7

409 65 24
                                    


Nayeon berjalan di trotoar, dia baru selesai bekerja dan saat ini memutuskan untuk pulang ke rumah yang dapat membuat dadanya sesak.

Saat diperjalanan Nayeon bertemu dengan temannya. Temannya itu mengajak Nayeon untuk makan malam bersama karena kebetulan temannya itu akan makan malam dengan teman-temannya yang lain. Tapi sayang Nayeon harus menolak ajakan itu. Nanti malam Nayeon memiliki agenda lain, dia harus bermusyawarah bersama keluarganya. Ah paling pada akhirnya itu bukan musyawarah, lebih tepat jika disebut sebuah pemaksaan.

Dalam perjalanan pulang itu Nayeon banyak menundukan kepalanya. Kepalanya terasa berat, mungkin karena dia memiliki bayak beban pikiran.
Nayeon juga menimbang lagi keputusannya untuk bercerai. Apa itu akan menjadi keputusan yang benar?
Saat ini badai menerpa hati Nayeon dan berhasil memporak porandakan perasaan nya.

Karena sudah terlalu lama berjalan Nayeon memutuskan untuk beristirahat sejenak. Dia duduk di kursi panjang dibawah pohon.

Nayeon menikmati dedaunan yang bergemeresik.



Syuut



Satu daun dari pohon lepas dari tangkainya dan mendarat di pangkuan Nayeon. Padahal tidak ada angin yang mendesau, bagaimana daunnya bisa jatuh.
Nayeon berusaha mencari tau penyebabnya, dia mendongak ke atas dan melihat sepasang burung yang sedang mengerumuni sesuatu mungkin mengerumuni anak-anaknya. Burung-burung itu berkicau, Nayeon berpikir mungkin karena hari mulai petang ibu dan ayah burung sedang mendongengi atau menyanyikan lagu tidur untuk anak-anaknya. Ah apa yang kau pikirkan Nayeon?

Setelah rasa letih nya mengabur Nayeon memutuskan untuk kembali meneruskan jalannya. Tinggal beberapa blok lagi Nayeon akan sampai di rumah.



Klek


Nayeon telah sampai dan membuka pintu rumahnya. Setelah diamati rumah yang beberapa hari ditinggalkannya itu sepi. Kemana Jungkook? Dia belum pulang atau memang selama ini tidak pulang?

Kemudian Nayeon bebersih diri dan setelah selesai dia memutuskan untuk membuat makan malam. Dia ingat nanti malam orang tua beserta mertuanya akan datang ke rumahnya. Meskipun bukan untuk makan tetap saja Nayeon menyiapkan makanan.


Klek



Pintu ruang kerja Jungkook terbuka. Ah ternyata sedari tadi Jungkook ada di rumah. Dia keluar dengan membawa beberapa lembar kertas.

"Di usir ayahmu ya" ujar Jungkook yang kini membuang kertas ke tempat sampah di dapur.

"Tidak" jawab singkat Nayeon.

"Kekh... aku sudah hafal sifat ayahmu. Dia pasti tidak suka kamu menumpang tidur di rumahnya"

"Aku sudah bilang tidak, apa kamu tidak tau maksudnya?"

"Ingin tau kebenarannya? Aku datang kesini untuk menguji nyali, aku dengar ada makhluk yang menyerupai setan atau iblis di rumah ini" Nayeon mengunci tatapannya pada Jungkook.

"Ternyata tak menakutkan. Mungkin karena tuhan selalu melindungiku jadi aku tak merasa terganggu"

"Mau aku ganggu" Jungkook mencekal pergelangan tangan Nayeon dengan sangat kuat.

"Oh ternyata kau iblis nya? Atau setan?" Nayeon tersenyum melihat perubahan raut wajah Jungkook yang mulai memerah. Jungkook juga melepas cekalannya dengan kasar.

"Sepertinya kamu kebanyakan darah, lihat wajahmu sudah memerah. Kamu harus mendonorkan darahmu. Ah tunggu, tapi sepertinya dokter akan menolakmu. Dokter tidak akan memperbolehkan orang yang tidak memiliki hati untuk mendonor darah" sindir Nayeon.

It's [not] Fine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang