29

20.1K 1K 45
                                    

-
-
-

Eric datang menghajar Langit habis-habisan, dia tidak menyangka membiarkan Embun bersama Langit akan membuat akhir yang tragis untuk gadis itu. Bara juga datang, ingin menuntut Langit tetapi semua berakhir dengan tenang setelah Embun sadar.

"Paman, Embun oke. Maaf, Embun cuma ngprank Langit kok. Kita ngelakuin suka sama suka. Jadi nggak ada yang salah di sini." ucap Embun dengan senyum merekah dan telihat jelas jika itu palsu.

Semua orang tau jika Embun berbohong tetapi mereka bungkam karena tidak ingin menambah luka hatinya dan mereka semua menurut saat Embun meminta semua orang untuk pergi dan tak usah mengkhawatirkan dirinya karena ada Langit yang menjaganya di sana.

Sekarang di dalam ruang VIP dengan bau antiseptic itu hanya ada Langit dan Embun, setelah semua orang membubarkan diri. Langit mendekat dengan ragu pada Embun, dia meraih tangan Embun dan menggenggamnya.

"Embun,__."

"Gue ngantuk Lang, gue mau tidur ya." ucap Embun dengan suara lembut dan senyuman, sesuatu yang tidak pernah Embun lakukan sama sekali padanya.

Langit mengangguk lalu melepaskan genggamannya, Embun segera merebahkan tubuhnya lalu menutupi dengan selimut, memiringkan tubuhnya ke samping membelakangi Langit.

Langit tau jika Embun hanya ingin menghidar dan senyuman itu sangat menyayat hati Langit karena Embun seolah melukiskan jika dia sedang pura-pura menyukai Langit yang sudah menghancurkan dirinya.

Langit menghela nafasnya kasar, dia perlahan ikut naik ke atas ranjang dan memeluk tubuh Embun dari belakang membuat perempuan itu tersentak kaget.

"Gue cuma mau meluk lo." lirih Langit ketika meraskan tubuh Embun bergetar karena ketakutan.

Langit pikir, Embun akan memberontak seperti biasa tetapi kini Embun hanya merespon dengan anggukan dan tubuhnya perlahan tenang membuat Langit semakin merasa bersalah.

"Maaf Embun. Tapi sungguh, gue cinta sama lo." lirih Langit, dia menenggelamkan wajahnya di bahu Embun dan menangis di sana.

"Iya Langit." suara Embun terdengar sangat tenang dan tanpa Langit tau ekspresi Embun sangat datar dengan tatapan kosong.

Seiring tangis Langit yang semakin pecah, Embun memejamkan mata dan tertidur dengan damai.

-
-
-

Waktu berlalu, cahaya matahati di luar sana sudah tergantikan dengan cahaya bulan dan bintang, Embun menatap wajah tenang Langit yang sedang tidur memeluk dirinya.

Entah apa yang Embun pikirkan saat menatap Langit di depannya dengan tatapan kosong yang tak bisa diartikan sama sekali. Jari-jarinya juga terulur membelai rambut Langit dengan lembut.

Langit perlahan mengerjapakan mata karena merasakan sentuhan tangan lembut mengusap rambutnya. Dia menatap Embun yang kini merubah ekspresinya menjadi tersenyum.

Langit ikut tersenyum, dia menenggelamkan wajahnya di dada Embun mencari kehangatan yang sontak saja membuat Embun menegang.

Mengetahui ketakutan Embun, Langit beralih mengusap punggungnya dengan pelan membuat Embun rileks dan perlahan membalas dekapan Langit.

Embun melihat memar di pundak Langit, dia ingat jika kemaren menggigit di sana sangat kuat, tangan Embun terulur lalu mengusapnya pelan. "Langit." panggil Embun ketika melihat kotak obat di dalam lemari tembok ruangan itu.

"Ya sayang." jawab Langit semabri mendongakkan wajahnya menatap Embun yang terlihat pucat.

"Gue mau duduk." pinta Embun.

DAMN'IT FIANCE || endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang