40

20.2K 865 38
                                    

-
-
-

Embun diam, berbaring membelakangi Langit dengan mengeratkan selimutnya, tubuhnya terus saja bergetar menahan rasa yang tak bisa dia ungkapkan. Takut, sedih, kecewa dan frustasi berkumpul menjadi satu. Air matanya bahkan tak mau keluar karena terlalu syok.

Langit, setelah melakukan hal bejat pada Embun, dia tidak tampak senang.  Tatapannya kosong, memikirkan hubungan yang berusaha dia pertahankan semakin hancur seperti tidak bisa disatukan lagi seperti dulu.

Langit menghela nafas, memijit pelipisnya lalu dia beranjak duduk, melirik Embun dengan perasaan bersalah dan amarah yang bercampur. Ingin memeluk tetapi enggan karena egonya lebih besar.

Langit berdiri, memakai bajunya kembali lalu keluar dari kamar Embun dengan perasaan kacau.

Embun menangis sejadi-jadinya setelah kepergian Langit dan tak lama kemudian terdengar suara mesin mobil pelahan keluar yang artinya Langit pergi.

Embun menangis tanpa mengeluarkan air mata, sangat lama sampai suara ketukan di pintunya terdengar, "Non Embun, ada temannya di bawah." ucap satpam yang di perkerjakan Langit karena bi Marni hanya bekerja sampai jam 2 siang saja.

"Siapa pak?" tanya Embun dengan suara serak.

"Emh, oh den Felix namanya."

Embun beranjak duduk, mengusap wajahnya yang sembab tanpa air mata, "Suruh masuk aja pak. Nunggu di bawah." ucap Embun.

"Baik non." Lalu terdengar suara derap langkah menjauh.

Embun beranjak dari ranjang, menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya karena Langit memperlakukannya sangat kasar seperti jalang pemuas nafsu yang di bayar murah.

Embun membersihkan tubuhnya, menghilangkan jejak Langit di tubuhnya dengan sabun berkali-kali. Tetapi banyak tanda merah yang Langit tinggalkan tentu saja tak mudah hilang.

Embun mengambil concealer untuk menutupi semua itu. Memakai baju tertutup lalu merias sedikit wajahnya dan mencoba tersenyum meski palsu. Setelah itu Embun bergegas turun ke bawah menemui Felix yang sudah menunggunya.

"Sayang." panggil Felix ketika melihat Embun, mereka langsung berpelukan melepas rasa kangen.

Embun memeluk Felix sangat erat dan ingin menumpahkan tangisnya dalam dekapan cowok itu tetapi dia berusaha menahan semuanya karena tak mau Felix tau akan penderitaannya.

"Lo kenapa?" heran Felix

"Gue kangen." kilah Embun lalu melepas pelukan mereka.

"Kan gue udah di sini. Lihat nih, gue bawa apa." ucap Felix sembari memberikan beberapa paperbag yang dia bawa dengan susah payah dari luar negri.

"Thank ya Fel." ucap Embun, dia menerima itu lalu mengecup pipi Felix singkat dan mengajaknya duduk.

Felix kembali memeluk Embun lalu menggenggam tangannya sangat erat begitu juga dengan Embun, "Lo kelihatan gelisah?" tanya Embun sembari menatap wajah Felix lalu mengusap pipinya dengan lembut menyalurkan rasa sayangnya begitu besar untuk Felix.

"Embun, gue mau ngomong sesuatu sama lo." ucap Felix.

"Apa? Lo ngamilin anak orang?" selidik Embun.

"Ih, lo mah negatif mulu pikirannya." gerutu Felix.

"Terus apa, muka lo kayak ke-gap selingkuh tau nggak. Di putusin Abighail?" selidik Embun tetapi Felix hanya diam.

"Apa?" tanya Embun lagi.

"Itu nggak penting, ada masalah lain, Embun" jawab Felix.

"Ya udah cerita." ucap Embun, dia membenamkan wajahnya di dada Felix mencari kenyamanan yang sudah sangat lama tidak dia rasakan.

DAMN'IT FIANCE || endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang