#sidestory ; kebiasaan yang sama

1.5K 159 6
                                    

Memasuki semester baru setelah lama liburan Doyoung sedikit banyak ogah-ogahan untuk memulainya. Pemuda itu masih ingin liburan, kenapa liburan harus berlalu begitu cepat, pikirnya.

"Haishhh!!" Ia mengerang mengacak-acak rambutnya kasar, sudah lima belas menit yang lalu ia terbangun namun tubuhnya enggan untuk beranjak dari kasur.

"Kenapa liburan cepet banget sih habisnya?" Dumelnya lagi.

Tak lama kemudian telinganya mendengar sebuah ketukan pintu diiringi oleh suara ibunya yang memanggil. "Dobby, bangun sayang!"

Pemuda itu kembali mendengus. "Udah ma!" Teriaknya, tapi tetap saja tubuhnya tidak beranjak dari tempatnya.

"Cepet mandi, hari ini sekolah." Ucap Hyunsuk lagi, rupanya ibunya itu masih berdiri di depan pintu kamarnya.

"Hmm, iya ma." Doyoung mau tak mau beranjak dari tidurnya. Kemudian berjalan menuju ke arah pintu.

"Jangan iya iya aja kamu ya! Awas kalo tidur lagi." Ucap Hyunsuk dari luar kamar.

"Iya iya, enggak!"

Hyunsuk kemudian berlalu dari depan pintu kamar anaknya itu ketika mendengar guyuran shower. Ia tidak pernah memasuki kamar putranya itu tanpa izin dari sang empu. Hyunsuk sangat menghargai privasi anaknya itu.

Setelah membangunkan anak dan suaminya, Hyunsuk kembali ke dapur untuk melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda. Tangannya sudah sangat lihai dalam memasak sekarang. Walaupun hanya itu-itu saja yang ia masak setiap pagi. Beberapa menit kemudian semua menu sarapan tersaji di meja. Ia kemudian melepas apron nya dan menyimpannya kembali pada tempatnya.

Hyunsuk menatap puas menu sarapan pagi ini sebelum sebuah teriakan memanggil namanya. Ia lantas memutarkan bola matanya jengah. Lalu ia menghela nafas dan langsung bergegas menuju arah suara yang memanggilnya itu.

"Ma! Kaus kaki aku yang warna kuning dimana?" Suara Doyoung kembali terdengar, pemuda itu kelimpungan mencari kaus kakinya yang diletakkan entah dimana.

Setibanya Hyunsuk didepan kamar Doyoung yang terbuka, dapat ia lihat lemari terbuka dengan isinya yang berserakan dimana-mana. Hyunsuk ingin berteriak saja.

"Ma—" ucapan Doyoung terpotong ketika ia melihat atensi sang mama berdiri di ambang pintu. Wajahnya menatap sang anak dengan tatapan julidnya.

"Hyun, sayang!!"

Baru saja Hyunsuk akan membuka mulutnya, teriakan lain memanggil. Membuatnya kembali menghela nafasnya.

"Hyun, dasi ku mana?" Jihoon kembali berteriak.

"Itu di atas kasur," balas Hyunsuk dengan teriakan. Lalu kemudian tatapannya beralih pada Doyoung yang jongkok di depan lemari sembari menatap mamanya.

"Gak ada." Jihoon kembali berteriak kala barang yang ia cari tidak ditemukan.

"Astaga..." Ujar Hyunsuk sambil memutarkan bola matanya.

Hyunsuk menarik nafas dalam-dalam, "Doy, kaus kaki kamu ada dibawah laci kasur." Ucapnya sambil menunjuk ke arah laci yang menyatu dengan kasur puteranya.

"Jangan lupa itu beresin lagi." Ucap Hyunsuk sebelum ia benar-benar pergi untuk menemui suaminya. Doyoung langsung mengangguk mengiyakan ucapan ibunya itu.

"Dasar anak sama bapak sama aja." Hyunsuk mendumel sepanjang jalan menuju kamar dimana suaminya berada.

"Hyun— hehehehe dasi ku hilang." Ucap Jihoon saat Hyunsuk baru saja memasuki kamarnya.

Hyunsuk berjalan menuju ke arah kasur yang sudah acak-acakan, handuk yang teronggok begitu saja dan juga selimut yang sudah tidak terbentuk lagi. Mengabaikan suaminya itu yang tengah melihat setiap apa yang ia lakukan. Bahkan ketika Hyunsuk melipat selimut mereka pun mata Jihoon senantiasa mengamati sambil menunggu dasi ditemukan.

"Hilang hilang matamu! Nih!" Lalu kemudian Hyunsuk menyodorkan sebuah dasi berwarna abu-abu yang ia temukan dari bawah handuk dan memberikan nya kepada Jihoon yang berdiri tak jauh darinya.

"Makanya kalo handuk tuh langsung di taro ditempat nya lagi! Ini mah disimpan gitu aja di atas kasur...." Dan bla-bla-bla, omelan Hyunsuk  terdengar di kamar itu.

Jihoon hanya menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal itu. Ia hanya diam saat Hyunsuk mengomelinya, salahnya juga tidak menyimpan handuk bekas mandi pada tempatnya.

"Iya yang, maaf loh.." ucap Jihoon pelan saat Hyunsuk memasangkan dasinya.

"Jangan iya iya aja kamu tuh!" Omel Hyunsuk lagi, tangannya memukul pelan lengan kekar Jihoon.

"Dasar anak sama bapak sama aja." Ucap Hyunsuk jutek. Ia menepuk pelan pundak Jihoon setelah menyelesaikan kegiatan memasangkan dasi suaminya itu.

"Iya 'kan dia sp*rma ku." Jihoon terkekeh. Ekspresi nya terlihat sangat menyebalkan di mata Hyunsuk.

"Heh!" Hyunsuk kembali memukul punggung Jihoon yang membuatnya mengaduh, padahal pukulan Hyunsuk tidak seberapa tapi bapak anak satu itu lebay sampai mengaduh.

"Bener loh yang," Jihoon tertawa keras melihat wajah cantik Hyunsuk memerah padam.

Jihoon masih tertawa, kemudian ia membawa Hyunsuk ke dalam pelukannya. "Makasih sayangku, cintaku, mwah mwah!!" Jihoon menciumi wajah Hyunsuk dengan gemas, juga sesekali ia masih tertawa melihat betapa merahnya wajah Hyunsuk karena malu.

"Ma—" ucapan Doyoung terhenti ketika ia tak sengaja melihat kedua orangtuanya berpelukan di dalam kamar dengan pintu yang terbuka sedikit dan Jihoon yang sedang menciumi wajah Hyunsuk. Pemuda itu tadinya ingin memanggil keduanya pun ia urungkan, kembali ia mundur beberapa langkah menunggu keduanya menyelesaikan urusan mereka.

Doyoung menyandarkan punggungnya ke tembok, sesekali ia melirik arlojinya yang menunjukkan pukul tujuh lebih lima menit.

Pemuda enam belas tahun itu kemudian mengetuk pintu kamar orangtuanya, menatap jahil mereka yang masih berpelukan. "Udah belom nih pacarannya?"

Sontak keduanya melepaskan pelukan itu. Mereka langsung menoleh ke arah Doyoung yang menatap keduanya sambil menaik-turunkan alisnya. Ekspresi nya terlihat sangat menyebalkan persis seperti Jihoon saat menggoda Hyunsuk.

"Sejak kapan kamu disitu anak nakal!!" Pekik Hyunsuk kesal, ia malu ketika kepergok anaknya sedang berpelukan bersama Jihoon. Padahal bermesraan di depan Doyoung sudah biasa, tetapi tetap saja ia malu jika situasinya seperti ini.

Jihoon kembali tertawa, "udah yang, yuk boy kita sarapan." Ia langsung merangkul bahu sempit Hyunsuk dan berjalan mendahului Doyoung yang cengo melihat keduanya.

"Pacaran trossss!!" Doyoung mengerucutkan bibirnya, lalu mengikuti keduanya dari belakang melihat kemesraan mereka dengan tatapan yang pasrah.

"Sudah biasa.." ucap Doyoung dalam hati nelangsa.

Dan begitulah kira-kira setiap pagi yang dilalui oleh Hyunsuk.






***

Double up nich👍🏻👍🏻

Btw, aku suka bgt cara papaku yang menghargai privasi anaknya, contoh kecilnya itu; tidak masuk ke kamarku tanpa seizin dari ku karena memang itu daerah teritorial ku hihihi kedua orangtuaku juga suka ketuk pintu dulu kalo mau masuk atau sekedar manggil aku. Tapi entahlah, karena aku merasa dikasih kebebasan berekspresi dan berkreasi aja gitu dengan hal tersebut.

Dah gitu aja ceritanya😂

Boleh drop kritik dan sarannya ya guys><
Jangan silent reader ya, nanti ak sedih😁🤧

hoonsuk's journey.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang