2

43.5K 5.1K 921
                                    

Jeno melirik jam tangannya dimana waktu menunjukan pukul tiga sore, dia berjalan memasuki area kantornya sementara dibelakang sekretarisnya mengekori. Dia tersenyum saat beberapa karyawannya yang tak sengaja berpapasan membungkuk.

Jeno dan karyawannya diam selama mereka berada didalam lift menuju ruangan Jeno. Para bodyguard hanya berjaga diluar sementara Jeno dan Sekretarisnya masuk.

Sang sekretaris hanya berdiri didepan meja kerja Jeno, menatap bosnya yang duduk dan mulai berkutat lagi pada pekerjaannya.

"Presdir" Panggil sang sekretaris, Jeno hanya melirik.

"Apakah Presdir sudah menemukan pengganti saya?" Tanyanya, pertanyaan sang Sekretaris langsung membuat pekerjaan Jeno terhenti, dia menghembuskan nafas berat dan menutup laptopnya.

"Belum" Jawab Jeno

"Presdir, Anda harus segera mencarinya"

"Kenapa? Apa kau bosan bekerja denganku?" tanya Jeno

"Bukan... Bukan Presdir" Sang Sekretaris menyahut dengan cepat

"Kondisi Istriku semakin memburuk dari hari ke hari, aku hanya sedang bersiap jika dia meninggalkanku suatu hari nanti. Jadi aku ingin di sisa hari-harinya aku ada menemaninya" Jawabnya dengan kepala tertunduk

"Sebenarnya aku tidak mau Sekretaris Park berhenti, tapi aku juga bisa merasakan apa yang Anda rasakan. Anda sudah bekerja denganku dan keluargaku selama hampir dua puluh tahun, aku sangat berterima kasih. Aku akan segera mencari Sekretaris baru" Ucap Jeno

"Hari ini pulanglah dan temani Ibu Kim, dia pasti senang Anda kembali lebih awal"

"Terima Kasih Presdir"

Jeno mengangguk dan tersenyum. Setelahnya dia melihat sang sekretaris yang berjalan keluar dari ruangannya. Jeno menghembuskan nafasnya dan membawa tubuhnya untuk bersandar pada kursi kerjanya.

Termenung sebentar.


Dia teringat sesuatu dan kembali menegakkan tubuhnya, mengambil sebuah map berwarna merah dilaci kerjanya. Jeno membuka berkas itu, meraih lembar per lembar kertas didalam map berwarna merah itu.


Hanya beberapa saat dia kembali meletakkan lembaran kertas itu diatas meja. Jeno merasa beberapa orang yang mengirimkan lamaran padanya tak membuatnya tertarik. Dia kembali menyandarkan tubuhnya dikursi kerjanya.

**

Jeno membuka pintu balkon kamarnya, angin kencang langsung berhembus menerpa wajah tampannya, satu tangannya membawa secangkir kopi. Dia berdiri didepan pembatas dan menoleh ke sekitar mendapati seseorang berdiri disama sembari menelpon seseorang.

"Ya Mom, Haechan bilang dia mendengar beberapa lowongan pekerjaan. Aku akan kembali ke Busan setelah mendapatkan pekerjaan untuk mengambil pakaianku" Ucap Jaemin pada Mommy nya di sebrang telepon

Jeno menaikkan satu alisnya, dia mengalihkan pandangannya kearah lain. Menatap indahnya langit malam yang bertabur bintang. Satu tangannya berada disaku celana, tampaknya sangat santai sekali malam ini.

Dia menoleh karah Jaemin yang masih sibuk dengan seseorang disebrang telepon sana.


Dia akui sejak pertama kali bertemu, Jaemin sangat manis. Senyumnya indah.

"Mom Berhentilah, Mama Renjun bahkan sudah tidak perduli dengan Daddy. Hentikan kecemburuan itu" Omel Jaemin malas, Jeno mendengus dengan seulas senyum melihat bagaimana pria dibalkon samping rumahnya tengah merajuk.

"Benar, pindah saja ke China supaya Daddy tidak memikirkan Mama Renjun lagi. Aku baik-baik saja disini"

"Ya.."

"Baiklah, aku mengerti Nyonya Kim"

Jaemin tersenyum dan mematikan sambungan teleponnya, dia memandangi layar ponselnya. Dia selalu menjadi putra yang manja di mata kedua orang tuanya. Jaemin menoleh ke sekitar dan terkejut mendapati Jeno berdiri dibalkon rumahnya tengah asik memandangi langit malam, sesekali menyeruput kopi yang ia bawa

CRAZY BOSS [NOMIN]✓ [READY PDF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang