Haihai, gimana kabar kalian? Semoga sehat selalu ya
Jangan lupa untuk Vote dan Komen.
Happy Reading ❤️
Setelah Ardi dibawa pergi oleh satpam kerumah sakit, Papa Fadli tidak langsung pergi ke kantor, ia memilih untuk tetap disana sebentar, sembari sedikit memberikan Zero nasihat dan wejangan.
Jujur saja, Papa Fadli jadi takut melihat tingkah bringas Zero yang sulit terkontrol untuk beberapa hal. Ia mengkhawatirkan Nara jika tidak bisa menyeimbangkan egonya dengan Zero.
Papa Fadli mendekati Zero yang duduk di sofa ruang tamu sambil menjambak rambutnya, "Zero," Panggil Papa, seketika Zero menolehkan kepalanya.
Yang di lihat Papa Fadli sekarang adalah Zero dengan sisi lain, sorot mata merah dan menajam dengan nafas yang menggebu-gebu.
Papa Fadli melihat kearah Nara yang duduk di sebrang nya sebentar lalu berkata, "ambilkan minum buat Zero, Nara," perintah Papa Fadli sambil mengkode dengan kepalanya.
Nara yang paham akan maksud kode tersebut langsung mengangguk dan beranjak pergi ke dapur, ia tau ada hal yang akan di sampaikan Papa nya pada Zero.
Papa Fadli menepuk pundak Zero beberapa kali diselingi dengan usapan ala laki-laki, "tenangkan diri kamu, Zero." Ucapnya.
"Kamu harus bisa mengontrol diri Zero, membalas kekerasan dengan kekerasan bukan jadi jalan keluar yang baik. Dengan kamu memukuli Ardi begitu, dia malah bisa ngambil kesempatan buat menuntut kamu."
"Zero nggak perduli, Pa." Jawab Zero datar sambil mengeratkan giginya, "sekalipun Zero harus dipenjara itu jauh lebih baik, yang penting dia mati!" Lanjutnya.
"Zero, Papa berbicara begini bukan untuk kepentingan anak Papa saja, tapi coba pikirkan Nara yang lagi mengandung anak kamu. Kalau kamu benar di laporkan, yang merasa paling jauh sama kamu itu Nara. Dimasa-masa kehamilannya, dia cuma perlu kamu, dorongan dan dukungan kamu jauh lebih dibutuhkan dari pada Mama dan Papa."
"Belajar buat nyaring semua masalah dengan kepala dingin. Lebih baik membalas kekerasan dengan perkataan yang pedas."
"Tapi dia udah keterlaluan, Pa! Dulu dia mukul Zero, mukul Mama dan sekarang? Sekarang dia memperlakukan Nara kaya gitu. Zero gak bisa terima." Zero benar-benar membantah nasihat Papa Fadli.
"Papa cuma tau potongan-potongan cerita gimana Ardi memperlakukan Zero sama Mama. Dia jauh lebih pantas di panggil setan! Dia bahkan pernah hampir NGEBUNUH, Mama!" Tekan Zero pada kalimat 'ngebunuh'.
Papa Fadli syok mendengarnya, jika sudah seperti ini Papa juga bingung ingin berkata apa.
Zero menarik nafas pelan lalu mengusap wajah kasar dengan kedua tangannya, "ini Zero, Pa. Zero yang asli, Zero yang nggak punya hati nurani, Zero yang suka tauran, balapan, bahkan suka mainin perempuan. Tapi semuanya berubah, berubah semenjak ada Nara, anak Papa. Perempuan yang ngubah semua jalan hidup Zero, perempuan yang secara tidak langsung menyadarkan Zero betapa buruknya Zero dulu." Ucap Zero mengungkapkan isi hatinya.
"Kamu menyadari hal itu kan, Zero? Terus, dengan sikap kamu yang sedikit arogan itu lama-lama bisa ngebuat Nara bosen dan nggak perduli lagi sama kamu. Papa ngerti gimana keadaan kamu sekarang, kamu cuma ingin keadilan. Tapi kita sebagai manusia cuma bisa menjalani kehidupan dengan rekayasa Tuhan."
"Jadi tolong, Zero. Berhenti buat ngelakuin kekerasan sama Ardi. Kamu tau Nara orangnya gimana, mulutnya pedas, bahkan kalau ngomong suka nggak di filter. Kamu bisa manfaatin mulut Nara buat ngebalas Papa kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERO:Crazy Husband (END√)
Teen Fiction[𝓽𝓪𝓴 𝓼𝓮𝓶𝓾𝓪 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓫𝓮𝓻𝓪𝔀𝓪𝓵 𝓭𝓪𝓻𝓲 𝓼𝓮𝓫𝓾𝓪𝓱 𝓴𝓮𝓼𝓪𝓵𝓪𝓱𝓪𝓷 𝓫𝓮𝓻𝓪𝓴𝓱𝓲𝓻 𝓭𝓪𝓵𝓪𝓶 𝓼𝓮𝓫𝓾𝓪𝓱 𝓹𝓮𝓷𝔂𝓮𝓼𝓪𝓵𝓪𝓷 : 𝓫𝓪𝓷𝓪𝔂𝓪] . Ini kisah tentang Azero Gevano Wingston, pemuda yang menghalalkan segala cara agar me...