44. "Aku akan selalu bersamamu."

21 6 0
                                    

•ANGGEROGEBB•

•ANGGEROGEBB•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☆☆☆

Selepas dari kejadian semalam, di siang hari dengan teriknya sinar mentari. Angger dan Thear duduk di sebuah kafe. Thear tersenyum senang melihat kekasihnya baik-baik saja, tidak ada yang tergores sedikit pun.

“Aku senang kamu baik-baik aja,” ujar Thear.

“Jelas dong!” balas Angger semangat. “walaupun sering bertarung tapi belum ada nih, orang yang berani ngegores wajah aku yang tampan ini.”

Thear terkekeh. “Hoi! Itu karena do’a ku juga.”

“Oh… kamu berdoa’a untukku?”

“Yap! Betul sekali.” Thear mengangguk-angguk.

“Terima kasih udah khawatir, aku sayang Thear.” ucap Angger tersenyum manis.

Thear tersipu, “Aku juga sayang kamu.”

Angger mencubit pipi Thear gemas. “Eh, by the way. Kamu belum kenyang, Gebb?”

Thear memasukkan batagor ke dalam mulutnya sebelum menjawab. “Oh, batagor ini makanan penutup.” balas Thear. “Kamu mau?”

“Enggak. Makasih.”

“Oh… Syukurlah. Sama-sama.”

Angger melirik bibir bawah Thear, tersisa bumbu batagor yang menempel di sana. Cowok itu mengambil tisu, kemudian membersihkan sisa bumbu tersebut sampai bersih. “Kamu makannya kayak anak kecil deh.”

“Ada bumbu batagor, ya?” tanya Thear.

Angger mengangguk. “Iya, sekarang udah bersih.”

Thear menyukai perhatian Angger yang satu ini, walau cowok itu kerap sekali selalu memperlakukannya seperti anak kecil.

Thear menyendok sedikit bumbu batagor kemudian mengoleskan di dekat bibirnya. Bibir gadis itu mengerecut. “Ada lagi nih, Geb… “

Angger tertegun, “Gebb?” tapi cowok itu kembali membersihkan bibir Thear.

Thear tersenyum, tangan gadis itu kembali menyendok bumbu batagor yang sekarang sedikit lebih banyak. Kemudian gadis itu mengoleskan di sekitar bibirnya.

“Gebb, nih, banyak bumbunya. Ayok bersihin lagi!” pekiknya.

Lama-lama Angger yang melihat tingkah Thear geram, cowok itu tersenyum palsu kemudian mengambil tisu hendak membersihkan bibir gadis itu yang belepotan. Akan tetapi, Angger mencolek sedikit bumbu yang ada di bibir Thear mengoleskannya di pipi Thear, agar terlihat seperti anak kecil yang belum mandi.

Hampir seluruh wajah Thear di oleskan bumbu batagor oleh Angger. Gadis itu menggerutu gemas. “Ah… Gebb. Bumbunya ke muka aku semua!”

Angger tertawa.

Thear mengambil tisu basah di dalam tas nya. Angger dengan cepat merampasnya. “Biar aku yang bersihin.”

Setelah wajah Thear bersih, dan tidak ada yang lengket. Gadis itu kembali memakan batagornya dengan lahap.

“Thear, apa kamu enggak mau ketemu Safwa?” Pertanyaan Angger seketika membuat Thear berhenti mengunyah. “Aku gak tahu sebenarnya ada masalah apa tentang kalian berdua, tapi apa kamu mau menyelesaikannya dengan bertemu, dan bicara baik-baik?”

“Enggak.” jawab Thear.

“Thear, aku tahu dari Dani. Dia cerita sama aku, Dani selama ini juga menderita. Tapi dia enggak cerita tentang kamu Gebb, yang jelas aku khawatir. Saat Safwa berusaha meminta maaf, kurasa selama ini kamu menyalahkan kesalahan orang lain menjadi kesalahanmu.”

“Aku gak bisa diam aja melihat orang yang aku sayangi menderita.”

Thear menangis. “Ta-tapi aku yang salah, kalau saja a-aku–“

Angger memeluk Thear memberikan kehangatan. “Jangan menangis sendirian.”

Thear berhenti menangis karena sudah cukup tenang, ia menghela nafas. “Baru aja aku mau bilang, aku enggak harus dari mana.”

“Nggak apa-apa, kok. Aku akan mendengarkan semuanya.”

Thear menceritakan semuanya tentang masa SMP nya yang kelam. Angger mendengarkannya tanpa bersuara.

“Aku udah cerita semuanya.” Thear menarik nafas dan menghembuskannya. “Ah, lega rasanya.”

Mendengar apa yang Thear ceritakan Angger mengepalkan tangannya marah. Tetapi, air matanya jatuh sangat deras. “Dasar Br*ngs*k! Aku menyesal kemarin tidak membunuhnya.”

“Adre sialan.” Angger menangis sesenggukan.

“Udah jangan nangis, kenapa kamu yang nangis?”

“Aku marah, dan kesal.”

Angger memeluk Thear sangat erat. “Aku akan selalu bersamamu.”

🍦🍦🍦

Esok harinya atas usul Angger. Cowok itu menemani dan mengantar Thear untuk ketemuan di kafe dengan Safwa. Safwa ingin meminta maaf, ia juga akan menceritakan semua kejadian dan kesalahannya.


Angger menunggu di luar kafe memberi waktu untuk mereka menyelesaikan masalah.

Thear. Gadis itu hanya melihat Safwa yang menunduk dan meneteskan air mata. Safwa ingin membuang rasa bersalahnya dan menjalani hidup dengan tenang. Meskipun begitu Thear tidak peduli, lagi pula tidak ada yang berubah dari semua yang terjadi di masa lalu.

“Aku sudah tidak peduli lagi soal itu.” ucap Thear. “Lagi pula itu masa lalu.”

“Iya… Syukurlah.” ucap Safwa parau.

Safwa mengambil kotak pink di dalam tas. Kotak tersebut yang dulu pernah ia ambil dari Adre pemiliknya adalah Dani, kotak pink adalah hadiah untuk Thear dari Dani.

“Ini hadiah dari Dani saat cowok itu di culik, aku mengambilnya. Tapi, ini bukan sesuatu yang harus aku miliki.” Safwa menyodorkan kotak tersebut kepada Thear.

“Kenapa kamu ngasih ke aku? Kotak itu bukan milikku juga.” tolak Thear. “Meskipun emang buat aku tapi, kamu tidak ada hak untuk memberikannya kepadaku.”

“Ah, iya…" Safwa mengangguk mengerti. “Kalau begitu boleh aku minta nomer telpon Dani?”

Thear mengangguk.

Setelah keluar dari kafe ini, Thear dan Safwa akan kembali dalam rutinitasnya. Bagi Thear tidak ada lagi tempat untuk masa lalu yang kelam, dan hanya akan memperkeruh hidupnya di masa depan.

Angger melambaikan tangan tersenyum lebar melihat Thear yang keluar dari kafe, begitu juga dengan gadis itu. Saat berhadapan dengan Angger, Thear mengambil tangan kanan cowok itu dan menggandengnya.

Aku akan hidup bahagia, hanya itu yang kuharapkan.


🍦🍦🍦

26-04-2022














ANGGEROGEBBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang