33. Hal yang lebih penting

41 8 2
                                    

•ANGGEROGEBB•

Happy reading♡

Terlalu sibuk nugas sampai tidak ada waktu buat mikirin yang lain, termasuk Angger. Tugas satu kelar, eh gak lama datang lagi tugas yang lain yang pastinya lebih meresahkan bisa membuat pikiran pusing tujuh keliling. Tapi, di sela-sela sibuk nugas Thear gak pernah lupa buat ngisi perut yang kosong, katanya sih otak sulit di ajak diskusi kalau perut laper.

Berbeda dengan Angger, selama Thear berkutat dengan buku pelajaran cowok itu malah asik main game sambil leha-leha di kasur enak gitu keliatannya. Thear ingin memberikan hidayah dengan tamparan keras lewat mulut, tapi sayang sekali gak jadi. Dah capek.

“Tugas kamu numpuk tuh, gak kalah jauh sama tumpukan dosa kamu.” sindir Thear.

Angger menguap ia bahkan tidak menutup mulutnya dengan tangan, biasa minim akhlak. Angger merenggangkan ototnya yang kaku. “Eughh.. Masa sih,”

Thear memutar bola matanya. “Aku mulu yang bantuin ngerjain tugas kamu. Pada dasarnya kamu emang beban.”

“Gak salah denger nih kamu bilang aku beban?” Thear dan Angger saling pandang, tidak lama Thear membuang muka.

“Kan aku jadiin kamu pacar aku biar kelak nanti anak aku mirip kamu, gak kayak aku banget gitu tapi pengen ada yang kayak aku nya juga sih. Cuman ya aku pengennya ada yang mirip kamu nya.” Cerocos Angger. Thear tidak paham, terserah cowok itu saja.

“Lagian kamu yang beban bukan aku.” Lanjutnya.

Seketika Thear menoleh ke arah Angger dengan tatapan memicing, cowok itu duduk tegap di atas kasur sudah siap mental tangannya ia lipat di dada. Seolah perkataan terakhirnya tidak ada yang salah. “Maksud kamu apa? Emangnya aku beban gitu. Gak lah yaw!” Sewot Thear.

Angger tergelak. “Ck, kacang lupa pada daratan. Yang bawain tas kamu siapa? Aku. Yang gendong kamu pas ngerengek capek siapa? Aku juga. Yang sering beliin eskrim siapa? Aku lagi. Terus yang sering bikin mood kamu kembali ceria seperti pelangi siapa? Lagi-lagi aku. Dan Yang nebeng pulang tiap hari siapa? Baru kamu.” Angger balas tak kalah sewot.

“Oh jadi kamu gak ikhlas lahir batin? Bilang dong. Kalo aku tahu kamu terbebani oleh kerasnya dunia aku gabakal minta sama kamu.”

“Gak gitu juga konsepnya. Cuman dilihat dari yang telah aku jabarkan kamu itu beban terberatku gebb. Kamu-nya aja yang gak sadar diri.” Perkataan Angger membuat hati Thear pecah, gadis itu sebenarnya tahu hanya saja memilih untuk diam dari ketidaktahuan tak tahu diri ini. Ngerti?

“Lagi pula kalau jadi pacar aku, kamu harus siap dengan segala konsekuensinya dan segala kekurangan yang aku miliki. Kamu harus terima dong, gimana sih.” Elak Thear tidak ingin kalah debat, ingin menang saja.

“Iya sama dong, kekurangan aku ya emang itu tuh,” Angger mendorong pipinya dengan lidah ke arah meja belajar.

Thear mengerti memutar bola mata. “Ya beda lagi itu bukan kekurangan, kamu nya aja yang males.”

“Ih udah gebb kamu capek ya? Sini aku peluk.” Angger turun dari kasur berjalan ke arah meja belajar memeluk Thear, gadis itu mencium aroma baju Angger yang khas, membuat hati tenang. Angger berbisik.

"Kalau semisalnya aku gak ada, kamu jangan manja, ya."

Thear mengerecutkan bibirnya, gemas. "Angger akan selalu ada buat Thear!"

Angger tertawa.

"Lagipula aku gak manja, tenaga kamu banyak, aku hanya memanfaatkan tenaga kamu kok, gebb."

"Emang kamu gak punya tenaga?"

Thear menghela nafas gusar sembari mengusap wajah. "Ahh, aku... tak bertenaga."


🍦🍦🍦


Thear dan teman-temannya mengadakan acara bobo bersama alias nginep, tempatnya di kediaman rumah Caca. Semuanya sudah setuju, alhasil malam ini Thear diantar oleh Angger bersama motor Rgeb (nama alay buat motor Angger).

Perjalanan ke rumah Caca hari ini cukup lama karena macet, hal biasa karena malam mingguan banyak yang keluar buat pacaran, mana yang jomblo ikutan keluar rumah juga.

“Gebb,”

“Emh kenapa?”

“kamu udah laper belum?”

“Laper sih, tapi masih bisa nahan.”

Angger melirik jam tangan dipergelangan tangannya couple-an sama Thear, biasa Thear jutek-jutek bucin.
“Jalanan macet parah, perkiraan satu jam lagi baru nyampe di rumah Caca, kamu mau berenti buat makan apa lanjut jalan?”

“Oh kalo aku sih masih bisa nahan lapar, kamu liat sendiri tadi aku makan roti.”

“Iya gak bagi-bagi.” Sambung Angger membuat Thear cengengesan.

“Ditawarin gak mau. Gengsian sih,”

“Kamu peka lah suapin kek,”

“Nyenyenyenye.”

Ok, fine! Angger kuat.

“Gebb mau eskrim?” Tanya Angger sebenarnya tanpa ditanya pun cowok itu sudah tahu jawabannya. Angger melihat kaca spion motor yang menampakkan wajah Thear.

Thear mengangguk antusias. “Mau mau!”

“Baik, nyonya.” Ucap Angger membuat Thear tersenyum. “tapi beban banyak mau nya lagi” lanjutnya dalam hati.

Melanjutkan perjalanan setelah membeli ice cream, tiba lah dirumah Caca sekitar pukul sembilan malam, Thear sudah ngantuk mungkin jika sudah masuk kamar gadis itu akan masuk ke alam bawah sadar.

Tidak lupa Thear bye-bye an bersama Angger sebelum cowok itu pergi, gadis itu juga meminta Angger menghubunginya jika sudah sampai rumah dan tidak mampir kemana-mana, lagi pula cowok itu pasti capek karena seharian ini bersamanya.

Thear tersenyum melihat kepergian Angger, gadis itu bersyukur bisa di pertemukan dengan sosok laki-laki sepertinya. Walaupun Thear tidak tahu sampai kapan akan seperti ini. Jika harus kehilangan setidaknya, Thear sudah menikmati waktu bersama Angger ravindra.

Jauh di lubuk hati yang paling dalam. “Aku ingin selamanya bersamamu.”









































ANGGEROGEBBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang