16

23.5K 1.2K 26
                                    

FOLLOW, VOTE N COMEN OKE

👍(Jempol DO)

-
-
-

Sore itu Embun sudah siap berangkat ke cafe, tempat dia bekerja. Embun menatap layar ponselnya yang tertera nama Langit di sana.

"Gue kasi tau nggak ya." gumam Embun, dia ragu untuk meminta izin pada Langit karena sifat arogan cowok itu.

Embun mengehela nafas, Nggak deh. ucapnya lalu dia memasukkan ponselnya ke dalam tas dan segera pergi.

"Sore pak." sapa Embun pada satpam yang berjaga, Satpam baru yang Langit pekerjakan karena pak Tora, satpam Embun dulu sudah bekerja di tempat lain.

"Sore neng, mau ke mana rapi bener?"

Embun tersenyum, "Jalan- jalan pak, saya pamit dulu ya." ucap Embun.

"Ya neng hati-hati."

Embun kini sampai di cafe, dia segera menghampiri kasir yang sedang berjaga di sana. "Selamat sore, saya Embun karyawan baru." ucap Embun

"Oh Embun masuk aja, udah ditungguin bang Theo di dalam." ucap penjaga kasir.

Embun masuk ke dalam setelah di bukakan pintu dan penjaga kasir langsung mengajak Embun menemui Theo. "Bang." panggilnya.

Seorang pemuda yang usianya sekitar 20 tahunan sedang fokus menatap laptopnya, dia menjawab dengan deheman tanpa menoleh.

"Ini Embun udah datang." ucap penjaga kasir itu.

Theo menoleh lalu dia berdiri dan mengulurkan tangannya, "Saya Theo." ucapnya memperkenalkan diri.

"Embun." jawab Embun ramah.

Theo menjelaskan tugas Embun dengan terperinci seperti perintah Sakha padanya, "Kamu paham?" tanya Thoe.

Embun mengangguk, "Paham bang."

"Bagus. Ca, Embun kasi seragam ya." titah Theo pada penjaga kasir yang masih menunggu di depan pintu.

"Ayo, kenalin gue Caca." ucapnya memperkenalkan diri.

"Embun."

-
-
-

"Malam pak." sapa Langit pada satpam yang membukakan pintu pagar untuknya. Dia baru saja pulang setelah menyibukkan diri membantu Eric di kantor.

"Malam den."

Langit memarkirkan mobilnya di teras, dia segera turun dan masuk ke dalam rumah sembari menenteng plastik berisi satu kotak martabak telor spesial kesukaan Embun.

Embun." panggil Langit, dia menaruh plastik itu di meja makan lalu berlari menaiki anak tangga untuk mencari Embun.

"Mana dia?" gumam Langit ketika membuka pintu, kamar Embun tampak gelap. Langit menyalakan lampu lalu mencari di kamar mandi.

"Embun." panggil Langit lagi, dia membuka pintu kamar mandi tetapi Embun tidak ada di sana.

Langit duduk di tepi ranjang, mengambil ponsel dari saku celananya untuk mengecek pesan dari Embun tetapi tak ada kabar apa pun. Lalu Langit membuka aplikasi pelacak yang dia pasang di ponsel Embun agar mengetahui keberadaan Embun di mana pun.

"Cafe." gumam Langit lalu dia bergegas pergi untuk melihat apa yang Embun lakukan di cafe.

Langit masuk ke dalam mobilnya, "Pak, Embun lagi keluar ya?" tanya Langit saat satpam yang berjaga membuka pintu gerbang untuknya

"Ya den dari tadi sore."

Langit melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 8 malam. "Makasih pak." ucap Langit lalu dia langsung melajukan mobilnya menuju Cafe.

Langit sampai di cafe, dia segera masuk dan menatap marah pada Embun yang sedang membawa pesanan seseorang dengan seragam waitress cafe itu.

"Lo ngapain di sini?" sinis Langit ketika sudah berdiri di belakang Embun.

"Langit." kaget Embun.

"Ngapain lo di sini!!!" bentak Langit membuat semua pengunjung cafe dan semua pegawai mengalihkan perhatiannya pada mereka.

Embun menatap semuanya dengan tidak Enak lalu menarik Langit keluar, "Gue kerja, apaan sih lo teriak-teriak di dalam." kesal Embun.

"Pulang." ucap Langit, dia menarik tangan Embun agar mengikutinya.

"Langit." tolak Embun.

"Kenapa ini?" tanya Sakha, dia sefera menghampiri Embun ketika mendengar keributan itu.

"Bukan urusan anda!" ketus Langit.

"Lang." peringat Embun karena tak enak pada Sakha dengan sikap arogan Langit.

"Pulang!!" bentak Langit lagi.

Sakha menghela nafas, "Kamu pulang saja dulu Embun, selesain masalah kamu." ucap Sakha.

Belum sempat menjawab, Langit sudah kembali menarik Embun menaiki mobilnya membuat Sakha menatap heran.

"Lo apaan sih!!" marah Embun ketika mereka sudah sampai di rumah.

"Lang lepas." bentak Embun.

Langit melepaskan tangan Embun lalu menatapnya tajam. "Lo ngapain di sana?" tanya Langit

"Gue udah bilang lagi kerja, apaan sih lo marah-marah di sana." kesal Embun.

"Kenapa lo kerja, lo kalo butuh apa bilang sama gue. Gue masih sanggup kasih semua apa yang lo butuhin." ucap Langit.

Embun tersenyum mengejek, "Uang yang lo punya juga pemberian om Eric, bukan uang lo." sinis Embun.

"Sialan, gue kerja Embun. Gue bantuin papa buat menuhin kebutuhan lo." marah Langit, dia menarik tangan Embun dan mencengkramnya.

"Lo bertingkah kayak suami gue. Lang, gue cuma tunangan lo di atas kertas. Nggak lebih, jadi hidup gue, gue yang atur. Nggak bergantung sama lo." cibir Embun

"Kalau gitu ayo nikah, biar lo cuma bergantung sama gue."

"Lo, gila. Lepas!!" sarkas Embun, dia menyentak kasar tangan Langit yang sedang mencengkram erat pergelangan tangannya lalu pergi meninggalkan Langit yang tampak frustasi.

-
-
-

1 kata untuk

Langit

Embun

DAMN'IT FIANCE || endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang