-
-
-Bel pulang berbunyi, Embun baru saja keluar dari kelas setelah menyelesaikan tugas piket, kedua sahabatnya sudah pulang duluan jadi sekarang Embun berjalan sendiri di koridor yang tampak sepi.
"Embun." panggil seseorang, dia meraih tangan Embun dan berusaha menyesuaikan langka mereka.
Embun menoleh lalu tersenyum, "Eh Felix." jawab Embun.
"Mau pulang?" tanya Felix dan Embun langsung mengangguk, "Ayok gue anter." ucapnya lagi lalu membawa Embun pergi dengan merangkul lengannya.
"Lepasin tangan tunangan gue." ucap Langit yang tiba-tiba datang, dia menarik Embun menjauh tetapi gagal karena Felix menahan Embun dan juga menariknya.
"Lang." ucap Embun dia berusaha melepaskan genggaman tangan Langit.
"Lepasin tangan lo!" marah Langit pada Felix.
"Lo yang lepas, dia nggak mau sama lo." jawab Felix santai membuat Langit tersulut emosi.
Langit menyentak tangan Felix yang sedang menggenggam tangan Embun, menjauhkan Embun dari Felix lalu maju ke depan mengahajar cowok itu dengan gerakan cepat.
bugh
bugh
"Astaga Langit!" pekik Embun karena tak menyangka jika Langit akan menghajar Felix hingga tersungkur ke lantai.
"Awas lo!" ancam langit lalu menarik Embun pergi.
"Sorry ya. Fel." ucap Embun, dengan terpaksa dia mengikuti Langit.
Felix mengangguk sembari tersenyum, dia mengusap sudut bibirnya yang berdarah lalu menghela nafas, "Embun mungut dari mana sih pacar kayak dia." gumam Felix menatap Embun yang sudah menjauh di bawa pergi Langit.
"Sial!" umpat Langit lirih karena tangan kanan yang sebelumnya terluka karena meninju tembok rooftop kini kembali terasa sakit setelah menghajar Felix.
Langit naik ke atas motor, dia memakai helm di kepalanya lalu mengambil helm satunya, memakaikan pada Embun, "Naik." ucapnya setelah menyalakan mesin lalu mencengkram stang motor dengan erat
"Tangan lo?" tanya Embun melihat tangan Langit terluka.
Langit melirik tangannya yang memerah dan darah yang tadinya sudah mengering keluar lagi tetapi dia abaikan karena tidak peduli, "Cepat naik, gue anter pulang." ketus Langit.
Embun menghela nafas, dia mengambil plaster luka dari dalam tasnya lalu meraih tangan Langit. "Kalo luka itu diobatin." ucap Embun.
"Gue luka juga gara-gara lo, jadi gue nunggu lo yang obatin gue." ucap Langit, dia tersenyum tipis, berusaha jual mahal dengan memalingkan wajahnya yang memerah karena pelakuan lembut Embun.
Embun tak bereaksi, tatapannya terlihat sangat datar, "Udah." ucap Embun, dia memakai tasnya lagi lalu naik ke atas motor Langit.
"Frezer 10 pintu juga kalah sama ini cewek." gerutu Langit dalam hati lalu melajukan motornya mengantar Embun pulang.
Langit menepikan motornya di depan gerbang rumah, "Masuk sana, gue pergi dulu. Nanti kalo mau ke cafe, minta anter pak Lana aja. Inget!! Sama pak Lana." ucap Langit penuh penekanan, dia sengaja meninggalkan mobilnya di rumah, menyuruh satpam untuk menjadi sopir jika Langit sedang tidak bisa mengantar Embun pergi.
Embun turun, "Lo mau ke mana?" tanya Embun sembari melepas helmnya.
Langit tersenyum sembari menatap Embun, "Kangen sama gue? Nggak mau jauh-jauh ya?" goda Langit.
Embun menarik satu sudut bibirnya menatap Langit jijik, "Kepedean." cibirnya kemudian berlalu membuat Langit mendengus kesal karena Embun sangat kebal dengan rayuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAMN'IT FIANCE || end
Teen Fiction"Lo milik gue selamanya!" Langit Sankala, si brengsek yang sifatnya arogan, berandalan dan playboy, sedang jatuh cinta pada primadona sekolah, Embun. Tetapi citra buruk yang melekat pada Langit membuat Embun selalu menjauh dan tak pernah ingin b...