36. Anak SMA biasa

19 6 0
                                    

Kukira keras, ternyata kertas.
-Angger ravindra.


Happy reading☆


Pertemuan antara anak remaja dari sekolah Venus dan Neptunus di lapang sepi yang tidak diketahui siapa pemiliknya. Di sekolah Venus yang ikut pertemuan tersebut hanya empat orang yakni, Angger, Dani, Bigi dan Aji. Jika di bandingkan dengan Neptunus sangat jelas Venus kalah telak dalam banyaknya anggota.

Angger berjalan santai menghampiri orang yang sama sekali tidak ia kenali tapi, lelaki itu tahu bahwa orang itu pasti ketuanya.

“Kenapa menghampiri duluan?” tanya seorang cowok yang sekarang sedang berhadapan dengan Angger. Cowok itu tersenyum sinis. “Apa nyali lo menciut? Karena dari segi anggota aja lo udah kalah?”

Angger diam.

Melihat Angger yang terdiam cowok itu dengan bangga berucap. “Asal lo tau dibelakang gue kurang lebih ada seratus orang yang ikut.” Tangan kanannya menepuk bahu Angger. “Solidaritas itu perlu bro! Jangan cuma berempat mana badannya kurus-kurus lagi.” Cowok itu tertawa membuat semua anggotanya ikut tertawa, walau anggota yang kebagian paling belakang mungkin tidak tahu apa yang mesti ditertawakan.

“Gue Aldi, dan lo itu–“

“Hei! Bocah!” teriak lelaki berambut gondrong yang tidak tahu dari mana kedatangannya.

Semua orang menoleh. Hanya beberapa detik melihat sosok lelaki itu yang jaraknya bahkan beberapa meter, membuat seratus anggota dari sekolah Neptunus lari meninggalkan Sang ketua.

Angger bingung. Memangnya apa yang perlu di takutkan dari lelaki gondrong itu?

Lelaki gondrong itu berjalan mendekat membuat wajahnya terlihat jelas, laki-laki yang mungkin sudah berkepala dua tapi, badannya yang gagah dan otot yang masih kuat dengan tato di lengannya yang menyakinkan bahwa lelaki itu adalah seorang preman atau mantan preman.

“Bocah sialan! Memangnya ini lapang punya kalian?” tanyanya. “Karena kalian sudah berani masuk wilayah saya, terima akibatnya!”

Beberapa menit kemudian datang seratus orang dari arah timur. Angger, Dani, Bigi, Aji dan Aldi saling berpandangan. Apa yang akan terjadi dengan mereka?
Satu hal yang terpikirkan adalah kabur.

Saat kami ingin kabur ke arah barat langkah kaki kami berhenti. Tidak diduga datang segerombalan orang yang tiba-tiba mengepung, sekarang tidak ada celah untuk kabur, kami hanya bisa pasrah.

🍦🍦🍦


Gerombolan preman itu terbagi menjadi empat bagian. Dari arah timur lima puluh orang, arah barat lima puluh orang, arah selatan lima puluh orang dan arah utara juga lima puluh orang. Totalnya dua ratus orang mengepung kami yang hanya berlima.

Cowok berambut gondrong itu tersenyum bangga. “Kalian salah kabur, tempat ini wilayah kekuasaan saya.”

“Pak Sudirman!” teriak laki-laki dari arah barat berjalan mendekat dan diikuti oleh satu orang dibelakangnya.

Kharis dan khonis. Kharis si kacamata hitam dan khonis si rambut kuning, keduanya terkenal sebagai duo maut. Mereka bahkan bisa menghabisi lawan yang jumlahnya seratus dalam beberapa menit saja.

ANGGEROGEBBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang