Chapter 32

1.3K 162 110
                                    

Selamat membaca (っ.❛ ᴗ ❛.)っ

.

.

.

Levi membuka matanya yang terasa sangat berat, perlahan tubuhnya ia dudukkan dan punggungnya bersandar dikepala ranjang. Kepalanya terasa sangat pusing, manik hitamnya mengerjap pelan melihat seorang wanita masuk ke dalam kamarnya

" Apa yang kau rasakan? " Mikasa membawa secangkir teh hijau hangat untuk diminum Levi

" Sedikit pusing.."

" Minumlah teh ini, minum saat hangat dapat merilekskan pikiranmu "

Levi menerima teh hijau itu dilihatnya sejenak, ia merasa teh hijau ini bukan lagi hal yang disukainya. Benar, sekarang hal favoritnya adalah teh hitam buatan Eren. Levi meminumnya perlahan, ia masih memiliki rasa kasihan pada Mikasa yang bersusah payah membuat teh untuknya

" Terimakasih "

" Levi aku ingin bertanya padamu...,apa kau...masih marah denganku? " Jari-jari tangan Mikasa saling bertautan, gugup. Levi menyadari itu, ia hanya menghela nafasnya

" Kalau dibilang marah tentu saja aku sangat marah padamu. Tapi hal itu sudah berlalu, aku tak ingin memperburuk ikatan persaudaraan kita " Levi meletakkan cangkir teh hijau yang tersisa setengah di meja

Mikasa memasang wajah menyesal, " Aku benar-benar kakak yang buruk, seharusnya aku tidak melukaimu..aku telah dibutakan oleh cinta dan obsesi untuk memilikinya "

" Kau menyukai Eren " ucap Levi to the point

" Maaf..."

" Tak apa, rasa suka bisa muncul pada siapa saja. Aku tak akan terkejut jika kau menyukainya, aku juga tak melarangmu. Bagaimana bisa kau mengenalnya? "

" Aku mengenalnya sejak kecil dimana kau menceburkan ku di air terjun, kau ingat? "

Levi menaruh jari telunjuknya didagunya seraya memutar kembali memori diotaknya. Ah! Waktu itu, jadi saat itu ia telah bertemu dengan Eren?

" Ya aku ingat itu "

" Dan di saat itu juga Eren mengawasimu, setiap kali kau bermain di air terjun aku selalu melihat Eren selalu mengawasi mu dari jauh " Mikasa melirik sebuah piring di meja yang telah di siapkan oleh pelayan

" Dia memang mengerikan " Levi terkekeh geli, tiba-tiba kenyataan menampar dirinya mengingatkannya kembali bahwa pria itu telah tiada, ia terdiam

" Ada apa denganmu? Kenapa tiba-tiba diam "

" Eren...dimana tubuhnya? " Suara Levi terdengar serak

Mikasa menatap Levi serius. Jika ia mengatakan sebenarnya bahwa tubuh Eren menghilang itu akan membuat Levi semakin frustasi dan membahayakan janinnya. Lebih baik alihkan pembicaraan. Tangan kanan Mikasa mengambil piring berisi nasi dan daging

" Kau harus makan ini dulu agar kau merasa lebih baik. Setelah itu aku akan mengajakmu ke pemakaman ibu, kau mau mengunjungi nya kan? "

Ucapan itu berhasil membuat Levi sedikit memunculkan tanda-tanda kehidupan

"Aku ingin mengunjunginya, berikan padaku "

" Ini, kalau begitu aku akan keluar sebentar. Kau ingat pria yang menolong Eren kemarin? Aku juga harus merawatnya, lukanya sangat parah " Mikasa berdiri dan bersiap-siap untuk pergi

" Jean? Bagaimana keadaannya "

" Dia belum sadar sampai saat ini, pria itu selalu menggumamkan Yang mulia yang mulia ranjang anda berlubang lagi " Mikasa berbisik di akhir ucapannya

Wonderwall  [ EreRi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang