Haihai, apa kabar? Semoga sehat selalu.
Jang lupa untuk Vote dan komen
Happy Reading ❤️
.
.
.Jam menunjukkan pukul satu dini hari, tapi Nara belum juga bisa tertidur. Ini menjadi malam yang baru untuknya, tidur bersama laki-laki yang sekarang berstatus menjadi suaminya.
Nara memperhatikan setiap inci bentuk tubuh dan wajah Zero, tubuh tegap dan berisi yang dibaluti kaos hitam polos, serta wajah tampan dan tegas, memperlihatkan betapa sempurnanya ciptaan tuhan satu ini.
Malam ini Nara jadi banyak berfikir, tentang dirinya, masa depannya, serta kehidupan baru bersama suami 'brengsek' nya. Baik dan buruk yang akan dia hadapi nanti, Nara masih sangat takut untuk membayangkan banyaknya cobaan yang akan datang dalam kehidupan berumah tangga.
Nara juga memikirkan percakapan keluarganya dengan keluarga Zero setelah makan malam tadi. Keluarga Zero ingin mereka berdua tinggal terpisah dari kedua orang tuanya, dan hidup berdua agar mandiri. Namun Zero menolak itu mentah-mentah, tentu saja hal tersebut pun disetujui oleh Fadli, papa Nara. Dengan alasan takut Zero akan melakukan hal yang sama lagi kepada Nara. Walau sudah sah, namun mereka masih anak remaja yang duduk di bangku SMA kelas 3.
Setelah banyak berbincang, akhirnya mereka menyepakati bahwa Nara dan Zero akan tinggal di rumah orang tua Zero. Nara hanya mengikuti semua ucapan mereka, percuma juga kalau membantah.
"Lo belum tidur?" Tanya Zero membuyarkan lamunan Nara.
"Ehm-- belum." Jawab Nara sedikit kaget.
"Kenapa?" Tanya Zero lagi.
"Gakpapa."
"Ekhem- buat masalah tempat tinggal, gue punya alasan sendiri. Buat sekarang lo nggak perlu tau dulu." Ucap Zero seperti ada sesuatu yang aneh.
"Kenapa gue nggak perlu tau?" Nara balik bertanya.
Zero membalikkan badan memunggungi Nara. "Seiring berjalannya waktu lo bakalan tau." Jawabnya tersirat nada sedih.
Nara jadi berfikir, apa yang terjadi dengan Zero? Suaminya itu tampak aneh. Sifatnya kadang halus dan baik, namun juga bisa menjadi seram dan menakutkan diwaktu yang bersamaan. Itu membuat Nara sulit untuk memahami bagaimana sosok Zero sesungguhnya.
"Tidur Nar, jangan bergadang." Kata Zero dengan nada perintah.
Mendengar ucapan dingin Zero, Nara langsung membaringkan tubuh lalu menutup mata, perlahan ia terlelap menelusuri alam mimpinya.
Dirasa Zero jika tidur Nara sudah pulas, dia bergerak pelan membalikkan badan menghadap sang-istri, mengelus lembut puncak kepala wanita itu.
"Gue gak mau lo sakit karna bergadang. Tidur nyenyak dan mimpi indah cantik." Harapnya lalu mengecup singkat dahi Nara.
Tak lama rasa kantuk ikut menyerang Zero, perlahan mata tajamnya menutup menyusul Nara ke alam mimpi.
.
Skip sarapan pagi.Zero dan Nara turun ke bawah menuju meja makan yang sudah terdapat Indra, Mama dan Papa Zero.
"Duh pengantin baru kok udah bangun jam segini." Goda Suci dari arah dapur.
"Emang kalo udah nikah bangunnya jam berapa kak?" Tanya Nara dengan polosnya.
Oh iya, walau Suci dan Indra notabenenya adik Mama Zero, namun Zero tetap memanggil mereka dengan sebutan kakak dan Abang, dengan alasan karna mereka masih muda, usianya dengan Zero hanya terpaut 8 tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERO:Crazy Husband (END√)
Teen Fiction[𝓽𝓪𝓴 𝓼𝓮𝓶𝓾𝓪 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓫𝓮𝓻𝓪𝔀𝓪𝓵 𝓭𝓪𝓻𝓲 𝓼𝓮𝓫𝓾𝓪𝓱 𝓴𝓮𝓼𝓪𝓵𝓪𝓱𝓪𝓷 𝓫𝓮𝓻𝓪𝓴𝓱𝓲𝓻 𝓭𝓪𝓵𝓪𝓶 𝓼𝓮𝓫𝓾𝓪𝓱 𝓹𝓮𝓷𝔂𝓮𝓼𝓪𝓵𝓪𝓷 : 𝓫𝓪𝓷𝓪𝔂𝓪] . Ini kisah tentang Azero Gevano Wingston, pemuda yang menghalalkan segala cara agar me...