Chapter 4

2.1K 298 21
                                    

Selamat membaca (≧▽≦)

.

.

.


" Yang Mulia! Tuan muda telah ditemukan " Seorang prajurit datang tergesa-gesa dan membungkukkan tubuhnya didepan sang Kaisar. Kenny dan Kuchel terkejut

" Dimana mereka-"

" Ayah! " Teriak Mikasa memasuki ruangan Kaisar seraya memapah tubuh Levi. Kuchel segera menghampiri putranya

" Levi ada apa dengan kakimu " tangan Kuchel memeriksa setiap inci tubuh Levi memastikan tidak ada luka lagi, ia terkejut melihat luka ditelapak kakinya

" Siapa yang melukaimu "

Levi menatap sang ayah, " Tidak ada. Ini hanya terkena serpihan kaca, sudah itu saja tidak ada yang lain "

" Tsk makanya perbaiki kebiasaan burukmu itu " dengusan kesal keluar dari hidung Levi

" Lukamu telah di jahit. Siapapun yang menolongmu itu pasti orang yang baik " Kuchel menyentuh perlahan jahitannya

" Tidak! Dia bahkan menjahit kakiku tanpa menggunakan obat bius "

Kuchel tersenyum geli, ia menepuk kepala putranya dengan pelan

" Mikasa, antarkan dia ke kamarnya kau pasti lelah " tepukan lembut di kepala juga di dapatkan oleh Mikasa. Kuchel adalah ibu yang baik dia selalu adil terhadap anak-anaknya membagikan kasih sayangnya dengan sama rata tanpa membeda-bedakannya

" Baiklah bu "

Setelah mereka meninggalkan ruangan kaisar, Kuchel melorotkan tubuhnya di lantai dengan lemas hingga Kenny yang sedang mengamati kepergian anak mereka terkejut dan segera mendekati sang istri

" Kau tak apa?"

Kuchel mengangguk, " Aku tak apa, aku hanya takut Levi akan terluka seperti dulu"

Sebenarnya alasan utama Levi dilarang keras untuk keluar dari istana karena Levi pernah di culik waktu dia berumur 9 tahun saat keluar bersama Kuchel. Saat Kuchel menyelesaikan urusannya ia tidak menemukan Levi dimanapun hal itu membuat gempar seluruh kerajaan dan juga penduduk sekitarnya. Kenny sangat murka dan menyuruh seluruh warga untuk membantu mencarinya. Pencarian itu berhasil menemukan Levi tetapi dengan keadaan sangat buruk, lebam dimana-mana, luka gores di sekujur tubuh, dan terdapat darah di area bawahnya menandakan bahwa Levi telah di perkosa oleh seseorang

Setelah kejadian itu Levi menjadi trauma dan gila ia tidak mau makan, berteriak ditengah malam, melihat orang pun takut apalagi jika disentuh. Kuchel sangat frustasi melihat keadaan putranya ia menyuruh Kenny untuk memanggil seorang penyihir agar menghilangkan ingatan buruk itu. Dan cara itu berhasil kini Levi telah melupakan kejadian itu dan keadaannya telah membaik. Kenny juga menyuruh Mikasa untuk tidak menceritakan kejadian itu pada Levi

" Itu tidak akan terjadi padanya lagi, aku janji "

°°°

" Kau beruntung Ayah dan Ibu tidak memarahimu " Mikasa mendudukkan Levi di tepi ranjangnya

" Kau benar, aku tidak mau dihukum membaca seluruh buku di perpustakaan lagi "

" Itu salahmu dulu kau membuat para menteri mabuk di saat perkumpulan " Levi mengingat itu menundukkan kepalanya malu

" Jangan salahkan aku, mana aku tahu jika yang aku tuangkan itu adalah bir "

Mikasa menyuruh pelayan untuk menyiapkan sebuah piyama. Levi mengangkat sebelah kakinya di atas pahanya untuk melirik jahitan yang ada di kakinya

" Sekarang kau sudah mengetahui perbedaan mana bir dan mana air putih, kan? " Pelayan datang membawa yukata, Mikasa mengambilnya dan memberikan kepada Levi

" Tentu saja, aku tidak sebodoh dulu "

" Kau baru saja menyatakan bahwa dirimu bodoh "

Levi mengernyitkan alisnya, " Diamlah Mikasa, kau membuatku kesal "

Mikasa hanya mendengus geli, ia mendekatinya dan melepaskan tali yang melekat pada kimononya. Levi memekik kaget ia menahan tangan Mikasa

" Apa yang kau lakukan?! "

" Tentu saja melakukan apa yang kulakukan dulu "

" Bodoh! Aku bukan anak kecil lagi " Levi mendorong tubuh Mikasa agar menjauh dan menyuruhnya keluar dari kamarnya. Setelah Mikasa keluar dari kamarnya Levi menggerutu kesal dengan orang-orang sekitarnya yang masih menganggapnya seperti anak kecil

Setelah beberapa saat Levi telah mengganti kimononya dengan piyama tidur berwarna putih polos membuat kulit putihnya bertambah bercahaya

Levi berjalan dengan pelan menuju jendela kamarnya yang masih tertutup. Tangannya perlahan membukanya dan ia mendudukkan dirinya di kursi panjang yang berada tepat di bawah jendela. Pemandangan sebuah pohon Wisteria bermekaran membuat hati Levi tentram dan damai

" Aku baru sadar ternyata pohon itu telah tumbuh semakin besar "

Tiba-tiba ingatannya memutar kembali kejadian tadi siang dimana ia bertemu dengan pemuda misterius yang membantunya membayar permennya dan juga mengantarnya pulang, dan jangan lupakan tentang jahitan yang sangat buruk itu. Levi tidak mau lagi jika pemuda itu kembali menjahit lukanya

" Eren ya.." gumam Levi

Levi semakin dibuat penasaran bagaimana wajah pemuda yang bernama Eren itu, kenapa dia sampai marah saat ia ingin membuka tudungnya. Apa karena dia buruk rupa? Atau jangan-jangan dia terlalu tampan hingga harus menutupi wajahnya. Levi menepuk-nepuk pipinya agar tidak terlalu memikirkannya

Tapi kenapa sifatnya berubah lebih ekspresif saat bersama dengan pemuda itu, ia jadi seperti bukan lagi dirinya yang selalu bersikap dingin dengan orang lain selain kedua orangtuanya dan Mikasa

" Aku ingin bertemu dengannya lagi.."

.

.



.


Tbc



Terimakasih banyak yang selalu ngevote cerita ini, yang suka dengan book ini dan yang selalu ngucapin semangat buat author 🥺

Pokoknya sayaang banget sama kalian huwee😭❤️















Wonderwall  [ EreRi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang