-
-
-
Embun bangun di pagi hari dengan wajah yang tampak segar seperti beban yang berada di pundaknya hilang setelah menceritakan keluh kesahnya pada Felix.
Embun mengambil handuk, dia hendak mandi menyegarkan tubuhnya dan berniat untuk pergi ke taman di minggu pagi yang cerah.
Tetapi langkahnya yang ingin pergi ke kamar mandi terhenti saat melewati ruang tamu ketika melihat Langit sedang tidur terlelap di sofa.
Embun menghampiri Langit, dia berjongkok di depan Langit dan menatap wajah tampannya. Terpana, tidak untuk Embun karena saat ini dia kesal karena Langit membobol rumahnya lagi.
"Langit, bangun." ucap Embun, dia menggoncangkan lengan Langit agar bangun.
"Lang." panggil Embun lagi dengan sedikit keras.
Langit mengerjapkan matanya, keika dia melihat Embun di depannya, Langit tersenyum, "Good morning my fiance." ucap Langit dengan suara seraknya.
"Lo ngapain di sini?" tanya Embun, dia masih berjongkok di bawah menatap intens Langit yang beranjak duduk.
"Tidur." jawab Langit, enteng.
"Maksud gue, ngapain lo tidur di rumah gue." sinis Embun.
"Jagain lo." jawab Langit sembari mengusap pipi Embun.
Embun mendengus lalu menyentak tangan Langit yang mengelus pipinya, dia beranjak duduk di samping Langit dengan memberi jarak. "Ngapain, gue bisa jaga diri sendiri."
"Lo tahu, gue nggak tenang mikirin lo tinggal sendirian di sini." ucap Langit dengan raut wajah khawatir.
"Nggak usah sok peduli." ketus Embun.
Emosi Langit mulai naik, "Jelas gue peduli, lo tunangan gue." peringat Langit dengan penuh penekanan.
Embun terkekeh, "Cuma setahun dan hanya di atas kertas, nggak usah sok berperan jadi tunangan yang baik karen lebih bahaya lo di bandingkan siapa pun." ucap Embun dengan nada penuh penghinaan membuat Langit diam dan menatap Embun tajam.
"Lo pulang sana." usir Embun.
Langit menghela nafas lalu mengusap wajahnya kasar, "Oke." jawab Langit kemudian dia mengambil jaketnya dan pergi tanpa menoleh lagi.
"Dia nggak ngapa-ngapain gue 'kan." batin Embun, dia sangat takut dan tidak nyaman dengan tatapan Langit yang seolah bisa menerkamnya kapan pun jika lengah sedikit.
-
-
-"Permisi." Siang itu ada suara seseorang yang mengetuk pintu rumah Embun.
"Ya." jawab Embun, dia langsung beranjak dari duduknya untuk membuka pintu dan ternyata yang datang adalah pemilik rumah yang Embun tinggali.
"Ibu, silahkan masuk." ucap Embun, dia mempersilahkan wanita paruh baya itu masuk lalu mereka duduk di sofa ruang tamu.
"Ibu langsung aja ya. Gini loh mba Embun, saya sedang butuh uang jadi saya baru saja menjual rumah inì dan pemiliknya yang baru mau rumahnya sudah kosong nanti malam." ucapnya sontak saja hal itu membuat Embun kaget.
"Hah? Nggak bisa gitu dong bu, saya udah bayar 2 tahun loh." kesal Embun.
"Maaf ya mba Embun, ini uangnya saya balikin dan mohon pengertiannya." ucap wanita itu sembari menyodorkan amplop coklat berisi uang.
"Saya pindah ke mana bu dalam waktu setengah hari." ucap Embun, dia berharap wanita itu memberi kelonggaran padanya tetapi sepertinya harapannya sirna.
"Maaf ya mba Embun." ucap wanita itu kemudian dia berlalu meninggalkan Embun dalam keadaan bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAMN'IT FIANCE || end
Fiksi Remaja"Lo milik gue selamanya!" Langit Sankala, si brengsek yang sifatnya arogan, berandalan dan playboy, sedang jatuh cinta pada primadona sekolah, Embun. Tetapi citra buruk yang melekat pada Langit membuat Embun selalu menjauh dan tak pernah ingin b...