11

27.9K 1.2K 17
                                    

-
-
-

Pagi itu, Embun bergegas berangkat ke sekolahnya. Setelah selesai menggunakan sepatu, Embun mengambil tas yang dia taruh di sofa lalu berjalan menuju pintu rumah dan segera menguncinya. Embun menoleh saat mendengar suara derum motor berhenti, dia melihat Langit di sana dan tersenyum.

"Ngapain lo di sini." tanya Embun saat Langit menghampirinya.

"Jemput tunangan. "

Embun menghela nafas lalu berjalan meninggalkan Langit yang bingung, "Mau kemana?" tanya Langit, dia menahan tangan Embun.

"Berangkatlah." ketus Embun.

"Ayo naik, gue udah jemput loh." ajak Langit.

Embun menyentak pelan lalu bersidekap dada dan menatap Langit, "Lo lupa, gue nggak mau ada satu orang pun yang tau hubungan ini." ucap Embun, setelah itu dia pergi begitu saja meninggalkan Langit.

Tangan Langit mengepal, entah apa yang dia pikirkan saat ini melihat penolakan keras dari Embun. Langit bergegas mendorong motornya dan menyusul Embun.

"Embun." panggil Langit tetapi Embun hanya cuek dan terus saja berjalan tanpa memperdulikan kehadiran Langit di sana.

"Lo nggak capek?" tanya Langit lagi.

"Embun."

Kali ini Embun berhenti dan menoleh, "Stop deh. Lo berangkat dulu aja." kesal Embun.

"Kenapa sih?" tanya Langit tetapi Embun hanya diam dan kembali melangkah pergi. Langit mencengkram stang motornya kuat karena kesal dengan penolakan Embun, 

"Ya udah gue dulan." ucap Langit dia melajukan motornya meninggalkan Embun di sana yang menatap kepergiannya dengan cuek.

-
-
-

Langit sampai di parkiran sekokah lebih dulu, dia berdiri di samping motor sembari menyesap rokok memperhatikan murid yang mulai berdatangan

"Lang." Delon yang datang bersama Fani menyapanya tetapi Langit hanya menatap mereka tak minat.

"Kenapa lo, nggak semangat banget." sindir Delon.

"Berisik!" ketus Langit.

"Dia kenapa sih?" tanya Delon pada Fani yang sedang merangkul lengannya manja.

"Mana aku tau." jawab Fani dengan ekspresi bingung karena Delon bertanya seperti itu padanya tetapi itu tidak berlangsung lama ketika Fani melihat Embun baru saja sampai di area sekolah, senyum Fani langsung terukir.

"Embun!" teriak Fani. 

Merasa terpanggil, Embun langsung menoleh dan tersenyum, dia juga melambaikan tangannya pada Fani.

"Duluan ya yank." ucap Fani, dia melepaskan rangkulannya pada Dellon dan langsung berlari menghampiri Embun yang sudah menunggunya.

Dellon menatap Langit yang sedang memperhatikan Embun dengan intens, "Ntar malam ke club yuk." ajak Dellon, dia menyenggol Langit yang berada di sampingnya.

Langit tidak menjawab bahkan tidak menoleh, dia hanya tetap fokus memperhatikan Embun dan kemudian berlalu.

"Eh, gue kok dikacangin." sungut Dellon karena ditinggal Langit.

Dellon mengejar Langit dengan perasaan kesal, dia memperhatikan tatapan Langit yang masih mengarah pada Embun, "Lo liatin Embun mulu sih." cibir Dellon.

"Suka gue dong." jawab Langit santai, kini mereka sudah berada tidak jauh di belakang Embun dan Fani.

"Gaje banget lo." kesal Dellon.

Di koridor, Embun dan Fani berpapasan dengan Laura yang sedang membawa buku di tangannya, "Pagi Lau." sapa Fani. Sementara Embun menatap canggung, dia tidak enak karena Langit memutuskan hubungannya dengan Luara karena bertunangan dengannya.

"Pagi juga, kalian baru datang?" tanya Laura.

"Yoi." jawab Fani sembari mengangguk, senyum Laura yang tadinya masih terukir seketika hilang saat Langit melewati mereka dengan ekspresi datar.

"Duluan ya sayang." ucap Dellon.

"Oke." Fani tersenyum lalu dia berdehem untuk memecahkan suasana yang mendadak dingin entah karena apa, "Nggak ada PR kan?" tanya Fani.

Laura kembali tersenyum dan merangkul Fani di sebelah kirinya karena Embun merangkul Fani di sebelah kanan, "Kayaknya nggak ada deh." jawab Laura kemudian mereka berjalan menuju kelas.

"Dia tau nggak ya? Apa gue kasih tau aja, tapi gimana perasaannya? Sialan." Kini Embun pusing akan hal itu karena takut menyakiti perasaan Laura.

-
-
-

Pelajaran berlangsung di dalam kelas dengan tenang karena semua murid fokus memperhatikan guru yang mengajar. Sampai fokus mereka terpecah karena ada guru BK yang masuk ke sana dengan raut wajah yang galak menatap semua murid seolah ingin melakukan inspeksi saat itu. Guru BK itu membisikan sesuatu pada guru yang mengajar lalu pergi membuat semua murid bernafas lega.

"Embun Xylona." panggil guru itu membuat semua murid mengalihkan perhatian pada Embun yang tampak kaget karena namanya tiba-tiba di sebut.

"Ya bu." jawab Embun.

"Kamu di panggil kespek, bawa tasmu sekalian."

Embun mengernyit, "Kenapa bu?" tanya Embun bingung.

"Saya juga tidak tau, sekarang ya."

Embun merapikan bukunya dengan cepat, "Gue duluan ya." ucap Embun pada kedua sahabatnya. Laura dan Fani hanya menatap penuh tanda tanya seperti murid lain yang berada di kelas itu.

"Saya permisi bu." pamit Embun dia segera menuju ruang kepala sekolah.

-
-
-

Follow Ig author ya @pesona_chan

DAMN'IT FIANCE || endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang