#sidestory ; pubertas

2.1K 215 14
                                    

Hyunsuk tahu masa-masa pubertas anaknya akan datang dan ia sudah menyiapkan mentalnya dari jauh-jauh hari. Hari itu tiba ketika Hyunsuk sadar beberapa hari ini ada perubahan pada sikap putranya. Doyoung tumbuh menjadi remaja yang tidak banyak bicara, namun juga tidak pendiam. Tetapi sekalinya membuka suara, kata rayuan gombal yang keluar dari mulutnya. Sehingga banyak dari mereka teman-teman sekolahnya melabeli remaja itu dengan sebutan 'pangeran gombal'. Doyoung yang dulunya tidak banyak bicara dan terkesan jahil seperti remaja pada umumnya, sekarang remaja itu terkesan menjadi lebih sensitif dan sering merajuk.

Sebagai ibu, Hyunsuk peka akan hal tersebut dan ia tahu anaknya itu sedang dalam masa pubertas.

Lalu Jihoon, pria itu memang yang dasarnya tidak peka akan hal tersebut hanya mampu memberikan tatapan aneh ketika sang anak berperilaku demikian.

Seperti hari ini saat pulang sekolah, Jihoon biasanya menjemput remaja itu, akan tetapi hari ini Jihoon lupa dan mengakibatkan Doyoung menunggunya hampir tiga jam di halte dekat sekolahnya.

"Bang dob, gue duluan ya. Sorry gak bisa bareng soalnya gue mau ke rumah nenek." Ucap Haruto sore itu.

Doyoung mengangguk, ia terpaksa harus pulang sendirian.

Sudah beberapa kali pemuda itu menelpon ayahnya, namun hanya dijawab oleh operator seluler yang menandakan bahwa panggilan tersebut tidak dijawab oleh Jihoon. Doyoung terpaksa harus naik bus umum yang biayanya dua kali lipat dari harga bus khusus anak sekolah. Suasana hatinya semakin buruk ketika ia lupa menghentikan laju bus tersebut, sehingga pemuda itu mau tak mau harus berjalan kaki menuju kompleks rumahnya.

Doyoung menatap sisa uang saku sekolahnya, sial sekali dia lupa membawa ATM pribadinya. Uang cash yang ia miliki hanya tersisa tiga ribu won lagi dan ia lapar sekarang.

Ia duduk di bangku depan toko serba ada, beberapa kali Doyoung mengacak-acak rambutnya. Sebagai remaja yang emosinya labil dan ia sangat kesal sekarang.

"Sial sekali." Gumamnya saat ia melihat ponselnya mati.

Kemudian ia melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Cacing-cacing di perutnya semakin meronta-ronta ingin diisi dengan makanan.

Ia nekat masuk ke dalam toko itu untuk mencari makanan paling murah untuk mengganjal perutnya. Masa bodo dengan ia yang harus berjalan kaki pulang ke rumahnya. Ia butuh makan sekarang!

Doyoung ikut mengantri didepan meja kasir sesaat setelah mengambil satu cup Ramyun dan sebotol minuman kaleng. Kemudian kasir tersebut menyebutkan total belanjaannya namun Doyoung meneguk ludah saat harganya melebihi kapasitas uang saku yang ia pegang.

"Mau bayar pakai cash atau debit card, dik?" Tanya si kasir tersebut.

Doyoung terdiam sejenak, matanya melirik kesana-kemari, gelisah. Bagaimana ini? Lagi-lagi Doyoung mengumpat dalam hati.

Beberapa orang dibelakang Doyoung yang mengantri mulai mengeluh dan menyuruh Doyoung untuk segera.

Dengan gelagapan Doyoung langsung memberikan semua uang yang ia miliki, hingga beberapa detik setelahnya kasir tersebut berkata, "uangnya kurang seribu won lagi."

"Ah? Mana mungkin?" Elaknya. Doyoung panas-dingin ditempat. Mau dibatalkan pembelian tapi produk yang ia beli sudah di scan, dan ditambah beberapa orang dibelakangnya banyak menunggu giliran.

Tapi kemudian seseorang tepat dibelakang Doyoung menyerobot antrian membuat pemuda itu melongo. "Ini, satukan saja dengannya." Ucapnya tanpa basa-basi.

"Eh?" Doyoung melirik gadis tersebut kaget.

Beberapa saat setelah sukses dengan pembayarannya cewek manis dibelakang Doyoung pun meninggalkan kasir tersebut diikuti Doyoung yang tergesa-gesa mengikutinya dari belakang.

hoonsuk's journey.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang