PT.17

6K 547 58
                                    

Haihai😁
Apa kabar? Semoga sehat selalu ya.

Jangan lupa untuk Vote dan Coment 😊


Happy Reading ❤️

Beberapa hari di Los Angeles untuk refreshing mampu membuat pikiran mereka menjadi tenang. Banyak hal yang mereka lalui disana juga sangat menyenangkan.

Terhitung sudah hampir satu bulan hal itu berlalu dan semuanya kembali normal. Pulang kerumah masing-masing, sekolah, belajar dan juga mengerjakan tugas mereka yang menumpuk. Apalagi sudah mau mendekati UAS, butuh waktu belajar yang super ekstra.

Kini kandungan Nara menginjak usia 8 minggu, perutnya pun masih terlihat datar tidak berbentuk. Namun gejolak yang Nara rasakan dalam tubuhnya seperti orang hamil 6 bulan. Muntah dan pusing yang berlebihan, sulit tidur, kaki nya yang suka kram tiba-tiba, membuat dirinya jadi sulit untuk melakukan banyak aktivitas baik di dalam maupun diluar rumah.

Karena hal itu Zero tentu saja sangat khawatir, ia tak tega melihat istrinya sakit. Ingin menyalahkan siapa dirinya? Toh dia sendiri yang memulai, maka ada janin di dalam perut Nara.

"Kita kerumah sakit aja yuk?" Ajak Zero yang sudah berulang kali menawarkan Nara untuk periksa kandungan.

"Nggak Zero..." Tolak Nara dengan nada lesu.

"Kalau pusing aku gendong deh." Zero masih berusaha membujuk.

"Aku nggak pusing Zero, cuma perutnya aja agak mual." Adu nya.

"Mau muntah?"

"Nggak."

Zero mengambil minyak tel*n lalu mengusapkan ke perut Nara dengan hati-hati.

"Mau peluk." Rengek Nara manja.

"Iya, sini deketan."

Nara menggeser sedikit tubuhnya mendekati Zero, lalu memeluk suaminya dari samping.

"Mau minum teh?" Tawar Zero.

"Boleh deh, tapi anget aja."

"Bentar aku telfon, Bibik." Zero mengambil handphone nya, menelfon bik Tini untuk membawakan teh dan bubur ke kamarnya.

Tak beberapa lama bik Tini mengetuk pintu kamar Zero.

Tok, tok, tok.

"Masuk bik."

"Permisi den, ini teh sama bubur nya." Kata Bik Tini sambil meletakkan di meja samping tempat tidur. Lalu matanya beralih melihat ke arah Nara.

"Ya ampun non, kalau badannya kerasa nggak enak banget mending kerumah sakit aja, takut kenapa-napa." Khawatir bik Tini.

"Tuh denger." Sahut Zero menyetujui.

"Hem, iya bik, Nara kuat kok."

"Iya non, bibik ngerti. Tapi non juga harus tau, manusia itu sering ngerasa kalau kita nggak kenapa-napa tapi sebenernya badan kita lemah." Nasihat bik Tini.

"Bener juga." Gumam Nara.

"Ya sudah, lebih baik non makan dulu, selesai makan baru kerumah sakit buat periksa. Saya permisi non, den." Pamit bik Tini keluar dari dalam kamar mereka.

"Itu dengerin nasihat orang tua." Balas Zero sambil menjuil hidung Nara.

"Iya iya." Pasrah nya.

"Ya udah sini aku suapin, terus siap-siap kerumah sakit."

Nara hanya bisa mengangguk lemah.

...

Nara sudah berbaring di ruang USG, mereka melihat bagaimana keadaan calon sang bua-hati dalam perut ibunya. Zero yang berada di sebelah Nara memperhatikan dengan seksama, matanya menajam saat melihat sesuatu yang aneh menurutnya.

ZERO:Crazy Husband (END√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang