part:TUJUH

184 93 14
                                    

Hallo bestiee aku kembali lagi untuk menceritakan haluan kecil aku, semoga suka.

Jangan lupa vote dan spam komentar!!

Happy reading 🤍🤍

Sudah pukul 19:00 Ria baru saja sampai kedepan pagar rumahnya, badannya lelah penampilannya sangat kucel  rasanya ria tidak sanggup pulang kerumah penuh neraka itu dia sudah feeling dia akan dimarahi  lihat saja.

Gadis itu melangkah hati-hati menuju pintu rumahnya sampa didepan dia masih ragu mengetuk pintu tapi apalah daya hujan pun sudah mulai turun jadi apapun konsekuensinya dia harus terima ini juga salah dia malah mampir kerumah Athlas tadinya.

Tok! Tok! Tok!

Ketukkan pintu  sedikit terdengar keras dan akhirnya pintu terbuka. Sebelum melihat wajah yang ia tatap gadis itu sempat menutup sedikit matanya dia deg-degan kalau sudah berurusan dengan Bundanya yang menyebalkan itu.

"Lo dari mana aja? Bunda uda cari lo kemana-mana !" Ketus, Zara sedikit teriak. Ria tahu kalau ini adalah jurusan seorang Zara agar Bundanya marah.kesalkan?

Ria menatap sinis Zara dia tidak menyukai kakaknya ini, selain tukang ngadu dia juga tukang cari perhatian pada semua orang bahkan menjelek-jelekkan Ria adalah jurusannya.

"Bisa diem gak sih gak mau bantu gitu gue pulang jam segini juga karena lo." Balas, Ria sambil menunjukkan wajah Zara.

Zara yang tidak terima langsung menatap mata adiknya itu tajam " Kok gara-gara gue? Gue gak pernah nyuruh lo buat kelayapan malem-malem." Sungguh Ria sangat benci dengan gadis didepannya ini bagaimana tidak suara Zara seperti ingin mengumumkan orang meninggal di masjid saja.

"Tutup mulut lo anjir, lo emang suka banget ya buat gue terjerumus dalam masalah."

Tidak sempat Zara menjawab, Bunda sudah berjalan kearah mereka berdua  Ria sudah panik mungkin akan terjadi kiamat kecil dirumahnya ini. "Ada apa kalian ribut-ribut?" Tanya, Bunda. Kemudian Bunda melihat Ria yang berada didepan pintu hanya diam.

"Kamu dari mana saja? Bunda cariin kamu bahkan Uda nelpon temen-temen kamu tapi mereka gak tau dari mana aja kamu? Hidup kita udah susah jangan nyusahin!" Ucap bunda penuh penekanan.

"Aku cari kerjaan Bunda, karena aku gak mau terus dibandingin sama dia aku cape setiap hari digituin sama Bunda." Mata Ria sudah berkaca-kaca beginilah kalau dia jujur, dia bakal menangis.

Bunda hanya menatap remeh Ria dan berkata" alah, Bunda gak  percaya sama bocah ingusan kayak kamu  kerja . Setahu bunda kamu kan cuma rebahan dan menulis gak jelas dikamar kamu."

"Iya Bunda, Zara juga mikir gitu terus kata dia ini semua gara-gara Zara " ucap Zara sedikit drama Ria tahu maksud kakaknya ini.

"Kamu jangan pernah nyalahin Zara toh ini salah kamu! Dan orang kayak kamu kerja dimana?" Tanya, Bunda lagi. Ria sudah tidak bisa menahan air matanya dia hanya diam kenapa semuanya begini?

Ria menghapus air matanya " Bunda gak perlu taun yang perlu bunda tau adalah, Ria bisa jadi dia ." Sambil menunjuk Zara najis sekali kalau dia memanggil Zara kakak.

"Mungkin lebih sukses." Lanjut Ria.

Bunda hanya diam dia tidak menanggapi sama sekali perkataan Ria entah mengapa Bunda seperti itu Ria semakin yakin kala Ria itu bukan anak kandung mereka lalu kalau bukan kenapa mereka mengurusnya? Ah ini sangat membingungkan.

AlFIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang