part: EMPAT PULUH

39 2 0
                                    

Selamat membaca guys semoga suka dengan ceritanya. Disini aku akan tetap up walaupun pembaca aku nggak ada,,

Oke guys jangan lupa vote dan komentar Ya❤️😕

Malam ini Ria sudah berada di kamar milik Qila sebab gadis kecil itu tidur dengan Dewi. Semalam juga Ria tidak di izinkan pulang oleh Dewi yang sempat terbangun karena kepulangan Bumi dan Ria. Jadi dengan terpaksa Ria  tidur dan menginap dirumah Bumi.

"Gak nyangka banget sama semua ini. Gue kira kisah gue bakal kayak di Wattpad-wattpad gitu eh ternyata itu cuma halu." Monolog Ria, yang sedari tadi memandang Poto Alfian.

"Seharunya tadi gue samperin kalian. Gue minta kejelasan." Kesalnya. Lalu merebahkan tubuhnya di kasur empuk milik Qila.

Angin malam ini lumayan kencang, tadi sebelum Bumi menceritakan semua angin masih baik-baik saja bahkan bulan pun bersinar dengan terang bintang pun seolah mendukung untuk menikmati sebuah keindahan dimalam itu tapi semakin larut Angin seolah menjadi galak entah apa sebabnya.

Rintik perlahan turun Ria yang sedikit takut dengan hujan itu langsung mematikan ponselnya dan mematikan lampu, tidur didalam keadaan gelap adalah hal ternyaman yang selalu Ria lakukan. Menurutnya gelap dan malam itu defenisi dirinya tidak bisa dikatakan kalau malam akan selalu bintang tetapi tetap gelap.

Turun dengan deras, seakan tidak ingin berhenti Ria masih memejamkan mata dia Rindu keluarga biasanya ketika lampu mati dan hujan turun mereka pasti tidur bersama walaupun kehangatan yang diberikan Cherry tidak pernah ada pada Ria. Tapi, bersyukur dia masih mempunyai keluarga lengkap tidak seperti orang-orang.

Ketika semua ingin menjadi sempurna, Ria hanya ingin menjadi putri Cherry, yang disayang dimanjakan dan selalu di elus ketika tidur. Kenapa? Dia pernah mengintip pada kamar Zara dulu kalau Cherry sering menidurkannya bahkan membacakannya dongeng padahal Zara sudah masuk kuliah.

Ria orang yang terkadang bodo amatan dia hanya diam walaupun hatinya sakit, melihat pemandangan itu rasanya dia ingin membunuh Zara saja agar kasih sayang Bundanya beralih kepada dirinya dia benci Zara, Zara caper, Zara munafik, Zara itu seperti yang berkaki empat Ria tidak suka.

Mungkin menurut orang seru mempunyai seorang kakak, bisa bercerita ada teman untuk bercanda, dan ada teman untuk berbagi pekerjaan. Tetapi, itu tidak pernah di alami oleh Ria sama sekali bukan hanya tentang pekerjaan atau teman bercerita kasih sayang pun kadang ia masih di bagi dia tidak suka berbagi. Dia benci semuanya.

Terkadang juga pernah berpikir bagaimana caranya untuk mengatakan kalau Ria itu iri dengan Zara, namun dia tidak mau terlihat lemah jika ia lemah mungkin Zara akan terus memanas manasi dirinya. Emang kenapa sih semuanya sayang sama Zara. Apa maksud dunia jika begini ceritanya? Dunia kira ini lucu? Tidak malah membuat Ria menderita saja.

"Ria bangun Nak, kamu sekolah kan?"

Ria membuka matanya perlahan, ia meliah Dewi dengan seragam dokternya. Melihat itu Ria Langung terbangun tidak enak hati karena Dewi membangunkannya seharunya dia bersiap-siap lebih cepat lagi karena ini rumah Dewi bukan rumahnya.

"Tante, pergi dulu. Sarapan udah Tante siapin kamu sama Bumi, Qila, tinggal makan aja. Sekarang Tante berangkat dulu soalnya ada pasien harus ditangani pagi ini." Jelas, Dewi dengan ramah.

Mata Ria berkaca-kaca kapan dia bisa merasakan posisi seperti ini? Ah sudahlah mungkin Dunia memang tidak menginginkan gadis malang ini untuk bahagia " Iya Tante, makasih hehehe, maaf juga udah repotin Tante."

"Loh, jangan berpikir gitu, Tante malah senang soalnya tadi malam Qila cerita banyak tentang kami dia senang banget ketemu sama kamu."

"Oh iya ya, Tante hehehe Qila bisa aja." Ucap, Ria malu-malu kelinci.

AlFIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang