35. Lebih dari diriku sendiri

37 7 0
                                    


•ANGGEROGEBB•

Happy reading ♡

Angger duduk dikursi dengan minuman di atas meja belajarnya, cowok itu melamun memikirkan perasaan gadisnya, baru kali ini ia mendengar kata-kata yang begitu mudah terlontar dari mulut Thear. Sekarang pikirannya sedang kacau hanya bisa diselesaikan dengan minum es cincau.

Angger meneguk es cincau yang sudah tidak dingin itu hingga kandas.
“Walau tidak dingin tetap enak,” cowok itu menghela nafas gusar.

Angger melihat handphone yang sedari tadi tak kunjung mendapat balasan dari Thear, telpon pun tak di angkat. “Ah, nanti juga dia telpon.”

Tiba-tiba Angger teringat masa dimana ia masih duduk di bangku SMP.

Flashback on.

Pak Mukhtar adalah guru yang keberadaannya saat disegani oleh murid-murid SMP. Langkah kakinya berhenti ketika mendengar teriakan yang memanggil dirinya.

“Pak Mukhtar!" teriak salah satu murid.

"Ada apa?"

"Angger sama Jamal lagi gelut di kelas, tolong segera di lerai sebelum ada korban rumah sakit jiwa, Pak." jelasnya.

Saat itu juga ada guru lain yang mendengar kabar Angger membuat onar. Pak Mukhtar berpapasan dengan Pak Bambang yang sedari tadi mencebikkan bibirnya sebal. Dikantor sedang enak nan santuy menyeruput kopi eh, ada saja anak yang membuat masalah.

“Pak Mukhtar sudah mendengar kabar anak kelas dua membuat onar?” tanya Pak Bambang.

“Iya, sudah,” jawab Pak Mukhtar

“Gak mood ih. Bapak saja yang urus,” usul Pak Bambang

Pak Mukhtar murung. “Gimana ya? Saya juga sama gak mood.”

Pak Mukhtar pasrah. Dikarenakan dirinya adalah guru kesiswaan sudah menjadi tugasnya untuk menyelesaikan masalah ini. Walau malas sebenarnya.

Pak Mukhtar menyaksikan murid yang sedang asik main tinju-tinjuan, segera meniup peluit yang ia pinjam terlebih dahulu dari guru olahraga.

PRITT

PRIT PRET

“Hei, berhenti, dong!” teriak Pak Mukhtar

“Gausah ngatur! Kamu bukan tukang parkir.” erang Angger.

Angger terus menyerang Jamal yang sudah kewalahan menghadang serangan cowok itu.

Pak Mukhtar marah menarik tubuh Angger agar menjauh dari Jamal. Cowok itu memberontak tapi sayang sekali tenaganya tidak ada apa-apanya dibanding dengan Pak Mukhtar. “Bisa-bisa dia masuk rumah sakit jiwa, kalau kamu terus pukul!"

Saat ini Angger berada di Ruang BK bersama Dani, Pak Mukhtar melipat tangannya didada melihat kedua murid itu dengan tatapan yang penuh amarah dan membunuh.
“Kalian baru kelas dua sudah berani masuk Ruang BK.” ketus Pak Mukhtar.

“Ya kan, ada pintu masuknya!” cecar Angger.

Pak Mukhtar menghela nafas, sebisa mungkin tidak emosi. Tapi tidak bisa.

“Memangnya ada masalah apa sampai kamu pukul si Jamal? sampai-sampai mukanya sulit di kenali."

“Gara-gara si Jamal nuduh kalau Dani nyuri uang si Dini anak cewek kelas sebelah. Aku sebagai sahabat bisa nerima, tapi kesel!" geram Angger.

Harusnya aku gak nyuri itu uang, ini semua gara-gara empe-empe Bi Anih. Kalau aja Bi Anih gak jualan empe-empe, Angger sama aku gak mungkin masuk Ruang BK.

ANGGEROGEBBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang