI)
Fiksi Remaja"Jadiin gue pacar lo!" Valen membeku dalam keterkejutannya. Menunduk dalam. "Maksud kamu?!" "Jadiin gue pacar lo, kalau itu bisa menebus rasa bersalah," jawab Gariel enteng. --------------- Ini adalah kisah tentang mereka yang sama-sama tak menyadar...