part : EMPAT BELAS

121 47 7
                                    

Jangan lupa vote dan komentar ya terimakasi.

Happy reading 🤍

"Ria, lo kenapa? Kenapa bisa gini? Badan lo panas ayo bangun jangan tidur terus."

"Dia nanti bangun, jangan khawatir gitu dia bukan sakit parah dia cuma lelah sama keadaan." Ujar Fiyan pada Caca.

"Lo bener, tapi gue gak mau liat dia lemah, dia harus kuat."

Fiyan menghela nafasnya berat dan memijat pangkal hidungnya dia sedari tadi pusing Caca terus mengajar Ria berbicara  disuruh bangun dan bangun. Apa Caca tidak mengerti kalau Ria sedang pingsan bukan mati kekhawatiran Caca sangat meresahkan sekali. Dikira mati apa ya.

Jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi, tapi Ria tidak ada niat untuk bangun, Fiyan dan Caca sudah ketiduran mereka pasti lelah menjaga Ria semalaman yang dimana gadis itu tidak ingin membuka matanya, Caca takut jika ini terakhirnya bersama Ria. Ah tidak, episode masih panjang, Fiyan belum menjadikan Ria kekasihnya Caca yakin Ria akan bangun.

Bola matanya bergerak, tangannya juga bergerak nafasnya semakin tidak teratur, kini Ria sudah sadar ia membuka matanya perlahan pertama yang ia lihat ada bangunan yang sangat indah dan sepertinya Ria baru pertama kali melihat gedung seperti ini tapi ia masih bingung dimana dia berada?

Seingatnya ia bersama Fiyan tapi sekarang dimana cowok itu? Kenapa hanya ada Caca yang sedang tertidur pulas serta iler yang sudah membentuk peta dia samping tempat tidur itu ingin tertawa tapi, ia bingung harus tertawa dulu atau bersedih dulu?

Bagaimana kabar Zara? Bagaimana suasana disana? Apa Zara baik-baik saja atau sebaliknya? Ria menatap sendu kearah jendela malam yang sepertinya sengaja tidak ditutup atau pemiliknya lupa.

Bintang tidak ada, langit gelap gulita hanya ada cahaya lampu yang mungkin terlihat, Ria menangis kala itu dia lelah dia benci hujan dan benci keadaan ini, apa yang harus dia lakukan pulang? Atau pergi dari kota ini? Tidak mungkin dia takut bertemu ayah semenjak malam itu tapi, ia akan lebih takut bertemu bunda karena walaupun Ria benar dia akan tetap salah Dimata bunda lalu bagaimana dengan yang terjadi sekarang?

Rasanya Ria saja yang berada diposisi Zara mungkin bunda dan ayah akan menangis histeris seperti Ria melihat  air mata Ayah tadi malam, kacau pusing takut sedih itu yang dirasakan Ria sekarang bahkan dia belum melihat kedepannya bagaimana susah sekali rasanya hidup seperti ini.

"Mon maaf jangan salahin Author toh konsepnya memang begitu😚."

Mendengar suara tangisan, Caca terusik dari tidurnya ia membuka matanya secara perlahan bulu kuduknya berdiri, sebelumnya dia tidak pernah melihat hantu walaupun dia bilang kepada teman-temannya bahwa dia ingin sekali bertemu. Caca merasa Tuhan sudah mengabulkannya.

Caca kembali menutup matanya dia takut untuk membukanya soalnya kalau tiba-tiba muncul kuntilanak didepan muka kan gak lucu bisa-bisa Caca jantungan meninggal dengan tidak estetik. Soalnya Caca berharap dia meninggal secara estetik bukan karena hantu. Gadis itu terus melafalkan doa didalam hatinya.

Doa-doa sudah ia hafal yang tidak ia hafal kini dia dengan lancar melafalkannya, tidak lupa doa masuk ke toilet serta tidak lupa ia membaca doa-doa jenazah karena ia ingat pas kelas 11 dia sangat lancar menghafalnya jadi tidak bisa dilewatkan begitu saja.

"Hikss, gue pengen pergi dari dunia ini." Lirih Ria dengan, suara yang sangat pelan.

"Ia, lo pergi aja, jangan datang kedua lagi." Sahut, Caca.

Mendengar itu Ria menoleh pada Caca, dia heran kenapa bisa menyambung seperti ini, tidak mungkinkan mimpi Caca dengan apa yang dikatakan Ria itu sama atau jangan-jangan Caca lagi kerasukan? Oh tidak bisa dibiarkan saatnya Ria mengambil ancang-ancang.

AlFIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang