32

189 42 7
                                    

Kesedihan Nayeon berangsur-angsur memudar. Apalagi bulan demi bulan telah terlewati. Tanpa terasa Sean kini telah berusia 6 bulan. Bayi kecil itu sudah mulai rajin mengoceh meskipun orang dewasa tak mengerti bahasanya. Dia sangat menggemaskan sekali.

Di pagi ini setelah mandi, Nayeon kembali melakukan aktivitas seperti biasanya. Setelah membuat sarapan untuknya dia juga membuat mpasi untuk pangeran kecilnya.

Sambil mencicipi mpasi itu Nayeon sesekali melirik jam yang tertera di dinding.

"Kenapa Jihyo belum datang? Tumben sekali" gumam Nayeon.

Setelah di rasanya sudah pas, Nayeon memindahkan mpasi itu kesebuah termos yang bisa membuat makanan itu tetap hangat.

Jam menunjukan pukul tujuh pagi, kini saatnya Nayeon menganti baju untuk bekerja. Nayeon pun berjalan memasuki kamarnya.

Tersenyum, itulah yang Nayeon lakukan sesaat setelah membuka pintu. Dia melihat Sean yang mulai mengerak-gerakan tangan dan kakinya. Berarti bayi itu telah bangun dari tidurnya. Karena gemas Nayeon mengesampingkan menganti baju dan bermain dengan Sean terlebih dulu.

"Kau sudah bangun? Apa tidurmu nyenyak?" Nayeon bertanya sambil mengangguk di setiap akhir kalimatnya. Senyumannya pun tak pernah luntur.

Saat ini Sean hanya bisa merespon dengan suara bayinya dan juga senyumannya yang menawan.

"Mama ganti baju dulu ya, setelah itu Sean makan" Nayeon meninggalkan Sean sejenak untuk mengganti pakaiannya.

Tak lama kemudian Nayeon keluar sambil menggendong Sean.

"Kenapa Jihyo belum datang? Sebentar lagi aku harus ke kantor"
Nayeon mulai resah.

Nayeon menaruh Sean pada kursi bayi dan berjalan ke dapur untuk mengambil peralatan Sean makan.

Nayeon menuang mpasi kedalam mangkuk bergambar pororo.

"Hari ini menunya bubur tim yang dicampur dengan beberapa sayuran dan daging ayam"

Brak

Suara pintu terbuka dengan cukup keras. Itu pasti Jihyo yang sedang terburu-buru.

"Fiyuh... Maaf aku terlambat" nafas Jihyo terlihat tak teratur.

"Kenapa kau bisa terlambat?"

"Tadi pagi aku mimpi indah sekali, aku tak ingin bangun" ujar Jihyo.

"Seharusnya kau bangun saja. Itu hanya sebuah mimpi. Kau malah akan merasa kecewa ketika bangun mimpimu itu hanya sebuah ilusi saat kau tidur"

"Ih... Cara pandang mu berbeda denganku"

"Sudah kau pergi bekerja saja. Aku yang akan menyuapi Sean" ujar Jihyo lagi.

"Baiklah. Sepertinya aku juga akan terlambat beberapa menit ketika sampai di kantor"

"Sean mama pergi bekerja dulu. Kau baik-baik ya dengan tante Jihyo" Sean tampak tersenyum dan mengerak-gerakkan tangannya sebagai responnya.

"Aunty" ujar Jihyo.

"Ah sama saja. Aku pergi dulu ya bye"

Dengan perlahan Nayeon mengeluarkan mobilnya dari pekarangan rumahnya. Sejujurnya sekarang dia sedikit terlambat, tapi tak ada alasan untuknya untuk melajukan mobil lebih cepat demi keselamatan.

Saat mobil baru keluar dari halaman rumah dan hendak berbelok, dia menangkap sosok yang tengah memperhatikan rumahnya. Orang itu menggunakan jaket berwarna hitam dan celana selutut.

Mobil Nayeon pun perlahan menghampirinya karena kebetulan orang itu berdiri di jalan yang searah dengan kantornya.

Anehnya orang itu tak takut ketahuan. Nayeon pun membuka kaca mobilnya.

It's [not] Fine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang