19

23K 1.1K 28
                                    

-
-
-

Matahari pagi yang terang dan cerah sama sekali tidak mengusik tidur Langit padahal jam sudah menunjukan pukul setengah 7 dan dia masih betah berada di alam mimpi tempat di mana dia bisa berhalu sepuasnya tentang hidup bahagia bersama Embun kelak sampai kakek nenek.

"Den."

"Den Langit."

Suara ketukan pintu yang sangat keras membuat tidur Langit terusik. Langit mengerjapkan mata, beranjak dari ranjang untuk membuka pintu dengan nyawa yang baru terkumpul setengah.

"Hmm." jawab Langit sembari menggaruk kulit kepalanya yang terasa gatal.

"Den Langit nggak sekolah?" tanya Marni saat melihat penampilan Langit yabg sangat berantakan.

Mendengar itu, Langi melirik jam dinding dan sontak saja matanya langsung terbuka lebar, "Astaga, Embun nama? Kok nggak bangunin saya." ucap Langit.

"Udah berangkat tadi den pas bibi datang." jawab Marni.

"Aaa shit." umpat Langit lirih lalu dia langsung berlari ke kamar mandi untuk melakukan ritual sangat singkat, memakai seragam kemudian bergegas mengambil tas dan kunci motornya.

Langit mengendarai motor dengan kecepatan maximal tetapi tetap saja dia terlambat karena terhalang jarak dan kemacetan kota Jakarta. Langit memarkirkan motornya di dekat warung samping sekolah, berjalan menuju tembok yang biasanya dia lompat saat terlambat.

"Sial, kalo nggak ada yang gue incer bodo amat deh sekolah." umpat Langit.

Langit melempar tasnya lebih dulu, menyusul naik dan mendarat dengan sempurna. Langit tersenyum simpul, mengambil tasnya lalu berjalan dengan santai.

"Langit."

Suara bariton itu membuat Langit berhenti melangkah, dia menolah dan tersenyum canggung sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Eh bapak." ucap Langit dengan cengirannya.

"Terlambat lagi, hmm." ucap Guru BK itu, pak Bambang membawa kayu panjang di tangannya.

"Macet pak." elak Langit.

"Alasan, hormat bendara sampai jam pertama berakhir." titah Bambang.

"Asyiap." ucap Langit, dia langung berlari menuju lapangan dan hirmat bendera dengan malas.

"Anjing, panas banget." umpat Langit, dia mengambil topi dari dalam tas lalu memakainya, "Nah gini kan adem." kekeh Langit, dia terlihat seperti orang gila yang suka berbicara sendiri.

Akhirnya masa hukuman selesai bertepatan dengan bel pergantian jam pelajaran yang berbunyi, Langit mengambil tasnya lalu bergegas pergi ke kelas.

"Woi Lang dateng juga lo." panggil Dellon, dia sedang duduk di belakang oaling pojok melambaikan tangan pada Langit.

Langit langsung duduk di kursi, menaruh tasnya asal lalu melepas topi yang tadi dia pakai untuk menghalau panasnya sinar matahari.

"Nggak di bangunin bini?" tanya Dellon.

"Sial gue di tinggalin." kesal Langit sembari merapikan rambut cetarnya, lalu pandangan Langit mengarah pada bangku depan di mana banyak sekali para siswi berkerubung.

DAMN'IT FIANCE || endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang