41

17.2K 921 54
                                    

Terakhir nih...

"Suara tangisanmu membuatku hampir gila, tetapi itu lebih baik daripada kehilanganmu karena seluruh jiwa dan ragaku akan mati rasa."__LANGIT

-
-
-

Embun tersentak dalam tidurnya mengerjapkan mata perlahan, menatap Langit yang menatapnya marah dan tiba-tiba mencengkram rahangnya kuat,

"Bagus ya, gue pergi sebentar lo udah main belakang." sinis Langit membuat Embun mengernyit bingung.

"Apa maksud lo? Lepasin, sakit Lang." ringis Embun.

Hatinya saat ini sedang teriris, tubuh dan pikirannya sangat lelah, bahkan kepalanya sangat sakit karena memaksakan sesuatu yang sangat ingin dia ingat dari masa lalunya.

"Jangan pura-pura bodoh, sayang."  ucap Langit penuh penekanan, dia ingin kembali merudapaksa Embun.

"Lang jangan, gue capek." berontak Embun lemah.

"Lo bisa ngelayani Falix tadi, kenapa gue nggak?" sinis Langit.

Embun sekarang mengerti apa maksud Langit, "Gue bukan jalang Langit, Felix nggak pernah ngelakuin hal menjijikkan yang lo lakuin sama gue." sarkas Embun

"Menjijikkan? Bukannya lo menikmati." ucap Langit sembari melepas paksa pakaian Embun.

"Lang udah." tolak Embun.

"Jalang nggak berhak nolak karena di bayar!" ucap Langit membuat hati Embun sangat sakit.

Embun hanya diam, memejamkan mata, mengepalkan tangan kuat dan menggigit bibirnya saat Langit mulai menggerayangi tubuhnya.

"Lang, kenapa lo nggak bunuh gue aja." lirih Embun tiba-tiba membuat Langit berhenti.

Langit tersenyum miring, "Nggak segampang itu sayang, bayaran yang gue dapat belum cukup." ucap Langit membuat Embun semakin menangis.

"Lang, jangan." tolak Embun ketika Langit membuka kakinya.

"Di pake berapa lama lo sama Felix sampe lecet gini." marah Langit, dia semakin mengasari Embun.

"Lang, sakit anjing!" umpat Embun.

"Nikmatin aja." ucap Langit tanpa peduli dengan tangisan dan ringisan Embun, 

"Lang, udah. Ini perih banget." mohon Embun.

Langit menyeringai, menatap Embun intens, "Ada syaratnya?" ucap Langit sembari mengecup bibir mungil Embun.

"Apa? Belum puas lo sama bokap lo buat gue menderita." sinis Embun membalas tatapan Langit dengan tajam.

"Belum. Lo yang minta dikasarin, jadi nikmati aja." ucap Langit sembari mengecup kening Embun lalu turun ke pipinya.

Ucapan Langit yang kasar dan tatapan tajam itu sama sekali tak mengurangi rasa cintanya. Melihat Embun menangis  terisak membuat hatinya lebih sakit dari pada yang terlihat dengan wajah egoisnya.

"Kalau lo nggak mau lepasin gue, please biarin gue mati aja." pinta Embun, tatapannya saat ini sangat frustasi.

"Gue nggak akan biarin hal itu terjadi, Embun!" marah Langit, dia kembali memaksa Embun menuruti keinginannya.

"Lang jangan lagi, please." mohon Embun.

"Sakit Lang." tangis Embun sembari mencengkram sprai dengan kuat.

"Lebih sakit hati dan perasaan gue yang lo abaikan!" Langit tidak peduli teriakan kesakitan dari Embun.

"Gue benci sama lo, Lang." lirih Embun sebelum kesadarannya hilang.

DAMN'IT FIANCE || endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang