37

16.7K 1K 96
                                    

-
-
-

Embun berusaha menyentak tangan Langit dan memberontak ketika Langit menariknya keluar melewati gerbang sekolah, "Lepas, kita bicara di sini aja." ucap Embun tetap percuma karena Langit menulikan pendengarannya.

"Langit lepasin gue!!" bentak Embun.

"Naik lo!" ucap Langit, dia melepaskan genggaman tangannya lalu membuka pintu mobil.

"Nggak." tolak Embun dengan tegas, dia ingin melangkah pergi tetapi Langit kembali menarik dan mengukungnya di badan mobil.

Kedua tangan Langit bertumpu pada atap mobil, matanya mengunci pandangan Embun dan menatap tajam, "Lo lupa status kita sebagai apa?" ucap Langit penuh penekanan.

Embun tertawa hambar, "Maaf ya tuan muda, Langit. Hubungan kita, udah END. Hutang gue udah lunas sama bokap lo." ucap Embun dengan santai.

Langit menyeringai, "Oh bagus, lo bayar pake badan?" sarkas Langit.

"Kalo bisa, kenapa nggak? Toh nggak ada yang bisa di jaga lagi dari tubuh gue." sinis Embun membuat Langit menggeram marah.

brak

Langit menggebrak atap mobil dengan kuat membuat Embun terlonjak kaget, "Sialan lo!" umpat Langit.

Langit membuka pintu mobil, mondorong Embun masuk dengan paksa lalu dengan cepat memutari mobil dan masuk ke dalam sebelum Embun sempat kabur. Langit menarik tangan Embun dan mengunci pintu secara otomotis.

"Jangan coba-coba kabur lagi sayang." ucap Langit, genggaman di tangannya kini berubah lembut saat dia melajukan mobilnya dengan cepat.

"Mau ke mana sih, rumah gue bukan ke arah sini." ketus Embun karena mobil Langit melaju ke arah luar desa.

Langit tersenyum sembari mengecup tangan Embun yang dia genggam terus menerus, "Lo nggak berpikir gue cuma mau anterin lo pulang 'kan?" tanya Langit.

Embun mendengus, dia menyentak tangan Langit yang sayangnya tidak bisa terlepas karena Langit menggenggamnya sangat erat. "Sialan! Lo kenapa nggak nyerah sih Lang. Cewek di dunia ini banyak, kenapa lo terus gangguin gue!" keluh Embun.

"Lo masih belum ngerti apa yang gue bilang. Gue cinta sama lo, Embun. Cinta. Kurang jelas, gue harus tunjukin dengn cara apa?" jawab Langit

Embun berdecak, "Cowok baik-baik aja, sebuah kata cinta dan komitmen itu suatu hal yang mustahil, semua akan berubah kalo bosan. Apa lagi cowok brengsek kayak lo, bulshit." cerca Embun membuat Langit terdiam seribu bahasa.

Embun tersenyum, "Kenapa diam? Benarkan?" tanya Embun lagi.

Bukannya ingin membenarkan ucapan Enbun, Langit hanya malas menjawab karena berdebat dengan Embun tidak akan pernah selasai sampai akhir. Perempuan itu hanya ingin selalu benar dan tak akan mau mengerti sebanyak apa pun Langit menjelaskan.

Mata Embun membola ketika melihat Langit membelokkan mobilnya memasuki area parkir sebuah hotel.

"Mau apa lo bawa gue ke hotel?!" sungut Embun.

Langit tersenyum pemuh arti, "Menurut lo? Buat cowok brengsek ini? Mau ngapain?" tanya Langit, dia menyeringai kecil melihat wajah Embun yang memerah antara marah dan malu.

"Jan ngadi-ngadi lo? Lue pake seragam sekolah bangsat!" umpat Embun.

Langit menghentikan mobilnya di basement hotel, "Apa lo mau di sini aja, lo nggak kangen sama sentuhan gue." goda Langit.

plak

Embun langsung menggeplak pundak Langit, "Brengsek, nggak sudi gue!" marah Embun, dia berusaha kabur tetapi tidak bisa karena Langit menahan tangannya.

DAMN'IT FIANCE || endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang