Hari pertama Jihoon mengurus doyoung tanpa adanya campur tangan hyunsuk itu membuatnya kesusahan. Ia benar-benar kesusahan. Mengurus doyoung dan di samping itu ia juga harus mengambil alih membereskan rumah, ditambah cucian yang begitu menumpuk. Sebenarnya tidak menumpuk sih, hanya saja Jihoon yang lebay.
Dia jadi berpikir bagaimana bisa istri mungilnya itu mengerjakan semua itu tanpa mengeluh, mulai dari bangun pagi jam lima lalu menanak nasi, setelah itu membereskan rumah seperti menyapu dan mengepel lantai ditambah cucian, belum lagi jika doyoung sedang rewel tidak mau ditinggal.
Apalagi pekerjaannya jadi dua kali lipat jika dirinya dan doyoung sakit di waktu yang bersamaan. Hyunsuk baru bisa istirahat ketika doyoung tidur siang.
Lalu dengan gampangnya para lelaki menyepelekan perempuan? Sepertinya ia harus menarik kembali ucapnya waktu itu. Seharusnya hyunsuklah yang harus mendapatkan medali emas di kehidupan ini.
Melihat ruang tamu berantakan adalah hal pertama yang Jihoon lihat setelah kembali dari dapur usai mengeringkan pakaian. Rasanya ia ingin berteriak marah namun ia urungkan setelah melihat puppy eyes doyoung menatapnya.
Sekarang ia tahu bagaimana rasanya jadi hyunsuk saat ia lupa menaruh kaos kaki tidak pada tempatnya atau handuk basah dibiarkan begitu saja di kasur.
Doyoung yang sedang memainkan mobil-mobilan melihat ayahnya bengong sambil berkacak pinggang hanya merespon dengan tertawa tanpa beban. Tidak tahu saja, sekarang Jihoon murka ingin membanting barang didepannya. Namun ia urungkan. Ia ingat perkataan ibu negara (re; istrinya) kemarin.
"Jangan membuat semua barang berpindah dari tempatnya! Terutama guci kesayanganku." Ultimatum hyunsuk langsung terngiang-ngiang di kepala Jihoon.
Dan sekarang setelah melewati banyak diskusi dengan anaknya itu, keduanya sedang membereskan semua kekacauan di ruang tamu. Tapi sama saja bohong karena Doyoung hanya mengambil mobil-mobilan lalu berbaring dan berguling-guling kesana-kemari sembari tertawa melihat ayahnya itu.
Ayah muda itu hanya menghela nafas kasar. Sabar, sabar. Tidak boleh emosi. Setelah membereskan semua kekacauan, Jihoon merebahkan tubuhnya di samping doyoung yang sedang berguling-guling itu. "Hhh—lelah!"
"Yeyahhh!!" Disebelahnya doyoung menirukan ucapannya. Tubuh gembul nya miring menghadap sang ayah yang juga menatapnya.
Terlintas dipikiran konyol Jihoon untuk bertanya pada doyoung, walaupun bayi mungil itu tidak akan mengerti. "Dobby mau pizza gak?"
"Izaa?" Bayi mungil itu mengerutkan kening heran.
Jihoon mengangguk, "mau tidak? Nanti kita makan diluar, ketemu nuna yeoppo" rayunya.
"Nuna epoo?"
"Nuna epoo, tanan?" Lah kok malah taman, lalu tanpa ba-bi-bu Jihoon mengiyakan saja.
"Mau tidak?" Kembali Jihoon bertanya yang disambut anggukan antusias Doyoung.
"Okay jagoan, c'mon kita mandi dulu~" mereka berdua berjalan menuju kamar mandi sembari diiringi nyanyian anak kecil yang Jihoon ubah liriknya.
Sebenarnya mereka tidak betul menemui 'nuna yeoppo' di taman karena itu cuma akal-akalan Jihoon saja biar bisa makan diluar plus makan pizza bersama doyoung. Karena jika ada hyunsuk, doyoung maupun Jihoon dilarang keras untuk memakan makanan junk food.
••••
T
adinya mau update malem tapi ketiduran abis ngerjain tugas😅🙏🏻
Btw, kalo part ini aneh bilang aja gppa,
Kritik dan sarannya ditunggu ya, bestie!!
KAMU SEDANG MEMBACA
hoonsuk's journey.
FanfictionTentang Jihoon, Hyunsuk dan Doyoung si buntelan mochi mereka. •••• 📍💯 FIKSI 📍FANFICTION‼️ 📍fluffy! daily life! 📍GS!! 📍hoonsuk ft. doyoung<3 start: 20210723 end: tidak akan end😏