PT.30

5.2K 476 40
                                    

Haihai, gimana kabar kalian? Semoga sehat selalu.

Ditunggu 200 vote nya.






Happy Reading ❤️







Aku percepat sampai kandungan Nara usia 5 bulan ya, biar nggak kelamaan.

.

Beberapa bulan setelah pulang dari puncak waktu itu, kehidupan Zero dan Nara semakin baik dan tentram. Keduanya mulai mencoba untuk memahami dan menanggapi setiap situasi dengan kepala dingin dan saling berdiskusi.

Karena usia kandungan Nara sudah menginjak bulan ke-lima, Zero jadi semakin overprotektif dalam menjaga Nara. Ia tak ingin sedikit saja istrinya tergores lecet apalagi sampai berpengaruh dengan calon sang bayi.

Untuk permasalahan sekolah, Nara tidak lagi melanjutkan pelajaran, ia akan kembali masuk saat tiba waktu ujian Nasional.

Malam ini Nara tengah menyiapkan baju untuk besok Zero pakai ke kantor. Sebab, Papa Fadli menyarankan agar suaminya itu mulai belajar tentang perusahaan dan melanjutkan bisnis keluarga.

"Kamu, mau pakai kemeja yang putih atau hitam?" Tanya Nara sambil mengangkat dua kemeja di genggamannya.

"Terserah." Jawab Zero ogah-ogahan.

"Oke yang putih." Putus Nara sepihak.

"Dasinya mau warna navy atau maroon?"

"Terserah, sayang, semua pilihan kamu, aku suka." Perkataan Zero bikin Nara salah tingkah.

"Bisa aja, kamu." Ujarnya malu.

"Besok di jemput Papa jam berapa?" Tanya Nara lagi.

"Jam- delapan, mungkin."

"Coba kamu telfon Papa, biar besok nggak kesiangan."

"Males ah." Tolak Zero, "biarin aja kesiangan, aku juga males pergi kesana."

"Nggak boleh gitu Zero--"

"Mas!" Potong Zero ngegas, "no Zero, Zero." Tekannya.

Nara menarik nafas sejenak, "iya, Mas, nggak boleh gitu, kamu kerja juga buat kepentingan keluarga."

"Padahal harta Mama udah banyak loh, aku nggak kerja juga masih bisa buat biaya hidup sampe tujuh turunan kita nanti."

"Kalo pemikiran kamu gitu terus, mau kapan majunya." Sindir Nara.

"Kapan-kapan." Balas Zero santai.

"Di kasih tau ngebantah terus! Udah buruan telfon, Papa." Ucap Nara sambil merebahkan diri di kasur sebelah sang suami.

"Video call aja." Tambahnya.

Dengan terpaksa Zero membuka kontak Papa Fadli dan menghubungkan panggilan video.

Sumber emosi🔥

"Halo, Pa, assalamualaikum." Sapa Nara saat panggilan diterima.

"Waalaikumsalam, tumben nelfon papa pakai nomor Malin Kundang?"

"Ha." Beo Nara dan Zero saling lirik.

"Sih anak durhaka."

"Papa tuh laki-laki suara hati istri."

"Dih, prik lo."

"Bacot banget mertua."

"Ada apa nelfon, Papa, jam segini?"

ZERO:Crazy Husband (END√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang