33

16.8K 864 48
                                    

Selamat malam minggu, kalo rame ntar malam aku bakal up lagi guys.....

-
-
-

"Ini kenapa?" tanya Langit, itu tidak seperti di gigit semut karena terlihat berbeda.

brak

Pintu di buka dengan kasar, Fani datang dengan ekspresi menatap Langit marah. "Brengsek lo apain sahabat gue!!" marah Fani yang segera berlari ke roftop setelah mendapat pesan dari Embun.

Embun bestiee

Lo sama Langit ke mana?

Rooftop

Ngapain?

Gue juga nggak tau.

Balasan Embun membuat perasaan Fani cemas karena Embun hanya berduaan bersama cowok seperti Langit membuatnya memilih untuk menyusul.

Sekarang benar saja, Langit terlihat sedang menggerayangi tubuh Embun ditambah bekas merah di lehernya.

Langit mendengus begitu Fani menarik Embun menjauh, dia memeluk dan menutupi Embun dengan badannya.

"Sialan lo." umpat Fani sembari menunjuk Langit.

"Apaan sih lo, ganggu aja!" sungut Langit

"Anjing!! Gue gibeng juga lo." balas Fani tak kalah galak.

Laura datang menyusul dengan nafas terengah-engah, dia berdiri di pintu rooftop sembari menarik nafas dalam, matanya memperhatikan interaksi ketiga orang itu dan mengernyit ketika melihat Embun menyeringai di belakang Fani sembari memegang lehernya.

"Embun." gumam Laura.

Setelah insiden pemerkosaan itu, Embun terlihat sangat misterius, lebih menutup diri dari sebelumnya dan ekspresi Embun tidak bisa terbaca sama sekali.

"Gue nggak apa kok Fan." ucap Embun, dia melerai Fani yang ingin menarik rambut pemuda itu.

"Lo kalau dipaksa bilang Mbun, jangan nggak apa-apa terus. Nih orang harusnya di penjara tau nggak." kesal Fani masih tak terima.

"Fani, udah. Kita ke kelas aja yuk." ajak Embun menarik Fani pergi. Saat melewati Laura, Embun juga menariknya meninggalkan rooftop.

"Sialan, kenapa waktunya nggak pas sih." gerutu Langit padahal saat itu wajah Embun sudah terlihat sangat pasrah dengan sentuhannya. Katakanlah Langit brengsek tetapi jujur dia sangat menginginkan Embun benar-benar menjadi miliknya.

"Nanti gue mau ngebucin di rumah sepuasnya"

-
-
-

Nyatanya keinginan Langit masih sebatas wacana karena setelah pulang sekolah, Eric menyuruhnya ke kantor untuk bekerja dan malam itu tepat pukul sembilan, dia baru menginjakkan kakinya di rumah.

Langit melangkah masuk dengan gontai seolah tenaganya sudah terkuras karena pekerjaan yang melelahkan. Tetapi semua rasa itu langsung hilang ketika melihat Embun duduk di sofa ruang keluarga sembari menonton televisi.

"Malam sayang." sapa Langit, dia ikut duduk di samping Embun dan memberikan senyuman terbaiknya.

"Malam." jawab Embun yang juga membalas senyuman Langit lalu dia kembali fokus menonton televisi sembari memasukan cemilan ke dalam mulut.

Langit memperhatikan bibir Embun yang terus mengunyah dengan pelan, ingatannya saat di rooftop tadi kembali muncul dan ingin merasannya kembali.

Langit tiba-tiba memajukan wajahnya lalu menempelkan bibirnya pada bibir Embun yang sedang memasukkan cemilan itu ke dalam mulut, tindakan Langit membuat Embun sontak saja membelakkan mata kerena kaget.

DAMN'IT FIANCE || endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang