-
-
-
"Lau!"
"Laura!"
Felix berada di depan kamar Laura, mengetuknya beberapa kali tetapi tidak kunjung mendapatkan jawaban. Sehingga dia memutuskan untuk masuk karena pintunya tidak dikunci. Begitu pintu terbuka, Felix mendengus karena gadis itu sedang duduk santai di ranjang sembari bermain ponsel.
"Lo nggak tidur kenapa pas gue panggil nggak jawab?" sungut Felix sembari berjalan mendekati Laura.
"Lau!" panggil Felix lagi, dia merampas ponsel Laura karena diabaikan.
Laura bersedekap dada lalu menatap sinis Felix, "Nggak paham ya? Gue nggak nyaut karena nggak ngizinin lo masuk. Keluar lo!" usirnya
"Kenapa nggak boleh? Lo nyimpen cowok di kamar?" canda Felix dengan tampang polos, dia melirik setiap sudut kamar Laura seolah sedang menyelidiki.
"Bacot lo!" kesal Laura, dia merampas ponsel yang Felix ambil lalu kembali memaikannya sembari bersandar di kepala ranjang.
Felix tersenyum lalu mengacak pelan rambut Laura, "Gue mau pergi dulu ya, pulangnya malam." pamit Felix.
"Terus?" sinis Laura, menyentak kasar tangan Felix.
Felix kembali tersenyum sangat manis meski kesal dan mengumpati Laura dalam hati, dia kembali menepuk pelan kepala Laura, "Cuma bilang aja." jawabnya.
Pipi Laura memerah, dia kembali terpesona dengan senyum dan perhatian Felix tetapi Laura berusaha menepis itu meski jantungnya berdebar sangat kencang,
"Lo mau clubing?" tanya Laura, .
"Kenapa? Mau ikut? Jangan mimpi!" jawab Felix sembari menyentil kening Laura, seketika cowok itu berubah menjadi menyebalkan.
"Apaan sih!"
-
-
-
Sudah sejam lebih dari Felix pergi, tetapi Laura merasa waktu berjalan sangat lambat. Dia bosan hanya berada di kamar dan memutuskan untuk turun ke dapur, mencari sesuatu untuk mengganjal perutnya yang lapar.
Mie buatan Felix tadi baru dia cicipi sedikit karena kesal dengan ucapan pemuda itu. Tetapi langkahnya terhenti karena mendegar suara samar-samar dari dapur. Di sana, Felix menelpon dengan senyum gemit sembari meminum cola miliknya yang dia simpan di kulkas.
"Sialan!" sungut Laura, dia melangkah mendekat, keningnya mengernyit, heran karena Felix masih berada di rumah,
"Tapi, tadi bukannya dia udah pergi ya?" gumam Laura sembari menajamkan pendengarannya.
"Ya baby, gue mau tidur kok. Ya bye."
"Hah?! Mau tidur apanya? Penampilan dia aja kayak orang mau dugem."
"Ternyata lo brengsek ya?!" cibir Laura ketika pemuda itu menyimpan ponselnya di saku dan menenggak kembali minumannya.
Felix tersenyum sinis lalu berbalik menatap Laura, "Emang ada urusannya sama lo?" jawab Felix santai sembari menaikan satu alisnya, kini dia berubah menjadi cowok yang sangat menyebalkan.
"Ada, karena lo deketin Embun!" Laura tidak terima karena sahabat baiknya didekati dua cowok brengsek seperti Langit dan Felix.
"Gimana kalo gue bilang sama Embun kalau lo sama brengseknya kayak Langit, pasti dia bakal ngejauhin lo." Ancaman Laura malah membuat Felix terkekeh geli.
"Bilang aja. Lo juga nggak tau apa-apa 'kan tentang Embun." ucap Felix santai, dia mendekati Laura lalu menonyor keningnya,
"Tidur sana!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DAMN'IT FIANCE || end
Teen Fiction"Lo milik gue selamanya!" Langit Sankala, si brengsek yang sifatnya arogan, berandalan dan playboy, sedang jatuh cinta pada primadona sekolah, Embun. Tetapi citra buruk yang melekat pada Langit membuat Embun selalu menjauh dan tak pernah ingin b...