Jennie Kim. Gadis cantik berhati dingin, namun pesona diri Jennie tidak bisa ditolak oleh siapapun. Wajahnya memiliki pengikat berbahaya seperti sebuah zat adiktif.
Kini dia tengah bersantai di sebuah sofa yang terletak di balkon kamar. Memulihkan kembali dirinya setelah seharian berkutat dengan huruf dan angka di kantor.
Gadis itu memejamkan mata sesaat. Tiba-tiba sepasang tangan memeluk tubuhnya. Aroma vanilla menyeruak memasuki indera penciumannya.
"Ada apa, Lisa-ya. " Ucap gadis bermata kucing itu masih dengan mata terpejam.
"I miss you, Eonnie." Ucap sang Dongsaeng dengan suara imutnya.
Mata Jennie terbuka lalu menatap jijik sang adik.
"Yak! Ada apa dengan suara menjijikan itu, Lili!" Omelnya sambil memukul kening sang Dongsaeng.
"Aduh! sakit, Eonnie!" Keluh Lisa lalu melepaskan pelukannya mengelus-elus keningnya.
Ia bersedekap dada, mengerucutkan bibirnya.
"Hmmm. Lili gak suka! Nini jahat! Kenapa kepala Lili dipukul oleh Nini? sakit~" Ucap Lisa dengan aegyo nya menggoda Jennie.
"Yak! Shiball.. Lalisa Kim!" Kesal Jennie melempar sendalnya karena jijik dengan perbuatan sang Dongsaeng. Namun lemparannya meleset.
"Hahahaha tidak kena!" Goda Lisa kembali.
Jennie pun mendengus kesal berlalu menuju kamarnya dan kembali berkutat dengan laptopnya.
Lisa tersenyum puas usai menjahili Jennie lalu mengikutinya menuju kamar tidur. Tampaklah sang Eonnie di meja kerja dengan laptop canggih miliknya. Lisa tersenyum sendu menghampiri Jennie lalu memberinya back hug. Ia membenamkan kepalanya di curuk leher Jennie. Menghirup aroma citrus Eonnie tercintanya tersebut.
"Eon. Apakah kau tidak lelah? Hentikan saja dulu pekerjaanmu. Toh, tidak akan membuat kita miskin. Sekarang waktunya makan malam, Appa sudah menunggu di bawah." Ucap Lisa.
Jennie mengelus lembut tangan Lisa yang melingkar di perut ratanya.
"Appa pulang?" Tanya Jennie yang dibalas deheman oleh Lisa.
"Baiklah." Balas Jennie mulai merapihkan laptop.
Lisa pun melepaskan pelukannya. Menunggu sang kakak dengan senyuman indah. Begitu pun Jennie yang menampilkan gummy smilenya saat melihat senyuman sang adik.
"Yak! kenapa kau tersenyum seperti itu!" Keluh Jennie.
"Anniyo! Lili sayang Nini." Ucapnya kembali dengan aegyo yang menyebalkan menurut Jennie.
Jennie hanya memutar matanya jengah.
Dua manusia es itu mencair jika sudah dipertemukan satu sama lain. Ikatan darah mereka bukanlah sekedar ikatan persaudaraan. Mereka adalah satu kesatuan yang saling menguatkan dan saling bersandar.
Bukankah sebuah ikatan persaudaraan yang sempurna?
_________
Ruang makan.
Keluarga Kim tengah menikmati makan malamnya dengan khidmat tanpa percakapan apapun di meja makan. Hanya suara dentingan dari alat makan saja yang terdengar. Beberapa saat kemudian makan malam pun selesai.
"Ehemm." Kim Jiyong sang ayah berdehem. Membuat perhatian kedua anaknya tertuju padanya.
"Jennie-ya, Lisa-ya. Appa ingin menyampaikan sesuatu." Ucap Jiyong serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Brightest
Gizem / GerilimBebek berenang mungkin terlihat tenang, namun siapa sangka kakinya terus bergerak cepat untuk menjaganya agar tidak tenggelam. ---------------------------- "Terlalu banyak hal yang membuat pikiranku ingin meledak rasanya." -Jisoo- "Akan kutunjukkan...