35

178 42 10
                                    

"Im Nayeon, yang benar saja. Papa? Sekarang kau mengenalkan aku sebagai papa nya?"

"Ya. Memang kenapa? Tak bisakah kau menjadi papa untuk Sean? Tolong berikan figur seorang ayah untuk Sean. Aku merasa kasihan dengan anakku"

"Kau kakak sepupuku dan sudah ku anggap sebagai kakakku sendiri. Jadi tolong anggap Sean seperti putramu" Nayeon melanjutkan perkataannya.

"Bagaimana kalau kelak dia salah paham dan menganggapku sebagai ayah kandungnya"

"Tidak. Dia sudah mengenal ayahnya. Akan tetapi dia tak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah. Maka dari itu aku memintamu menjadi figur ayah untuk Sean"

"Kau tidak kasihan dengan keponakanmu?" Nayeon menyambung perkataannya.

"Kak Jin..." imbuh Nayeon untuk membujuk kakak sepupunya.

"Baiklah baiklah, aku akan menganggap Sean seperti anakku sendiri"

"Semoga saja aku masih memiliki kesempatan untuk dekat dengan seorang wanita" Jin seolah sedang mengasihani dirinya sendiri.

"Oh mau aku kenalkan dengan temanku?" Nayeon memberikan usulan.

"Tidak perlu, aku akan mencari sendiri. Yang aku takutkan adalah wanita itu salah paham tentang Sean" tolak Jin.

"Oh tenang, itu bisa diatur"

"Papa" panggil Sean mendekati Jin.

"Iya, paman sekaligus papa disini"

Jin bagi Sean adalah PaPa. Yang berarti Paman yang merangkap menjadi Papa.

"Yuk main Horse" Sean menunjuk kelantai.

Sontak saja Jin menghela nafas panjang, sedangkan Nayeon menutup mulutnya dengan tawa tertahan.

"Kenapa sejak masih ada diperutmu hingga sekarang dia selalu menyiksaku? Dia aktif sekali. Kau membuatnya dengan gaya apa"

Gerutu Jin disebelah Nayeon. Karena bisa dibilang Jin merupakan orang yang diandalkan Nayeon saat mengidamkan sesuatu ketika hamil. Dulu Jin masih tinggal di Seoul jadi Nayeon masih sering menemui kakak sepupunya itu untuk meminta sesuatu yang harus dipenuhi.

"Sean jangan ya, tulang papa Jin sudah tak kuat" Nayeon menghentikan keinginan putranya.

"Tapi ice cream ya" Sean mengubah permintaannya.

"Ice cream? Aku tidak punya, tapi ayo kita ke mini market terdekat dan membelinya" Jin lebih antusias mendengar permintaan Sean yang satu ini.

"Sean ayo" ajak Jin.

Sean mengulurkan kedua tangannya. Bisa ditebak dia ingin digendong.

"Baiklah" Jin mengalah.

"Aku ikut" pinta Nayeon.

"Bukankah kau lelah? Sudah istirahat saja"

"Ah... Aku juga ingin ice cream"

"Sepertinya Sean menuruni sifatmu ya? Aku yakin Jungkook tak banyak permintaan seperti ini" Jin membeberkan pemikirannya.

"Ish... Kau tak mengenalnya. Dia adalah lelaki yang memiliki ego sangat tinggi, dia lebih parah. Jika menginginkan sesuatu harus dituruti"

"Sean kan masih bisa dibujuk. Ya tentu saja dia menuruni sifatku. Jadi jangan samakan putraku dengannya"

"Percuma saja kau mengatakan itu. Meski sifatnya menurun dari mu tapi lihatlah dirinya. Wajahnya duplikat ayahnya. Meskipun kau berusaha mengelak orang-orang tidak akan percaya"

It's [not] Fine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang