Part: DUA PULUH DELAPAN

68 13 0
                                    

Haiii aku kembali lagi dengan cerita yang tidak terlalu asik ini tapi semoga kalian suka ya guys,, terimakasih 🧡

Happy reading guys!!!!

Tiba di desa Cemara tepat di depan villa yang sudah di sewakan oleh kepala sekolah, terlihat dari depan  villa itu lumayan besar bisa menampung murid kelas dua belas yang ada ratusan orang. Semua siswa-siswi sudah turun semua dari dalam bus, jam sudah menunjukkan pukul 21:30 cukup malam karena perjalanan yang sangat jauh dari kota Jakarta.

Ria, gadis itu sedari tadi hanya berdiam diri disampingnya ada Alfian yang diam juga, hanya masalah seperti ini mereka tidak berbicara? Cukup mengherankan ya mau gimana lagi Ria yang bodo amat Alfian yang malas ribut.

"Diam Mulu, tadi dalam bus liatin gue kayak mau nge bunuh!" Ujar, Juan menyadari jika mereka sedang saling diam.

Alfian tidak menjawab ia kemudian melirik Ria tapi gadis itu langsung pergi tidak nyaman dengan suasana canggung seperti ini. Alfian yang  tidak peka membiarkan gadis itu pergi dari sampingnya.

"Anjayyy, ada yang marahan gara-gara duduk sama mantan." Sahut, Ridho tertawa renyah.

"Makanya Fiyan, kalau udah tau duduk sama mantan langsung pindah napa, nunggu di ganggu Juan dulu baru pindah huh!" Ketus Abel, kemudian  menyusul Ria  untuk masuk ke dalam villa tersebut.

"Ho'oh, kalau sikap lo kayak gini terus lo bakal cepat kehilangan dia. Walaupun cewek itu cinta sama lo bertahun-tahun, siapa tau dia masih ingat hatinya!"

"Iya, Yan gue juga mikir kalau Ria cewek yang beda dari cewek lainnya dia ada sisi istimewanya lo jangan sia-siain orang sebaik dia karena lo nggak bakal dapat dia dari orang lain, Camkan sekarang ubah sikap lo yang nggak pekaan gini!" Ketus Ridho lagi kemudian ia pun pergi dari hadapan Athlas menyusul Caca.

Alfian menatap mereka yang sudah meninggalkan dirinya sendiri di halaman villa " kok salah Mulu sih, harus gimana cobak!" Gerutu Alfian. Cowok itu pun langsung masuk kedalam villa karena diluar agak mengerikan.

Selesai menyusun barang mereka, Gerry yang di percayai guru untuk memimpin teman-temannya untuk melakukan aktivitas pun, langsung membuat rencana agar malam ini tidak terlalu bosan jika hanya berdiam diri sambil memegang ponsel.

"Nah, guys gue ada usulan gimana sebelum kita tidur, gue percaya kalau kalian semua belum ngantuk. Jadi kita buat rencana untuk bikin api unggun kecil-kecilan biar lebih bermakna gitu." Usul, Gerry  yang disetujui oleh Bu Rina dan Pak Septo.

"Boleh ger, apalagi disini udaranya dingin." Sahut Ria dengan senyuman manisnya. Maka dari itu Alfian tidak suka. Lebih jelas dia tidak suka jika senyuman Ria di bagi ke orang lain.

Juan yang selalu mewarnai hidup orang dengan hal tidak berguna tapi mampu membuat semua orang terhibur itu langsung merangkul Ria yang ada di sampingnya untuk memanas-manasi Alfian dia ingin melihat Alfian cemburu.

"Apaan sih, rangkul-rangkul gue Jambak ya rambut lo." Ancam Ria dengan tatapan sinisnya.

"A elah, anggap aja ini rangkulan dari seorang Abang untuk adeknya."

"Modus!" Ucap, Laura dengan ketus entah kenapa dia tidak suka jika Ria di kelilingi orang baik seperti Juan contohnya.

Juan memutar bola matanya malas" lama-lama lo sama ya kaya Nenda sama Mita, mending kalian bestiean sana ." Suruh, Juan.

AlFIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang