32

18.3K 877 59
                                    

-
-
-

Pagi menjelang Langit mengerjapkan matanya perlahan, dia tersenyum begitu melihat wajah cantik Embun di depannya yang senang tersenyum.

"Pagi sayang." ucap Langit, dia mengeratkan pelukannya pada Embun, menenggelamkam wajahnya di caruk leher Embun, mencari kenyamanan di sana.

"Pagi." jawab Embun sembari membelai rambut Langit, tatapannya saat ini terlihat sangat menyayangi Langit membuat cowok itu semakin terperangkap di dalam pesonanya 🤣🤣

"Bangun yuk." ajak Embun, Langit mengangguk lalu beranjak duduk di pinggir ranjang, mengusap wajahnya lalu merentangkan tangan untuk merilekskan otot tubuhnya.

Embun berdiri, merapikan tempat tidur seadanya lalu menarik tangan Langit dengan lembut agar berdiri. "Ayo mandi. Ntar kita terlambat." ucap Embun membuat Langit terdiam sembari mengernyitkan keningnya.

Otak Langit ngeleg karena Embun menariknya ke kamar mandi. Langit menggeleng pelan lalu menghentikan langkahnya, "Mandi bareng?" tanya Langit memastikan.

Embun mengangguk lalu tersenyum, "Mau?" tanya Embun.

Langit menggenggam tangan Embun lalu mengecupnya, "Lo, duluan aja." ucap Langit sedikit gugup.

"Ohm oke." jawab Embun kemudian dia masuk ke dalam kamar mandi sendirian meninggalkan Langit yang masih menatapnya dengan banyak pertanyaan di dalam pikiran.

Di dalam kamar mandi, Embun menatap tubuhnya di depan cermin dengan datar lalu menyentuh dadanya dan menyeringai licik.

20 menit Embun habiskan di dalam kamar mandi, dia mengambil handuk, mengeringkan rambut panjangnya dengan handuk seadanya kemudian melilitkan handuk itu di tubuhnya.

Embun keluar dari kamar mandi, tersenyum penuh arti ketika melihat Langit sedang duduk di kursi dan fokus dengan laptopnya sehingga tak menyadari kehadiran Embun yang perlahan mendekat

"Lagi apa?" tanya Embun tiba-tiba mengagetkan Langit, apa lagi saat ini Embun menggunakan handuk kecil yang hanya menutupi bagian dada ke bawah hingga paha atas.

"Ini, ngirim file kerjaan ke ayah." gugup Langit, dia mengalihkan pandangannya kembali menatap layar laptop agar otak kotornya tidak bekerja.

Embun mengangguk, "Aku ganti baju dulu ya." ucap Embun, dia mengusap pipi Langit sebentar kemudian pergi ke kamarnya sendiri.

"Iya." jawab Langit sembari memperhatikan kepergian Embun dengan menghela nafas berat.

Langit menyugar rambutnya sembari bersandar di kursi, "Astaga, dia mancing gue apa gimana?" tanya Langit dalam hati.

Beberapa detik kemudian Langit mengernyit ketika menyadari sesuatu, "Tadi di dada Embun kok ada bekas merah ya?" gumamnya lalu Langit menggeleng pelan, "Mungkin di gigit nyamuk." ucap Langit, kemudian dia pergi ke kamar mandi untuk bersiap.

Kini Langit sudah siap. Seperti biasa, seragam yang tidak terkancing dan tas yang dia sampirkan di pundak, Langit keluar dari kamarnya untuk menghampiri Embun.

"Embun." panggil Langit saat membuka pintu kamar Embun tetapi tidak ada di sana.

Langit segera berlari, turun dengan terburu-buru takut Embun berangkat terlebih dulu meninggalkannya, "Embun." panggil Langit lagi, suaranya menggema di dalam rumah itu.

"Ya Lang, gue di dapur." teriak Embun membuat Langit bernafas lega, dia segera menghampiri Embun di dapur dan memeluknya dengan erat.

"Kirain udah berangkat." ucap Langit.

Embun menggeleng, "Nggak, gue lagi bikin sarapan. Sana duduk, kita sarapan dulu." ucap Embun sembari mengoles selai pada roti.

Langit duduk di samping Embun, meminum susu hangat yang Embun buat lalu menghabiskan sarapan bersama.

DAMN'IT FIANCE || endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang