-
-
-Pagi itu Langit sudah memakai seragam sekolahnya meskipun tidak terlihat rapi sama sekali. Kancing baju yang dibiarkan terbuka sehingga kaos hitamnya terlihat dan dasi yang hanya dia selipkan di kerah, Langit menyampirkan tasnya di pundak lalu menghampiri Embun di kamar.
Langit membuka pintu kamar Embun yang dia buang kunci dan slotnya untuk menghidari Embun mengurung diri dan melakukan tindakan bunuh diri lagi.
Langit terperangah melihat Embun, perempuan itu masih menggunakan baju tidur duduk di meja belajar sembari menatap layar laptopnya yang menyala menampilkan drama korea.
Sudah hampir seminggu Embun tidak masuk sekolah dan hanya berdiam diri di kamar padahal Embun sudah terlihat baik-baik saja.
"Embun, Lo masih mau di rumah?" tanya Langit.
Embun menoleh lalu mengangguk sembari tersenyum, "Iya, bibir gue belum sembuh." kekehnya.
Langit menatap bibir Embun yang berdarah karena waktu itu dia tampar dengan kuat 2 kali dan juga menggigitnya saat Embun tak mau membuka mulut.
"Maaf ya." ucap Langit sembari mengusap sudut bibir Embun yang lukanya hampir mengering.
"Sans aja." ucap Embun sembari tersenyum,
Setelah mereka pulang dari rumah sakit, Langit merasa jarak di antara mereka sudah hilang, senyum Embun terlihat lebih tulus dari pada sebelumnya meski kadang Embun suka kaget jika Langit tiba-tiba menyentuhnya.
Senyuman Embun membuat hati Langit berbunga-bunga. Langit memegang pinggang ramping Embun lalu menggendongnya, membawa Embun duduk berpindah duduk di atas meja.
Langit mengambil posisi berdiri di antara kedua kaki Embun, merangkul kedua pinggang Embun sembari menatapnya teduh seolah menunjukkan rasa cintanya yang sangat besar pada Embun.
"Cium boleh?" tanya Langit.
Embun mengangguk pelan, melihat Langit perlahan mendekat, Embun menutup mata dan semakin meremas erat pinggiran meja yang menjadi tumpuannya.
Langit tersenyum tipis melihat ketakutan dan kegugupan Embun, dia paham jika Embun belum siap. Langit tidak mau sifat arogannya kembali membuat Embun menjadi dingin sehingga Langit mengurungkan niat untuk mencium bibir Embun dan beralih mencium pipinya.
cup
Embun tersentak lalu menatap Langit bingung karena tidak jadi mencium bibirnya. Langit mengulurkan tangannya menyentuh pucuk kepala Embun lalu mengusapnya, "Gue sekolah dulu ya." pamit Langit dan Embun menjawab dengan anggukan.
Ketika Langit ingin berbalik, Embun menahan tangannya dan menggenggam erat, "Langit." panggil Embun.
"Kenapa?" tanya Langit, dia kembali menoleh dan membalas genggaman tangan Embun.
Embun mengurai genggamannya, beralih mengancing seragam Langit dan mengikat dasinya dengan rapi lalu tersenyum, "Belajar yang pintar ya." ucap Embun sembari mengusap pipi Langit.
Langit mengangguk semangat lalu segera meninggalkan Embun untuk berangkat sekolah dengan perasaan yang berbunga-bunga.
Setelah kepergian Langit, ekspresi Embun berubah. Tidak ada lagi senyum manis yang terukir di wajahnya. Embun memperhatikan Langit dari jendela kamar, menatapnya dengan penuh kebencian.
Embun mengambil tissue basah di atas nakas lalu mengusap pipinya yang baru saja di cium Langit dengan kasar lalu membuang bekasnya ke tong sampah dengan tatapan jijik.
Embun kembali duduk di kursi, menukar layar yang tadi menampilkan film drama yang sebenarnya tidak dia tonton, menyalakan itu hanya untuk menutupi apa yang sebanarnya sedang dia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAMN'IT FIANCE || end
Teen Fiction"Lo milik gue selamanya!" Langit Sankala, si brengsek yang sifatnya arogan, berandalan dan playboy, sedang jatuh cinta pada primadona sekolah, Embun. Tetapi citra buruk yang melekat pada Langit membuat Embun selalu menjauh dan tak pernah ingin b...