Bagian 34. Titik Terang

7.6K 1K 185
                                    

Holla

Minor edit, jadi maaf kalo banyak typo

***

Setelah bel pertanda kelas berakhir, Mark langsung membereskan barang-barangnya dan berjalan ke luar meninggalkan tatapan aneh dari temen-temennya.

Bukan apa-apa, Mark itu biasanya santai. Malah saking santainya biasanya Mark selalu keluar yang paling terakhir, cowok blesteran itu gak terlalu suka berdesakan. Tapi hari ini, entah apa yang bikin Mark berjalan buru-buru menuruni tangga dan berhenti di depan kelas 11 IPA 1, iya kelas Jaemin.

Mark niatnya emang mau ngajak Jaemin pulang bareng sekalian nginep di apartemen si manis. Dia juga gak tau kenapa bisa kaya gini yang jelas sejak mimpi itu, Mark selalu takut kalo tiba-tiba Jaemin pergi. Pergi dalam artian yang sesungguhnya, bukan pergi bersama lelaki lain.

Si mantan ketua OSIS itu menyandarkan tubuhnya di tembok sambil bermain ponsel. Dua hari kemarin dia emang sibuk banget bolak-balik Bandung-Jakarta membantu Hendery mencari Renjun ya walaupun masih belum ada hasil. Jejak Renjun seakan hilang apalagi ponselnya udah gak aktif jadi tim kepolisian juga gak bisa ngelacak. Tapi pihak keluarga masih belum nyerah, mereka masih berusaha mencari dan teman-teman Renjun juga turut serta membantu, bahkan Haechan setiap hari selalu nginep disana. Mark juga biasanya nginep, tapi hari ini dia pengen istirahat dulu, dia pengen sama Jaemin dulu.

"Kak?" Mark yang sedang membalas pesan dari Lucas langsung terlonjak saat ada tepukan di pundaknya. Cowok itu menoleh dan tersenyum kecil kepada Jaemin yang udah keluar. Mark membuka jaketnya dan memakainya kepada Jaemin.

"Diluar gerimis." Ujarnya. Setelah selesai, Mark langsung mengambil tangan Jaemin dan mengajaknya pulang tanpa tau kalo ada Mina yang berdiri tak jauh dari sana sedang menatapnya dengan tajam dan tangan yang terkepal.

***

Renjun mendongkak saat mendengar suara pintu terbuka. Cowok itu melihat Seungmin yang berjalan sambil membawa nampan berisi makanan. Seungmin jongkok di depan Renjun dan hendak menyuapi namun dengan cepat Renjun memalingkan wajahnya.

Seungmin menghela napas terus naruh piring di lantai, menatap Renjun yang masih diem. "Lo udah empat hari gak makan, lo mau mati?"

"Itu kan yang lo mau?" Renjun beraniin menatap Seungmin. Suaranya serak pun dengan wajahnya yang pucat. Belum lagi terdapat beberapa lebam dengan sudut bibir yang sobek. "Kalo gue mati berarti lo tenang kan? Gak akan ada yang ngeganggu Jeno lagi, dan hubungan kalian akan baik-baik aja."

"Renjun.."

"Seungmin, gue tau lo orang baik. Tapi kenapa gini? Lo punya segalanya tapi kenapa berubah?" Renjun menatap Seungmin yang masih terduduk di lantai. Iya walaupun dulu Renjun gak suka sama Seungmin— bukan gak suka dalam artian sesungguhnya ya, Renjun cuma kadang iri aja sama Seungmin yang bisa dapetin Jeno. Dan dia tau Seungmin cowok baik, dia suka murah senyum dan ceria, beda banget sama sekarang.

Seungmin terdiam, cowok itu menatap Renjun lalu tersenyum getir. Punya segalanya dia bilang? Seungmin mau ketawa aja dengernya.

Sejak Jeno mulai berubah, sejak Jeno yang selalu bersemangat setiap menceritakan perkembangan belajar Renjun, sejak Jeno pernah salah manggil dirinya dengan nama Renjun, atau sejak Jeno mulai selalu bawa-bawa nama Renjun dalam topik pembahasan mereka, Seungmin udah ngerasa kalah telak. Dia yang selama ini bertahan diam-diam sudah menyiapkan kemungkinan dan ternyata benar, Jeno membiarkan secelah perasaannya bocor untuk Renjun tanpa dia sadar.

CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang